Senin, 29 Januari 2018

Perjalanan Kembali ke Tanah Air Roma - Istanbul - Jakarta (Euro Trip 2017 Day 16-17).

Fiumicino Airport.

Hari ini hari terakhir kami di Roma dan juga merupakan hari terakhir kami di Eropa dalam euro trip 2017 ini. Karena kemaren kami tidak mencoba sarapan dari hotel, kami pun penasaran dengan fasilitas sarapannya. Maka pagi ini kami mencoba sarapan dari Hotel Suite Caesar. Ternyata benar sarapannya sangat menyenangkan, menunya pun ringan dan tidak ada yang berbahan daging. Mudah-mudahan halal, karena cuma roti, kue, buah dan minuman.

Walau menunya ringan, tapi cukup mengenyangkan lho. Yang paling endes kopi-nya karena dibuat dan diracik langsung oleh petugasnya dari mesin kopi mereka. Mana banyak lagi pilihan menu kopi-nya. Sayang saya ga bisa mencoba karena memang perutnya ga cocok minum kopi. Tiap habis minum kopi pasti pusing, mual dan jantung berdebar-debar, sejak itu saya sangat menghindari minuman satu ini.

Menu sarapan saya pagi itu.

Suasana restoran tempat kami breakfast.

Restoran Hotel Suite Caesar.

Setelah sarapan dan beresin semua barang kedalam koper. Kami pun check out dari hotel. Tapi karena pesawat kami ke tanah air baru berangkat sore hari, jadinya kita masih punya waktu jalan-jalan di Roma sampai siang. Karena itu koper pun kami titip dulu ke resepsionis hotel. Tadinya hari ini saya mau mengajak mama papa ke Vatikan, tapi karena kemaren sudah ke sana, jadinya mama papa sudah tidak berminat lagi. Akhirnya mama papa meminta untuk jalan-jalan di sekitaran stasiun Roma Termini.

Koper-koper kami yang dititp di hotel.

Oke deh, jadi hari terakhir ini diisi dengan jalan santai aja di sekitaran Roma Termini. Ketika sampai di stasiun Roma Termini, Mama mengingatkan saya untuk membeli tiket kereta menuju airport untuk nanti sore. Kami pun pergi ke bagian tempat pembelian tiket di tengah-tengah stasiun. Sistem pembelian tiket disini, kita ambil no antrian lalu tunggu no antrian kita muncul dilayar, baru bisa masuk ke counter tempat pembelian tiket. Ada beberapa counter, jadi selain no antrian kita tertera dilayar, juga tertera no counter yang akan melayani kita. Mirip antrian bank di indonesia.

Conuter tempat pembelian tiket antar kota dan juga kereta ke airport.

Saya dan mama lagi siap-siap menuju meja counter.

Tiket kereta juga bisa dibeli di mesin-mesin belakang ini.

Jadwal keberangkatan kereta di Roma Termini stasiun.

Ketika no antrian saya tertera, saya pun masuk bareng mama menuju counter yang akan melayani saya. Setelah bertanya masalah tiket kereta ke airport ini, kami pun membeli 3 tiket. Jadi sistemnya tiket kereta ini open tapi mesti di hari yang sama. Kata petugasnya kereta ke airport berangkat tiap setengah jam. Perjalanannya kurang lebih 40-50 menit. Setelah tiket kereta ke airport sudah ditangan, kami pun melanjutkan jalan-jalan.

Pertama kami jalan kaki menuju terminal bus Roma Termini lalu jalan terus menuju Basilica St Maria of  the Angels and the Martyrs yang berhadap-hadapan dengan Fontana Delle Naiadi. Rencana kami ingin mengabadikan foto berlatar belakang bangunan sejarah ini. Fotonya bukan foto biasa karena spesial ucapan ulang tahun buat keponakan tercinta dan cucu sulung oma opa yaitu Mudzi. Kebetulan Mudzi berulang tahun keesokan harinya.

Ada patung Paus di terminal bus Roma Termini.

Terminal bus Roma Termini.

Anak papa banget.

Ucapan Ultah buat si sulung Mudzi.

Setelah beres sesi foto-foto ucapan ultah untuk Mudzi, kami lalu jalan melihat-lihat toko souvenir yang ada disana. Ada beberapa oleh-oleh yang dibeli Mama Papa buat cucu-cucunya. Beres belanja oleh-oleh mama kembali mengajak kami ke dalam bangunan stasiun Roma Termini. Kami pun kembali ke stasiun, ternyata mama kembali mendatangi toko tempat beli tas kemaren malam. Ternyata mama belum puas belanja belinji semalam ha..ha..

Toko souvenir yang ada di sekitar Roma Termini.

Langit biru cerah.

Beres belanja souvenir sebelum balik ke tanah air.

Balik lagi ke stasiun Roma Termini.

Suasana didalam stasiun.

Jadinya siang itu belanja tas lagi deh ha..ha.. Lumayan saya juga dapat jatah dari papa ha..ha.. Bukan kami yang cewek-cewek aja belanja, papa juga ga ketinggalan dong. Papa dapat sepatu asli made in Italy, bagus deh. Pengen beliin buat Bang Tomi juga, tapi Bang Tomi ga suka dibeliin sepatu kalau ga langsung dia coba sendiri, so ga jadi beli buat si abang. Selain belanja barang, kita juga beli coklat asli Italia yang sangat terkenal disana sebagai oleh-oleh.

Itu tas pilihan mama he..he..

Kita asyik belanja, papa malah sibuk selfie ha..ha..

Nenteng tas belanjaan lagi he..he..

Toko favorit mama di Roma Termini.

Lumayan ada juga bawa pulang tas dari Eropa he..he..

Beres belanja ternyata sudah jam 2 siang, saatnya kami mengambil koper di hotel. Kami pun kembali ke hotel dan mengambil koper, lalu kembali ke stasiun Roma Termini. Tapi sebelum naik kereta, mama beli nasi + ayam goreng halal dulu buat makan siang kami di airport nanti. Nah saat menunggu mama belanja ayam ini, saya melihat seorang wanita men-scan tiket keretanya sebelum masuk ke bagian peron. Disitu saya berkata ke papa, tiket kita apa ga perlu divalidasi juga ke mesin itu pa? Tapi karena sama-sama tidak tahu, jadi kami kira tidak perlu. Karena kereta ke airport saya rasa bukan kereta ke luar kota yang perlu di validasi, toh tadi petugas yang jual tiket tidak ada mengatakan hal ini ke saya.

Setelah mama beli nasi + ayam, kami lalu sama-sama masuk ke pintu menuju peron, pintu ini dijaga oleh seorang petugas. Dia melihat sekilas pada tiket yang ada ditangan kami, lalu mempersilakan kami bertiga masuk. Sekitar jam 3 sore kami naik kereta menuju bandara Fiumicino. Awalnya semua berjalan lancar dan menyenangkan, apalagi mengingat akan segera kembali ke tanah air.

Mama Papa diatas kereta menuju bandara.

Suasana diatas kereta.

Saya duduk sendirian.

Tapi perasaan senang itu mendadak sirna, ketika petugas pengecek tiket datang mengecek tiket kereta kami. Karena tiket kami bertiga saya yang pegang, tentu saya yang memberikan ketiga tiket tersebut ke petugas. Tapi si petugas tidak mau menceklek tiket kami karena katanya tiket ini belum divalidasi di mesin tiket, jadi kami terkena denda 50€ per-orang. Jeng..jeng..asli saya kaget dengernya. Otak saya langsung mengkalikan 50×15000 = 750.000 perorang kali tiga sekitar 2,25 jt. Wah denda yang cukup besar.

Saya lalu bilang kalau saya ga punya euro sebanyak itu karena mau kembali ke tanah air. Saya lalu bilang ke mama papa mengenai hal ini dan si petugas pun mendekati mama papa. Eh anehnya ke mama papa si petugas bilang dendanya 100€ perorang lalu dia diskon jadi 200€ aja bertiga. Mama yang panik tetap memohon dan memelas ke petugas ini untuk dimaafkan dan mengikuti si petugas kemana pun dia pergi. Si petugas merasa risih lalu meminta mama kembali duduk di kursinya.

Kami pun kembali duduk dan ga tenang sampai tiba di airport. Kami uda bersiap bakal ditunggu dan dihadang didepan pintu oleh petugas ini untuk membayar denda. Yang kami lakukan hanya berdoa dan memohon kepada Tuhan agar diberi kemudahan atas masalah ini. Sampai tiba di airport, kami pun turun bersama penumpang lain. Anehnya tidak ada satu pun petugas yang menghampiri kami. 

Kami pun bergegas keluar dari stasiun kereta. Mama papa berpikir kalau tiket kami tidak bisa digunakan untuk membuka pintu otomatis, jadi nyolonong keluar bersama penumpang lain yang men-scan tiketnya ke pintu otomatis. Tapi ketika saya mencoba scan tiket kami ternyata pintu otomatis untuk keluar stasiun tetap bisa terbuka. Dan kami pun berjalan cepat menuju bangunan bandara. Tanpa berani menoleh ke belakang. Buset berasa kayak buron aja, jadi ingat serial Locked Up Abroad yang biasa saya tonton di National Geographic Channel. Serreemm..

Sesampainya di gedung airport kami langsung mencari counter check in Turkish Airlines, dan Alhamdulillah counter check in nya sudah buka, jadi kami pun langsung check in dan memasukan  koper ke bagasi. Setelah itu kita putuskan makan siang dulu dilantai 2 sebelum masuk ke bagian imigrasi dan ruang tunggu pesawat. Jujur saya sama mama belum tenang karena kepikiran bisa aja nanti pas di imigrasi kita bertiga ditangkap karena belum bayar denda. 

Setelah makan, kami pun masuk bagian imigrasi untuk pengecekan paspor. Alhamdulillah ketakutan saya dan mama tidak terjadi. Kami bertiga lancar jaya melewati bagian imigrasi di bandara ini. Lega sekali rasanya. Langkah pun terasa ringan menuju ruang tunggu bandara. Tapi memang ada yang aneh dengan denda yang tidak sinkron diberikan oleh si petugas, awalnya bilang 50 Euro berubah jadi 100 Euro. Saya rasa petugas ini ingin mengambil keuntungan juga dengan masalah validasi tiket kereta yang tidak kami ketahui tersebut. Ya sudahlah, yang penting kami ga kena denda pada akhirnya dan bisa meninggalkan Italia ini dengan tenang. Jadi buat teman-teman yang naik kereta airport ini jangan lupa validasi tiketnya sebelum naik kereta ya, biar ga kejadian kayak kami. Sebelum sampai ke gate (ruang tunggu) kita melewati pertokoan yang menjual makanan, parfum dan oleh-oleh lainnya. Mama pun membeli kue disini untuk oleh-oleh.

Kami asyik main HP, Papa asyik selfie dengan kami sebagai latar belakang he..he..

Onde mande tercyduk, candid by papa.

Ketika sampai di depan gate, ternyata kami masih harus menunggu beberapa saat. Disini kami bertemu rombongan tour orang Indonesia yang juga menjadi penumpang Turkish Airlines yang sama dengan kami. Ketahuan karena mereka berbicara dengan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa he..he.. Belakangan kami tau, mereka adalah distributor ban seluruh Indonesia yang mendapat bonus jalan-jalan ke luar negeri oleh merk ban yang mereka jual. Wah keren ya, bonusnya jalan-jalan keliling Eropa.

OOTD di airport.

Foto dulu sebelum naik pesawat ya Ma.

Saatnya kembali ke tanah air.

Uscita..uss pergi sana *kata Syahrini.

Bye..Bye..Roma.

Ketika naik keatas pesawat, salah seorang pramugara menyapa kami, dengan mengucapkan "selamat datang". Kaget kami pun tersenyum dan nyeletuk bisa bahasa Indonesia pramugara Turkish Airlines ini he..he.. Kami pun duduk pada kursi yang tertera pada boarding pass. Dan jam 18.55 pesawat Turkish Airlines pun terbang landas dari Roma menuju Istanbul.

Tidak lama setelah lepas landas, pramugari dan pramugara mulai sibuk mempersiapka makan malam untuk kami semua. Ada 2 pilihan menu utama untuk penerbangan kali ini yaitu, menu daging ayam dan menu pasta. Tentu kami bertiga memilih menu daging ayam. Minumnya seperti saat berangkat kami memilih jus cherry sebagai minuman favorit selama penerbangan kembali ke tanah air ini. Makanan malam itu enak dan bikin kami puas, belum lagi pramugara yang melayani kami ramah dan bisa berbahasa Indonesia sedikit-sedikit. Sisa perjalanan kami isi dengan istirahat dan tidur.

Makanan dari Roma ke Istanbul.

Mari makan Ma, Pa.

Rute pesawat kami dari Roma ke Istanbul.

Jam 23.30 kami pun tiba di bandara Ataturk Istanbul Turki. Pesawat lanjutan kami berangkat jam 02.35, jadi kami mesti menunggu 3 jam di bandara ini. Selama menunggu saya putuskan untuk tiduran di kursi-kursi panjang bandara. Nah saat tiduran ini, saya mendengar papa bercerita ke mama kalau salah seorang rombongan tour distributor ban yang satu pesawat dengan kami ada yang jadi korban perampokan saat di Paris.

Mendengar hal itu saya pun ga jadi tidur dan menyimak cerita papa. Kata papa, bapak itu dirampok sampai terluka dan tangannya mesti dijahit. Paspor, uang dan hp nya hilang diambil oleh kelompok perampok tersebut. Karena ada ibu-ibu yang merupakan anggota rombongan tour tersebut duduk di dekat saya, saya pun bertanya untuk dapat info lebih banyak. Ternyata ibu-ibu itu adalah istri dari bapak yang kena rampok. Dia pun bercerita kronologis peristiwa mengerikan tersebut.

Dari cerita si ibu, sepertinya perampok ini memang sudah memata-matai targetnya dan memang targetnya rombongan tour yang turun bus paling akhir. Mereka bekerja berkelompok dan berbadan besar, 2 orang menarik/merampok tas korban, satu orang berada di mobil untuk stand by lalu langsung kabur ketika tas korban sudah didapat. Kejadiannya malam-malam ketika mereka turun dari bus untuk ikut tour menonton show di Paris. Bapak yang jadi korban ini memang turun paling akhir dari bus.

Saya lalu menyarankan si ibu untuk urus asuransi perjalanannya setiba di tanah air. Biar bisa mendapat ganti rugi. Si ibu malah baru ngeh kalau ke Eropa pasti ada asuransi perjalanan. Saya bilang si ibu bisa tanya ke tour guide atau travel agent yang mengurus perjalanan mereka, mengenai hal itu. Satu hal yang bisa saya petik dari hal ini adalah, bahwa ikut tour pun keliling Eropa belum tentu aman. Karena bisa saja kejadian yang menimpa bapak ini terjadi. Dan katanya perampokan terhadap bus-bus tour memang sedang marak di kota-kota besar Eropa. Targetnya memang turis Asia yang ikut tour dan biasanya berduit.

Tak terasa karena asyik ngobrol dengan ibu-ibu rombongan tour ini jam sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Kami pun diminta untuk naik pesawat. Kali ini 90% penumpang merupakan WNI, ada yang baru pulang dari umroh, ada juga yang baru pulang traveling kayak kami. Jam 02.35 pesawat pun terbang landas menuju Jakarta.

Kami yang kecapean pun tak lama setelah lepas landas langsung tertidur. Tiba-tiba dibangunkan untuk makan oleh pramugari. Makan kali ini berupa menu breakfast. Menunya telur orak arik, sayang kurang enak rasanya, jadi ga habis. Ga da pilihan menu yang lain. Saat saya membuka jendela, pramugari meminta saya menutup jendel kembali. Awalnya saya bingung, ternyata untuk menghindari sinar mentari masuk, karena kami terbang menuju zona waktu yang berbeda. Sinar matahari itu tentu akan mengganggu penumpang lain yang sedang lelap tidur.

Suasana ketika baru saja naik pesawat dari Istanbul ke Jakarta.

Muka capek semua.

Pengen cepat sampai Jakarta.

Penampakan menu sarapan di pesawat.

Yang ini makanannya ga habis.

Pramugara yang melayani kami.

Sisa penerbangan saya isi denga tidur, nonton film dan main game. Tak terasa setelah hampir 8 jam terbang kami pun mendarat di bandara Soekarno Hatta. Sekitar jam 18.00 kami tiba di Soetta. Senang sekali rasanya tiba di tanah air. Kali ini bantal dan selimut dari Turkish Airlines saya bawa pulang sebagai kenang-kenangan. Dan hal ini memang diperbolehkan dan dilakukan oleh banyak orang.

Suasana menjelang tiba di tanah air.

Saya rindu hangatnya Indonesia.

Tampilan live camera pesawat saat mendarat di Jakarta.

Alhamdulillah kami tiba dengan selamat di tanah air.

Setelah melewati imigrasi, kami lalu menuju bagian pengambilan bagasi. Koper-koper sudah ditangan, saya pun buru-buru keluar karena ada seseorang yang sangat saya rindukan sedang berada diluar pintu bandara menunggu saya punuh harap dan rindu. Siapa lagi kalau bukan suami tercinta. Duh rasanya senang sekali bisa melihat Bang Tomi, langsung kami pelukan dan melepas rindu. Alhamdulillah..tak henti saya bersyukur kepada Tuhan. Demikian rangkaian perjalanan euro trip 2017 ini. Tapi jangan khawatir karena saya bakal nulis trip saya berikutnya. Ditunggu saja ya..dan doain perjalanan saya berikutnya aman dan selamat sepanjang perjalanan. Amin YRA.


Sabtu, 27 Januari 2018

Jalan-Jalan di Roma dan Vatican City (Euro Trip 2017 Day 15).

Vatikan.

Hari ini saya akan menemani Mama Papa untuk berkeliling kota Roma. Sebelum jalan-jalan, kami sarapan di dalam kamar. Sebenarnya tersedia sarapan dari pihak hotel, tapi karena takutnya sarapannya ga bisa kita makan (non halal), jadinya kami pun tidak menikmati fasilitas sarapan dari hotel tersebut. 

Ternyata dugaan kami salah, sarapan yang disedikan berupa roti, kue, sereal, buah dan berbagai macam minuman (susu, teh, kopi) yang bisa kita makan. Baru tau hal ini, pas papa nitip kunci kamar hotel ke resepsionis. Jadinya Papa sempatin srumput kopi dari resto hotel. Lumayan ya pa, bisa rasain kopi italiano asli di Roma he..he.. 

Pagi ini kami kembali mengunjungi Colosseum. Memang rencananya perjalanan keliling Roma dimulai dari Colosseum. Sebelum naik metro, kami membeli tiket pass 24H seharga €7 perorang, untuk transportasi berkeliling kota Roma. Tiket pass 24H ini bisa digunakan untuk semua moda transportasi (bus, metro, tram) di kota Roma.

Kami membeli tiket pass 24H ini dimesin tiket yang ada didepan pintu stasiun metro. Seperti halnya kemaren, pagi ini tetap ada ibu-ibu gipsi yang mencari mangsa berdiri ditiap mesin tiket tersebut. Tapi kali ini saya ga mau sama sekali ditolong oleh ibu-ibu gipsi tersebut. Memang mesti bersikap cuek seolah-olah sudah biasa untuk menghadapi preman/kaum gipsi di Eropa ini.

Tiket Pass 24H keliling Roma.

Setelah tiket ditangan kita pun lanjut naik metro line B menuju stasiun Colosseo tempat Colosseum berada. Setibanya di Colosseum, gerimis kembali mengundang. Mama langsung mengeluarkan payung merahnya dan kami sama-sama mencari spot untuk foto-foto lagi disini. Berbeda dengan kemaren sore, suasana pagi di Colosseum sangat ramai, jadi kita pun mesti jeli mencari tempat foto terbaik he..he..

Colosseum pagi hari.

Mama dan payung merah matchingnya.

Hujan reda, senangnya.

Papa in action.

Ga mau ketinggalan.

Untungnya hujan mulai reda dan matahari mulai memperlihatkan cahayanya. Perlahan tapi pasti hati mulai cerah. Kami pun makin semangat menikmati suasana di Colosseum pagi itu. Tampak antrian panjang orang-orang yang ingin masuk ke situs bersejarah Colosseum ini. Kami tidak berminat untuk masuk, soalnya masih banyak tempat-tempat lain yang mau dilihat hari ini. So sudah cukup senang dengan melihat dari luarnya saja.

Gerbang kemenangan.

Sisi lain Colosseum.

Banyak gladiator berakhir hidupnya disini.

Mulai cerah.

Setelah puas melihat suasana Colosseum dipagi hari, kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju reruntuhan Roman Forum. Jaraknya dari Colosseum ke Roman Forum memang tidak terlalu jauh. Dan tersedia trotoar yang luas dan nyaman untuk kita berjalan kaki menuju kawasan wisata ini.

Di Roman Forum kita akan melihat reruntuhan atau puing-puing bangunan bersejarah zaman romawi dimana Julius Caesar berkuasa. Disini juga terdapat makam dari Julias Caesar tersebut. Tapi akan sulit menemukannya jika kita tidak menyusuri area Roman Forum dengan bantuan tour guide atau peta yang memadai. Oleh karena itu kami pun hanya melihat area Roman Forum dari pinggir jalan Via Dei Fori Imperiali. Oya sepanjang jalan ini terdapat beberapa patung Julius Caesar sebagai tanda peringatan kepadanya.

Reruntuhan bangunan sejarah di kota Roma.

Mama Papa melihat reruntuhan Roman Forum.

Lumayan anginnya sepoi-sepoi.

Roman Forum.

Cantik ya kawasan disini.

With Mom.

Trotoar disini nyaman banget buat jalan-jalan.

Patung Julius Caesar.

Bangunan putih disana adalah monumen untuk Raja Italia.

Bunga merah merekah bermekaran.

Dari Roman Forum kami lanjutkan berjalan kaki menuju Monumen Vittorio Emanuele II. Bangunan putih nan megah ini sangat kontras dengan bangunan-bangunan disekitarnya. Vittorio Emanuele II adalah raja pertama yang menyatukan Italia. Kami tidak masuk ke dalam bangunan ini, cukup mengagumi bangunan putih besar ini dari luarnya saja.

Monumen Vittorio Emanuele II.

Didalam bangunan ini terdapat museum tentang Vittorio Emanuele II.

Suka lihat pohon-pohon yang ditata apik seperti ini.

Di depan Monumen Vittorio Emanuele II.

Turis.

Jalan di depan Monumen Vittorio Emanuele II.

Spot kece di foto nih.

Dari sini kami lalu berjalan ke halte bus yang ada disisi sebelah kiri Monumen Vittorio Emanuele II. Dari halte bus ini kami naik bus menuju Fontana De Trevi, yaitu sebuah kolam air mancur yang sangat terkenal di Italia. Mungkin juga diseluruh dunia. Perjalanan dengan bus ini tidak terlalu lama, dan kami pun tiba di halte terdekat menuju Fontana de Trevi.

Saat kami tiba di depan kolam ini kami langsung kaget dengan indah dan besarnya kolam, serta ramainya turis didepan kolam tersebut. Tahun 2015 saya kesini Fontana de Trevi sedang direnovasi sehingga saya tidak melihat wujud aslinya. Ada mitos yang sangat terkenal disini. Mitosnya jika kita melempar koin dari tangan kanan melewati bahu kiri dengan posisi membelakangi kolam air mancur ini, dan koinnya jatuh kedalam kolam, maka kelak kita akan kembali ke kota Roma. 2 tahun lalu saya melakukan lempar koin tersebut, dan Alhamdulillah saya kembali ke Roma.

Patung-patung yang menghiasi Fontana de Trevi.

Fontana de Trevi.

Karena ramai, fotonya mesti dari dekat gini.

Seni.

Papa di Fontana de Trevi.

Mama pas foto lumayan sepi kiri kanan nya.

Fontana de Trevi.

Sekarang pun saya dan mama melakukan hal yang sama. Kalau dulu berbekal koin 500 perak, sekarang berbekal koin cen euro yang paling rendah (ogah rugi ceritanya) he..he.. Selain melempar koin kami juga menerima jasa tukang foto langsung jadi yang ada disana. Kebanyakan dari tukang foto ini merupakan imigran dari Bangladesh. Karena mama pinter negonya jadi kami dapat harga lumayan oke, kalau ga salah 6€ untuk 2 foto ukuran 10R. Selain difoto dengan kameranya, si tukang foto juga mau kok membantu kita mengambil foto dengan kamera kita sendiri. Keuntungan yang sangat terasa dengan bantuan tukang foto ini kita bisa ambil foto tanpa terganggu turis yang bejibun di Fontana de Trevi. Karena si tukang foto nanti akan menahan orang-orang yang mendekat atau berlalu lalang. Dan hasilnya cukup oke lho.

Ternyata di bagian sudut agak sepi, jadi foto-foto lagi.

Lempar koin di fontana de trevi.

Bagian sudut fontana de trevi.

Airnya jernih bawaannya pengen berenang he..he..

Yang hitam kecil-kecil didalam kolam adalah koin-koin yang dilempar oleh para turis.

Happy couple.

Jadi jika teman-teman menggunakan jasa tukang foto langsung jadi disini, saya sarankan jangan lupa ditawar dulu harganya. Mereka ramah kok, apalagi dengan sesama muslim, karena rata-rata imigran dari Bangladesh beragama Islam. Jadi rasanya seperti saudara saja. Kami malah asyik ngobrol dan bercerita dengan tukang foto yang membantu kami disini, terutama papa senang sekali melihat daya juang untuk bertahan hidup para imigran disini he..he..

Setelah puas menikmati Fontana de Trevi, kami lalu memutuskan untuk mencoba es krim gelato khas Italia yang kedainya ada didepan kolam air mancur ini. Saya memilih es krim rasa yogurt dan coklat, kalau mama pilih rasa coklat dan stroberi, sedangkan papa saya suruh cobain rasa pistachio dan coklat. Soalnya pistachio ini rasa kacang khas Italia. Kami pun istirahat sambil menikmati gelato di kedai es krim ini. Oya di kedai ini ada toilet yang cukup bersih dan gratis, jadi jangan lupa manfaatkan toiletnya untuk mengosongkan kantung air seni he..he..

Gelato.

Hmm..yummy..

Papa cuek nikmati es krimnya.

Gelato di Fontana de Trevi.

Dari Fontana de Trevi kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju Pantheon. Pantheon dulunya merupakan bangunan untuk pemujaan para dewa, tapi sejak masuknya Kristen di Eropa Pantheon dirubah menjadi Gereja. Untuk menuju Pantheon kami memilih untuk bertanya-tanya ke orang-orang yang kami temui. Salah satunya seorang pedagang kacang pistachio yang juga seorang imigran dari Bangladesh. Selain ditunjukkan arah yang benar kami pun ditawari kacang pistachio-nya secara gratis. Jujur saya terharu sekali melihat kebaikan orang ini. Walau hanya berjualan kacang kaki lima seperti ini, tapi dia tetap mau berbagi kebaikan dan murah hati. Salut dengan daya juang orang-orang ini di negeri orang. Mereka tetap jujur dan berusaha tanpa menipu atau melakukan hal yang tidak baik.

Ada gedung cantik.

Foto-foto lagi disini.

Penjual kacang pistachio yang membantu kami.

Terima kasih ya Pak.

Kami menyusuri lorong serta gang-gang menuju Pantheon. Disepanjang jalan atau lorong-lorong menuju Pantheon kita bakal menemukan banyak cafe dan restoran serta toko souvenir. Tak sedikit restoran tersebut merupakan restoran halal, jadi buat yang kelaperan bisa makan siang disini. Beberapa lama berjalan saya menemukan satu bangunan yang mirip Pantheon. Saya kira bangunan ini adalah Pantheon ternyata bukan saudara-saudara ha..ha.. Tapi tetap kita foto disini, apalagi ada seorang imigran Bangladesh yang menjadi artis jalanan disini dan berlagak bisa duduk di awang-awang. Karena kasian dan merasa sudah banyak dibantu oleh kaum imigran Bangladesh selama disini, mama pun memberikan beberapa keping euro dan berfoto bersama bapak ini.

Bersama imigran Bangladesh yang mengadu nasib di Roma.

Seni jalanan seperti ini banyak kita temui di Eropa.

Kirain Pantheon he..he.. ternyata bukan.

Lorong menuju Pantheon sesungguhnya.

Tak jauh dari situ akhirnya tiba juga kami didepan bangunan Pantheon. Suasana disini cukup ramai dan riuh. Didepan Pantheon juga terdapat kolam air mancur. Banyak orang-orang yang duduk di pinggir kolam air mancur ini. Tak buang-buang waktu kami pun mengabadikan moment disini. Kita bertiga memutuskan untuk meneruskan perjalanan dan tidak masuk ke dalam gereja ini.

Ini baru Pantheon he..he..

Tempat beribadah zaman dahulu, kini berubah jadi gereja.

Air mancur didepan Pantheon.

Orang-orang yang ingin masuk ke dalam Pantheon.

Dari Pantheon kami lalu mencari halte bus terdekat dan naik bus menuju Kastil St Angelo. Kalau ditanya bus-nya saya lupa, soalnya setiap sampai dihalte saya hanya melihat rute bus yang ada dihalte atau bertanya ke orang-orang yang ada disana he..he.. Kami pun turun di persimpangan jalan dekat Ponte St Angelo. Ponte St Angelo adalah jembatan yang menjadi gerbang menuju Kastil St Angelo. Jembatan ini keren banget lho, karena di kiri kanannya dihiasi patung malaikat bersayap gitu. Saya suka sekali foto disini.

Penunjuk menuju kastil St. Angelo.

Ponte St. Angelo.

Swing..swing..at Ponte St. Angelo.

Suka suasana di jembatan ini.

Di belakang itu bangunan kastil St. Angelo.

Diujung Ponte St Angelo ini kita langsung melihat bangunan Kastil St Angelo yang masih kokoh dan terawat. Selain itu dari Ponte St Angelo kita juga bisa melihat dari kejauhan tampak kubah Katedral St Peter's Basilica yang ada di Vatican City. Sebenarnya kita bisa masuk ke Kastil St Angelo ini. Tapi seperti biasa mama papa tidak berminat dan memutuskan untuk lanjut ke Vatican City tempat Katedral St Peter's Basilica berada.

Kastil St. Angelo.

Patung malaikat.

Enjoy Roma Pa.

Sebenarnya saya menjadwalkan ke Vatikannya esok hari. Tapi karena jarak ke Vatikan dari sini sudah sangat dekat, akhirnya kami bertiga memutuskan untuk ke Vatikannya sore ini juga. Untuk menuju Vatikan kita cukup berjalan kaki dari sebelah kanan Kastil St Angelo. Disini dari kejauhan sudah terlihat bangunan Katedral St Peter's Basilica yang megah itu.

Katedral St Peter's Basilica tampak dari kejauhan.

Jepret-jepret upload.

Jangan heran sepanjang jalan kita bakal ditawari oleh para tour guide lepas untuk memakai jasanya untuk berkeliling Katedral St Peter's Basilica dan Museum Vatikan yang terkenal itu. Mereka ini jago-jago lho dalam menawarkan jasanya, ada juga yang bisa berbagai bahasa. Tapi sayang belum ada yang jago berbahasa Indonesia. Tapi sore ini kami tidak berniat untuk masuk ke dalam Katedral St Peter's Basilica. Mama Papa sudah mulai kecapean, jadi cukup menikmati dari luarnya saja.

Sesampainya di pelataran Katedral St Peter's Basilica kita bisa melihat antrian orang-orang yang ingin masuk kedalam Katedral atau Museum Vatikan. Tidak terlalu panjang, mungkin karena sudah sore dan akan tutup. Tak banyak yang kami lakukan disini, cuma foto-foto dan istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan kembali ke hotel.

Papa Mama di Vatican City.

Pelataran Katedral St Peter's Basilica yang luas.

Anginnya bikin pengen swing-swing terus.

Itu yang kecil sebelah kiri, gemes banget yah..

Bertiga disini.

Katedral St Peter's Basilica.

Sebelum balik ke hotel.

Bye..bye..

Dari Katedral St Peter's Basilica kami lalu menuju stasiun metro terdekat untuk naik metro dan kembali ke hotel. Tapi mama kepincut sama hotdog yang dijual seorang imigran Bangladesh, penjualnya bilang semua ini halal. Akhirnya kita beli deh, hotdog dan burger halal tersebut. Lumayan nambah tenaga buat jalan he..he.. Selain beli jajanan kami sempat juga beli oleh-oleh khas Roma disini. Memang sepanjang jalan dari Katedral St Peter's Basilica ke stasiun metro terdapat banyak toko souvenir. Dan harganya juga murah-murah.

Jajan Hotdog halal dulu.

Suasana didekat Museum Vatikan.

Gede banget ya Hotdog dan Burger-nya.

Setelah puas belanja souvenir dan berjalan beberapa ratus meter akhirnya tiba juga kami didepan stasiun metro Cipro Musei Vatican, dari sini tinggal naik metro line A menuju stasiun Roma Termini tempat hotel kami berada. Setibanya di stasiun Roma Termini, papa duluan balik ke hotel. Sedangkan saya dan mama mau cuci mata dulu alias belanja di outlet-outlet yang ada di stasiun besar ini.

Mama sebenarnya uda naksir satu tas sejak tadi malam disini. Akhirnya malam ini maksa saya buat temanin belanja ha..ha.. Saya jadi ikutan belanja karena ga tahan juga ma godaan yang ada. Awalnya cuma mau cuci mata dan beli ayam goreng halal saja di kedai ayam goreng semalam. Eh taunya balik ke hotel kami uda nenteng tas-tas belanjaan aja ha..ha.. Yah mumpung euronya masih ada dan uda hari-hari terakhir euro trip ini jadi uda sepantasnya buat belanja kan yah he..he.. *pembelaan.

Sampai dihotel kami pun makan malam dan mulai beres-beres buat check out besok. Hari ini rasanya senang sekali dan puas sudah jalan-jalan dan mengunjungi hampir semua tempat wisata utama di kota Roma. Cuaca walau mendung diawal tapi akhirnya cerah sepanjang perjalanan. Udara juga ga terlalu dingin dan langit biru bikin foto-foto makin kece. Alhamdulillah. Siap-siap untuk besok, jadi hari terakhir kami di Roma dan sebagai penutup perjalanan euro trip 2017 ini. Pengalaman buruk apa yang kami alami. So terus ikuti ya dan semoga bermanfaat.

Day 6 UK Trip 2023 - Edinburgh.

  Dean Village. Tanpa kita sadar uda masuk hari ke-6 perjalanan kami pada UK Trip kali ini, dan masuk hari kedua di Edinburgh. Hari ini kita...