Rabu, 13 Desember 2017

Pengalaman Berkeliling Museum Louvre untuk Kedua Kalinya dan Mengagumi Gemerlap Menara Eiffel di Malam Hari (Euro Trip 2017 Day 3).

Museum Louvre.

Pagi ini kami bertiga sangat bersemangat, karena akan berkeliling kota Paris. Terutama Mama Papa, yang baru pertama kali datang ke kota ini. Tapi lucunya walau sudah hampir jam 8 pagi, kota ini masih gloomy dan gelap seperti subuh. Ini karena perubahan waktu mendekati musim dingin, dimana waktu malam lebih panjang dari pada waktu siang. Jadinya pagi terlambat datang dan malam lebih cepat datang.

Jam 8 pagi masih gelap aja.

Sewaktu bersiap-siap saya sempat ragu akan memakai jaket tebal atau tipis. Karena dilihat dari prakiraan cuaca hari ini cerah dan suhu berkisar belasan derajat. Karena galau, saya putuskan untuk men-cek suhu luar dengan berdiri di balkon kamar. Wah ternyata dingin semriwing, saya pun meminta Mama Papa untuk memakai jaket tebal agar tidak kedinginan. Selesai sarapan dan beberes kami pun segera memulai perjalanan keliling kota Paris hari ini.

Cek suhu lalu selfie di balkon kamar hotel kami di Ibis Gare du Nord.

Pertama-tama kami menuju stasiun Gare Du Nord yang berjarak sekitar 200 meter saja dari hotel kami. Rencananya saya mau membeli tiket Paris Mobilis zona 1-2 seharga €7.5/orang untuk kemudahan transportasi selama kami berkeliling Paris hari ini. Dengan tiket ini kita dapat bebas menaiki semua moda transportasi di Paris dalam zona 1-2 selama seharian. Rata-rata tempat wisata (main attraction) kota  Paris memang terpusat di zona 1-2. 

Tiket Paris Mobilis.

Setibanya di stasiun Gare Du Nord saya lalu bertanya pada counter tourist information, dimana saya bisa membeli kartu Paris Mobilis, selain itu jangan lupa mengambil peta kota Paris disini. Ternyata kita bisa membeli tiket Paris Mobilis pada counter penjualan tiket dibagian depan pintu masuk menuju metro. Saya pun lalu antri didepan counter tersebut. Ada beberapa petugas yang akan melayani kita. Tak lama menunggu saya pun lalu dipanggil dan membeli tiket Paris Mobilisnya, tidak ada perbedaan harga antara manula dengan tiket dewasa, kirain "senior" dapat diskon gitu he..he.. Selain tiket petugas juga memberi peta metro Paris ke Saya.

Tourist Information di stasiun Gare Du Nord.

Counter penjualan tiket kereta di Gare Du Nord, termasuk tiket Paris Mobilis ataupun t+.

Lagi asyik beli tiket difoto Papa.

Setelah tiketnya ditangan, saya lalu mengajak Mama Papa menuju halte bus untuk naik bus no.42. Sama seperti keliling Paris 2 tahun yang lalu saya tetap mengandalkan bus no.42 dari Gare du Nord ini untuk menuju pusat kota dan tempat wisata terkenal di Paris termasuk menara Eiffel. Karena udara pagi itu masih berkabut, kami memutuskan untuk menuju Museum Louvre terlebih dahulu.

Sepanjang perjalanan dengan bus ini kita akan melewati tempat-tempat bersejarah di kota Paris. Memang lebih menyenangkan keliling kota-kota di Eropa dengan menggunakan bus atau tram karena kita bisa melihat keindahan kotanya dari balik jendela bus/tram. Ketika tiba di halte Concorde kami pun turun dan melanjutkan perjalanan menuju Museum Louvre dengan berjalan kaki melewati Obelix di Place De La Concorde, lalu taman Jardin Des Tuileries.

Turun di halte bus Concorde.

Untuk menandakan halte Concorde ini tinggal lihat Obelix di belakang.

Obelix di Place De La Concorde.

Pagi itu masih mendung dan berkabut.

Bersiap jalan menuju Museum Louvre.

Turis jaman now.

Diujung taman ini sebelum mencapai Museum Louvre, kita bakal bertemu gerbang Arc De Triomphe Du Carroussel. Gerbang ini berbeda dengan Arc De Triomphe Etoile yang terkenal itu, ukurannya lebih kecil dan dibagian atasnya terdapat patung kereta kuda. Ada hal yang sedikit mengganggu ketika berada disini karena banyak sekali imigran berkulit gelap yang menawarkan barang/souvenir dagangannya kepada kami dengan memakai bahasa Indonesia "Murah..murah" "Selendang..selendang". Dan para penjual yang menjajakan dagangan dengan berjalan kaki ini semakin banyak sampai di pelataran Museum Louvre.

Arc De Triomphe Du Carroussel, dibelakang terlihat imigran berkulit gelap menawarkan dagangannya ke pengunjung.

Me with Mom.

Taman menjelang masuk pelataran Museum Louvre.

Cie..cie..yang sampai di Paris.

Awalnya agak sedikit risih karena jadi susah untuk mengambil foto. Apalagi sudah ditolak baik-baik tapi tetap ada yang sampai mengikuti kemana kita pergi. Wah saya pun akhirnya tegas dan bernada keras untuk mengusir mereka. Seingat saya dulu tidak sebanyak ini imigran yang berjualan di area ini, tapi sekarang semakin banyak. Saya tidak menyalahkan siapa pun, mungkin memang hidup semakin keras dan imigran yang ditampung kota ini pun semakin banyak. Asal tidak mengganggu tidak masalah, tapi kalau sudah sampai diikuti dan mengganggu kita pun mesti bertindak tegas. 

Saya masih sangat respek dengan imigran yang berjualan ini dibanding mereka yang jadi preman atau copet, dan yang paling menyedihkan kalau mereka jadi gelandangan/pengemis.. Oh Eropa, dibalik keindahanmu ada sisi-sisi yang menggugah hati dan miris melihatnya. Tapi sisi baiknya dengan adanya para imigran penjual souvenir ini kita jadi dimudahkan untuk membeli souvenir. Jadi tidak perlu repot-repot mencari jika waktunya sempit. Tapi jurus belanja dengan mereka mesti kasi tampang ogah-ogahan dulu, lalu tawar sewajar harga menurut anda. Kalau harga yang ditawarkan terasa tinggi tawar aja semurahnya. Kalau ga cocok ya ga usah belanja, biasanya penjualnya nanti bakal kasi harga murah kok asal pinter-pinter nawar aja he..he.. Selama di Louvre ini diam-diam saya memperhatikan para penjual ini dan menangkap harga termurah yang mereka tawarkan. Gunanya, sapa tau nanti mau beli, jadi uda tau berapa harga termurahnya he..he..

Setibanya di pelataran luar Museum Louvre kita bisa melihat piramida kaca ditengah-tengahnya, piramida ini merupakan pintu masuk museum ini. Setelah beberapa kali mengambil foto, kami lalu beristirahat sembari memakan cemilan yang ada didalam tas. Nah saat santai ini saya bercerita ke Mama Papa pengalaman saya 2 tahun lalu yang masuk ke dalam museum ini melewati pintu VIP gratis dengan menggunakan kartu berobat Total (Perusahaan Minyak Perancis tempat suami saya bekerja) cerita selengkapnya bisa di baca disini. Saya lalu iseng bertanya Mama Papa mau coba masuk Museum Louvre gratis apa ga? Ternyata mereka mau ha..ha..ya iyalah gratis sapa yang nolak.

Museum Louvre.

Kalau ga mau banyak turis terlihat fotonya disini lebih oke.

Santai makan cemilan ditemani merpati, melihat antrian pengunjung untuk masuk ke Louvre.

Tidak beberapa lama, kami pun memutuskan untuk masuk lewat jalur VIP he..he..

Berbekal doa dengan kartu berobat Total E&P Indonesie punya saya yang sudah expired, kami mencoba mendatangi petugas pintu VIP museum Louvre yang berseragam lengkap itu. Untungnya saat itu hanya ada satu orang petugas yang berjaga di pintu VIP yang kosong tanpa antrian, berbeda jauh dengan pintu masuk sebelahnya yang penuh antrian panjang dan mengular. Saya pun memperlihatkan kartu berobat yang berisikan foto saya dan logo Total E&P Indonesie, perasaan deg-deg-an dan takut ditolak bercampur aduk. Petugas penjaga itu melihat sekilas lalu mempersilakan kami bertiga masuk. Hah..saya percaya tak percaya, tak ada pertanyaan apa pun, dan lucunya dengan satu kartu tapi 3 orang bisa masuk he..he.. 

Masuk lewat pintu VIP.

Senangnya bisa masuk Louvre tanpa perlu antri.

Didalam piramida Louvre.

Saatnya berkeliling museum besar ini, bermodal peta ditangan.

Wefie dulu sebelum mencoba masuk pintu kedua.

Tapi tunggu dulu ini baru pintu masuk pertama, masih ada pintu berikutnya yang mesti kami lewati. Nah dipintu kedua ini baru deh petugasnya jelimet, dia sampai nanya ini tanggal masuk atau kadaluarsa, secara kartunya berbahasa Indonesia saya bilang aja kalau itu tanggal saya masuk Total (bohong dikit) he..he.. Eh ternyata satu kartu cuma boleh masuk 2 orang saja, yaitu si pemilik kartu Total dan 1 orang lainnya, jika ada 1 orang lagi mesti beli tiket masuk. Nah mulai bingung nih, mau beli tiket atau ga, akhirnya yang masuk Mama sama saya, Papa nunggu diluar sekalian istirahat katanya. Oya peringatan akan copet banyak terlihat di pintu masuk dan dinding museum Louvre ini, jadi selalu berhati-hati dan waspada.

Karena dari awal Mama penasaran sama lukisan Monalisa, kami pun langsung menuju bagian Denon dilantai 1. Nah saking luasnya, museum Louvre ini dibagi atas beberapa lantai dan bagian (Richelieu, Sully dan Denon). Sepertinya butuh waktu 2 hari untuk bisa mengelilingi museum besar ini. Jadi jika waktunya sempit mending melihat beberapa bagian yang penting saja. Karena saya sudah pernah berkeliling museum ini sebelumnya, jadi untuk kali ini niatnya memang untuk menemani Mama saja.

Kami pun lalu mengitari bagian Denon ini, melihat beberapa patung peninggalan Romawi, lalu lukisan-lukisan besar peninggalan sejarah tempo dulu. Rata-rata peninggalan seni dan budaya ini masih dalam kondisi baik dan terawat, terutama lukisan-lukisannya. Beberapa kali kita mengambil foto sebelum sampai pada lukisan Monalisa karya Leonardo Da Vinci yang terkenal itu.

Mama didalam museum Louvre.

Patung peninggalan Romawi.

Sisi samping.

Salah satu lukisan di museum Louvre.

Sesampainya di ruangan tempat lukisan Monalisa, kami langsung bisa melihat kerumunan orang ditengah-tengah ruangan. Yah itulah dia lukisan Monalisa yang fenomenal itu, selalu dikerumuni oleh para turis dan pengunjung. Dibandingkan lukisan lainnya di ruangan itu lukisan Monalisa jauh lebih kecil. Tapi entah kenapa lukisan ini bisa sebegitu fenomenalnya. Mungkin yang belajar sejarah dan budaya bisa menjawabnya, kalau saya malah lebih suka memperhatikan lukisan-lukisan besar yang ada diruangan itu. Menurut saya lukisan-lukisan itu jauh lebih sulit dan rumit pembuatannya.

Lukisan-lukisan lain di ruangan yang sama dengan lukisan Monalisa.

Lebih tertarik dengan lukisan-lukisan besar seperti ini.

Madre.

Itu dia lukisan Monalisa yang ternyata tidak begitu besar.

Menuju spot menarik lainnya.

Setelah puas melihat semua lukisan di ruangan itu kami pun berjalan melihat-lihat ruangan lainnya. Ada beberapa lukisan yang menjadi andalan sisi Denon ini, kita bisa melihatnya dari peta yang dapat diambil sebelum masuk kedalam museum. Dengan mengikuti petunjuk yang ada pada peta tersebut maka kita dapat berjumpa dengan lukisan yang dimaksud. Peta ini sangat membantu untuk berkeliling museum Louvre. Oya kadang museum ini tidak hanya menampilkan keindahan pada lukisan atau patung yang dipajangnya, tapi juga langit-langitnya tak kalah indah. Jadi siapkan leher yang kuat untuk melihat keatas langit-langit Louvre yang indah, dijamin terpukau deh he..he..

Seni patung.

Deretan lukisan tempo dulu.

Setiap lukisan ini mengandung nilai sejarah.

Salah satu lukisan besar yang ada di Louvre, The Wedding Feast at Cana, Veronese.

Langit-langit museum Louvre yang berhiaskan lukisan dan relief.

Toko souvenir yang ada didalam museum Louvre.

The consecration of the Emperor Napoleon I, J. L. David.

Kita didalam museum Louvre.

Lorong-lorong panjang Louvre.

Setelah puas dan capek keliling bagian Denon, kami pun keluar dan mencari Papa. Karena diluar sudah mulai sore dan cuaca cerah, kami pun memutuskan untuk menuju Menara Eiffel. Maklum Mama udah penasaran dari semalam mau ke Eiffel Tower katanya he..he.. Tapi sebelum benar-benar meninggalan Louvre kami masih sempat mengambil beberapa foto dulu disini. Intinya puas-puasin deh mengabadikan moment disini, udah jauh-jauh masa ga foto-foto he..he..

Papa berpose di bagian bawah piramida Louvre.

Louvre.

Puas-puasin foto disini.

Bule-bule sibuk foto burung, saya mah sibuk foto Bokap he..he..

Pose biar bisa diupload di Instagram he..he..

Salah satu setting yang ada di buku The Da Vinci Code.

Cekrek-cekrek upload.

Sumpah saya niatnya foto Piramida bukan Mas-mas ini..ha..ha..

Kami memutuskan untuk naik metro dari stasiun Palais Royal Musee du Louvre menuju stasiun Champ de Mars Tour Eiffel. Ternyata keputusan naik metro ini tidak terlalu bagus karena kita berganti jalur kereta dua kali di stasiun Opera dan stasiun Invalides, yang mana dikedua stasiun ini jarak antara jalur keretanya cukup jauh, alhasil kita lumayan capek jalan kakinya. Saran saya lebih baik naik bus saja dari Louvre menuju Eiffel nya karena metro di Paris jika mesti ganti line/jalur kereta lumayan bikin repot.

Kami tiba di Eiffel sore hari. Ada yang berbeda dari Eiffel saat ini, dimana untuk dapat berada didekat menara ini kita mesti melewati pos security dan metal detector. Menara ini diberi pagar disekelilingnya sehingga kita tidak lagi dapat bebas berjalan dibawahnya. Sangat jauh berbeda keadaannya dengan tahun 2015 lalu. Mungkin karena belakangan ini Paris beberapa kali diguncang oleh teror bom, sehingga pemerintah Perancis lebih memperketat pengamanan disekitar Eiffel. Setelah melewati bagian security, kami pun dapat berada dibawah menara ini, dan menikmati keindahan Eiffel sore itu.

Suatu sore di bawah Menara Eiffel.

Alhamdulillah, bisa kembali kesini lagi.

Us.

Persis dibawah Eiffel Tower.

Baru aja melewati pos security dan metal detector nih.

Mama uda gaya banget nih sama jaket bulu nya he..he..

Menjelang magrib kami berpindah posisi menuju bagian taman yang ada di depan menara Eiffel. Disini terdapat kursi-kursi taman untuk bersantai. Kami pun duduk di salah satu kursi taman, lalu ngemil biskuit dan melepas lelah. Selagi duduk di kursi taman ini kami juga sempat bertanya dengan polisi yang bertugas disekitar Eiffel mengenai jam berapa lampu-lampu Eiffel ini berkelap-kelip. Saat kami disana akhir bulan Oktober lampunya mulai berkelap-kelip jam 7 malam dan akan diulang setiap jam nya selama 10-15 menit sampai jam 12 malam. Tanpa kami sadari ternyata sudah jam 7 malam dan tiba-tiba menara besar ini berkelap-kelip dengan indahnya. Kami pun buru-buru mengambil kamera dan sibuk mengabadikan moment indah ini. Ada yang sibuk video, ada yang sibuk foto-foto. Alhamdulillah kesampaian juga melihat gemerlap Eiffel dimalam hari.

Mama dan polisi yang bertugas.

Eiffel dikala senja.

Mulai berkelap-kelip.

Cantiknya..

Papa dengan latar belakang Eiffel yang gemerlap.

Mama Papa.

Walau muka uda berminyak, foto jalan terus he..he..

Selama duduk di kursi taman ini, beberapa kali kami dihampiri oleh imigran pedagang souvenir seperti yang ada di Louvre, cuma bedanya yang di Eiffel ini tidak memaksa seperti yang di Louvre. Saya lalu bertanya ke Mama apa tidak ingin membeli, karena lumayan murah. Dan saya sudah tau harga termurahnya karena survei di Louvre tadi, jadi bisa nawar dengan harga termurah. Akhirnya Mama pun membeli souvenir dengan salah satu imigran Arab, harganya pun cukup murah setelah ditawar.

Tidak lama datang Imigran berkulit gelap yang menawarkan barang dagangannya juga. Awalnya kami tidak tertarik karena sudah berbelanja, tapi setelah proses tawar menawar yang cukup alot dapat juga souvenir lain dengan harga cukup murah he..he.. Dari pengalaman belanja dengan imigran ini saya dapat kesimpulan lebih baik belanja dengan imigran Arab atau Bangladesh daripada dengan Imigran Negro, karena Arab/Bangladesh lebih ramah dan lebih mudah negosiasi. Sedangkan dengan yang berkulit gelap agak susah dan sedikit memaksa. Satu lagi tipsnya siapkan uang pas, karena mereka biasanya jarang ada kembalian, (atau malas memberi kembalian), gantinya mereka akan memaksa kita membeli barang mereka yang lain, seharga uang kembalian tersebut.

Setelah beres belanja souvenir kami pun memutuskan untuk kembali ke hotel dan beristirahat. Kali ini saya putuskan naik bus no.42 saja menuju Gare Du Nord, karena lebih praktis dan mudah. Kami lalu jalan kaki menuju halte bus no.42 yang tidak jauh dari taman yang ada di depan menara Eiffel. Saat kami berjalan menuju halte ini ternyata sudah jam 8 malam dan Eiffel kembali berkelap-kelip indah dihadapan kami. Wah senangnya, sampai bikin video maju mundur cantik ala-ala Syahrini disini ha..ha..

Ketika kembali berkelap-kelip jam 8 malam.

Alhamdulillah, sebelum sampai ke halte bus masih bisa menikmati kelap-kelip Eiffel sekali lagi.

Next saya akan bercerita pengalaman kami menuju Istana Versailles dan berkeliling kota Paris hari berikutnya. Penasaran kemana saja kami pada hari kedua di Paris ini?? Terus ikuti perjalanan kami ya dan ambil baiknya. Semoga bermanfaat dan bisa berbagi informasi yang positif kepada teman-teman semua. Let's traveling with your own style and get amazing advantures... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sering Dipandang Sebelah Mata, Ternyata Wisata Negara Balkan Seindah Itu.

  Kotor Bay - Montenegro. Alhamdulillah, beberapa hari yang lalu saya baru saja kembali dari trip beberapa negara di Eropa. Pada trip kali i...