Kamis, 10 Mei 2018

Road Trip Jalur Lintas Tengah Sumatera  Jakarta - Padang (Jalur Mudik 2018).

Diatas kapal melitasi Selat Sunda.

Ketika saya hendak berangkat ke Taiwan, saya mendapat kabar gembira, bahwa adik saya mendapat beasiswa S2 di Aukland University New Zealand. Waktu itu saya belum tau pasti dia berangkat ke Aukland-nya kapan. Ternyata dia mesti berangkat tak lama setelah kabar itu diterima. Sehingga dia ga punya waktu banyak untuk urus barang-barangnya di Jakarta, termasuk mobilnya sendiri. Maklum dia masih bujangan ha..ha..

Rencananya mobil itu bakal dibawa ke Padang (rumah ortu) karena takut tidak terurus kalau dibiarkan di Jakarta. Kami (saya dan suami) pun berinisiatif membantu untuk membawa mobilnya ke Padang, sekalian ingin merasakan road trip lintas Sumatera. Ada beberapa jalur lintas Sumatera yang bisa dilewati, untuk rute ke Padang bisa melewati jalur timur atau jalur tengah. Kami memilih melewati jalur tengah karena merasa jalur tersebut yang paling sering dilewati oleh bus akap (antar kota & provinsi), jadi lebih familiar buat kita, khususnya Bang Tomi yang dulu pas kuliah di Bandung selalu naik bus akap saat mudik ke Padang he..he..

Persiapan pun kami lakukan, salah satunya mempelajari peta lintas tengah Sumatera ini. Total jarak tempuh dari Jakarta ke Padang adalah 1427 km. Dengan pembagian jarak tempuh pada  kota-kota yang akan dilewati sebagai berikut : 
  • Jakarta - Merak =118 km 
  • Bakauheni - Kalianda = 24 km 
  • Kalianda - Bandar Lampung = 60 km 
  • Bandar Lampung - Terbanggi Besar = 77 km 
  • Terbanggi Besar - Kotabumi = 52 km 
  • Kotabumi - Baturaja = 183 km 
  • Baturaja - Tanjung enim = 110 km 
  • Tanjung Enim - Muara Enim = 18 km 
  • Muara Enim - Lahat = 47 km 
  • Lahat - Lubuk Linggau = 157 km 
  • Lubuk Linggau - Sarolangun = 135 km 
  • Sarolangun - Bangko = 76 km 
  • Bangko - Muara Bungo = 115 km 
  • Muara Bungo - Gn. Medan = 90 km 
  • Gn. Medan - Kiliranjao - Solok = 138 km 
  • Solok - Padang = 54 km.

Peta lintas Sumatera.

Road trip lintas tengah Sumatera ini kami lakukan, hanya berdua saja, saya sebagai co-driver dan Bang Tomi sebagai driver-nya. Beberapa orang yang saya beritahu akan hal ini sempat kaget dan bilang kami termasuk berani juga melewati jalur ini berdua saja. Karena ada beberapa wilayah di jalur ini yang terkenal berbahaya dan rawan tindak kejahatan. Tentu kami juga sudah mengumpulkan informasi terkait jalur-jalur berbahaya ini sebelum berangkat, dan mensiasatinya dengan tidak melewati jalur-jalur tersebut di malam hari.

Persiapan lain yang kami lakukan adalah mengisi flashdisk dengan lagu-lagu favorit, dan membawa mic bluetooth agar tidak bosan dan bisa karaoke-an sepanjang perjalanan he..he... Sebenarnya saya juga mempersiapkan film-film untuk ditonton, tapi tidak jadi ditonton karena takut Bang Tomi terganggu kosentrasinya. Selain persiapan hiburan, kami juga mempersiapkan makanan serta cemilan sepanjang perjalanan, termasuk buah jeruk, pilih yang asem manis biar Pak Supir matanya melek terus ha..ha.. Wajib ada permen dan permen karet untuk driver agar tidak mudah mengantuk. Bang Tomi malah beli minuman stamina segala, tapi ternyata ga keminum sampai di Padang he..he.. Jangan lupa bawa air minum dan obat-obatan ringan, kami bawa beberapa botol air mineral ukuran 1,5 L. Oya saya juga persiapkan rendang, takut-takut ga sempat mampir untuk makan di rumah makan, karena kami mengejar waktu.

Barang bawaan untuk ke Padang.

Sengaja penuhin bagian belakang agar kursi barisan kedua kosong dan bisa digunakan untuk tidur.

Rendang untuk bekal di jalan.

Karena hanya berdua saja dan ga punya supir pengganti, otomatis kita bakal beberapa kali menginap agar Bang Tomi (sebagai supir) tidak kelelahan. Setelah memperkirakan antara jarak dan waktu tempuh, kami memutuskan untuk 2 kali menginap selama perjalanan ini. Niatnya kami akan stop dan istirahat jika sudah magrib atau malam. Jadi sangat dihindari untuk berkendara di malam hari. Perjalanan pun dibagi atas 3 etape.

Hari Pertama, Etape 1 (Jakarta - Baturaja, 487 km, 14 jam).

Setelah berdoa agar diberi keselamatan sepanjang perjalanan, kami pun memulai perjalanan lintas Sumatera ini dari jam 04.30 pagi waktu Jakarta. Sebelumnya mobil sudah dipersiapkan (malah diservis dulu sama si dedek sebelum dia berangkat ke NZ) dan e-toll jangan lupa diisi biar masuk tol-nya gampang. Jalur pertama yang kita lewati adalah tol Jakarta - Merak. Sebelum masuk tol kami mampir dulu ke pom bensin dan mengisi full tangki bensin agar persediaan bahan bakar aman sepanjang perjalanan. Tidak ada hal yang berarti saat kami melintasi tol Jakarta - Merak pagi itu, jalan relatif sepi dan nyaman, truk-truk besar pun tidak terlalu mengganggu. Perlahan namun pasti kami melihat matahari terbit di kejauhan. Waktu tempuh dari Jakarta ke Merak kurang lebih 2 jam, sekitar jam 06.30 kami tiba di pelabuhan Merak.

Pagi itu kendaraan yang masuk pelabuhan Merak sepi, jadi kami langsung masuk gerbang pelabuhan tanpa antrian sama sekali. Di gerbang ini ada pos dimana kita langsung membayar biaya penyebrangan. Pagi itu kami membayar 374ribu untuk biaya penyebrangan mobil pribadi + penumpangnya. Dari gerbang ini kami lalu diarahkan ke dermaga kapal yang akan kami naiki, si petugas bilang kami bisa langsung naik kapal karena sepi, Alhamdulillah. Ada beberapa dermaga yang tersedia, dan pelabuhan ini cukup luas, tapi tak perlu khawatir karena sudah ada beberapa petugas yang standby dan akan mengarahkan kita untuk berada di dermaga yang tepat. 

Tiba di depan kapal, kami tidak bisa langsung masuk, karena mesti menunggu antrian kendaraan yang keluar dari kapal dulu. Kira-kira 15 menit menunggu sampai kapal benar-benar kosong. 15 menit itu rasanya lama sekali karena perut saya sakit kebelet buang air besar ha..ha.. Nanya orang-orang yang jualan di pelabuhan katanya toilet di pelabuhan ini jorok dan ga ada airnya, jadi mending ke toiletnya pas di kapal. Alhasil saya nahan sakit perut selama belum masuk kapal itu..😂😂

Waktu menunggu masuk kapal ini kami berjejer dengan beberapa truk dan bus besar serta beberapa mobil pribadi juga. Ketika tiba saatnya masuk ke kapal, mobil kami diarahkan untuk naik ke lantai 2 kapal dan parkir disana. Ternyata disana memang khusus parkir untuk mobil pribadi saja. Jadi tidak bergabung dengan bus ataupun truk besar. Saat kami masuk kapal hanya ada beberapa mobil pribadi saja yang berjejer parkir di lantai 2 kapal tersebut sehingga terasa sangat lega dan nyaman. Setelah dirasa mobil diposisi yang aman, kami pun keluar dari mobil dan memutuskan untuk menikmati perjalanan melintasi Selat Sunda ini di bagian atas kapal. Saya sih buru-buru cari toilet pastinya ha..ha..

Kesan saya setelah melihat kapal yang kami tumpangi adalah sangat nyaman. Toiletnya bersih, ruang duduk untuk penumpangnya pun nyaman dan banyak pilihan dengan fasilitas tv, ada ruangan untuk tiduran segala. Ada fasilitas restoran dan bagi yang bawa anak kecil juga tersedia ruangan bermain untuk anak, bagusnya lagi semuanya dilengkapi ac atau pendingin udara. Kalau bosan di bagian indoor bisa jalan-jalan ke bagian outdoor kapal dan menikmati angin laut Selat Sunda di pagi hari, hati-hati masuk angin he..he..

Pak Supir kesayangan aku.

Ruang duduk penumpang di kapal.

Ruang santai untuk penumpang kapal.

Nyaman dan ada AC nya.

Bagian outdoor bersih.

Sekitar jam 07.00 kapal kami berangkat dari pelabuhan Merak ke Bakauheni. Kami memutuskan untuk sarapan di kapal ini. Untung sudah bawa bekal nasi dan rendang jadi Bang Tomi langsung makan itu, sedangkan saya makan roti aja karena ga biasa makan nasi di pagi hari. Selesai makan Bang Tomi saya suruh istirahat dan dia pun langsung tiduran di kursi panjang dan tak lama terlelap. Penting banget nih, tiap ada kesempatan pak supirnya mesti istirahat agar ga ngantuk dan kelelahan di jalan.

Kasian yang capek bawa mobil.

Sekitar jam 09.00 kami pun tiba di pelabuhan Bakauheni Lampung. Alhamdulillah cuaca cerah dan sangat bersahabat. Sebelum keluar dari kapal kita sempatin foto-foto dulu. Dan jangan lupa ke toilet lagi biar aman sentosa dan ga beser di jalan he..he..

Pelabuhan Bakauheni di kejauhan.

Pelabuhan Bakauheni.

Parkiran mobil pribadi di deck kapal.

Mobilnya Si Dedek.

Abang lagi sibuk ngelap kaca mobil yang kotor.

Lega karena bukan saat mudik Lebaran.

Parkir di dalam kapal yang cenderung kosong saat kami menyebrang.
 
Karena mobil pribadi di kapal yang kami tumpangi ini sedikit, jadi tidak lama antri untuk keluar kapalnya. Begitu keluar kapal, kami langsung mengikuti petunjuk arah untuk keluar pelabuhan Bakauheni dan menuju jalan raya. Saat tiba di jalan raya kami sempat bingung karena jalan terbagi 2, satunya lurus, satunya belok kiri masuk jalan tol. Karena bingung kami pun berhenti dan bertanya ke orang yang lewat kalau mau ke Kalianda kami belok atau lurus, orang tersebut menyuruh untuk belok lewat tol saja, karena lebih cepat. Kami pun mengikuti sarannya dan belok kiri masuk jalan tol.

Seperti di Jakarta pintu tol Bakauheni ini juga pake kartu e-toll bayarnya. Untung masih ada saldo lumayan dikartu e-toll, jadi kami ga khawatir untuk masuk tol di sini. Ini salah satu proyek jalan tol yang dilakukan Jokowi, kami ikut bangga menjadi salah seorang yang dapat menikmati jalan tol ini di awal waktu. Karena masih baru, jalan tol ini berasa sekali lega dan nyamannya. Mobil pun di geber dengan kecepatan tinggi. Sayang karena masih baru, ruas tol yang bisa dilewati hanya beberapa km saja. Kami pun keluar pintu tol, saat keluar pintu tol kita baru tau kalau biaya jalan tol ini masih gratis, jadi tidak ada pengurangan saldo dikartu e-toll sama sekali he..he.. Mudah-mudahan pas mudik lebaran nanti, jalan tol Bakauheni ini sudah rampung, jadi sangat membantu teman-teman yang akan mudik ke Sumatera.

Keluar dari tol kami meneruskan perjalanan ke Kalianda, lalu lanjut ke Bandar Lampung, Terbangi Besar sampai ke Kotabumi. Jalan di wilayah Lampung ini, tidak terlalu bagus karena masih ada ruas jalan yang berlubang. Sepanjang perjalanan banyak terlihat penjual pisang dengan ukuran jumbo. Kami tiba di Kotabumi sekitar jam 2 siang, disini kami mampir ke mesjid untuk istirahat dan jamak sholat Zuhur & Ashar, tak lupa mengisi tangki bensin full kembali.

Mesjid tempat kami sholat di Kotabumi.

Perjalanan pun kami lanjutkan ke Baturaja. Jarak antara Kotabumi ke Baturaja cukup jauh dan melelahkan. Sempat juga tersendat karena ada kemacetan disalah satu desa yang kami lewati. Sebagai co-driver yang baik, saya selalu berusaha membuat driver ga ngantuk, salah satu caranya menyuapi pak supir dengan makanan ataupun buah. Jadi dia ngunyah terus ha..ha.. Selain itu saya juga mesti nyalain gps terus untuk memantau arah perjalanan kami agar tidak salah arah dan tak lupa sediakan lagu-lagu yang enak juga sesuai request pak supir he..he.. Pokoknya kerjasama yang baik deh he..he.. Tapi sekali waktu saya juga ga tahan ngantuk dan ijin ke pak supir untuk tidur dikursi belakang. Mobil adik saya ini tipe SUV jadi barang-barang ditumpuk di belakang sedangkan deretan kursi kedua disengaja kosong agar bisa digunakan untuk tiduran. Oya jangan lupa bawa bantal yang banyak jadi bisa tiduran dengan nyaman kayak saya he..he..

Sebelum tiba di kota Baturaja, saya sibuk mencari hotel di internet untuk tempat kami menginap. Yup etape 1 ini kami putuskan untuk menginap di Baturaja. Ada beberapa pilihan hotel/penginapan yang tersedia, kami memilih Symfoni Guesthouse karena letaknya sangat dekat dari jalur lintas tengah Sumatera. Sekitar jam 18.30 kami tiba di Baturaja dan dengan bantuan gps langsung menuju Symfoni Guethouse. Kami pun langsung check in dengan harga kamar cukup murah yaitu 180ribu/malam. Harga ini sudah termasuk sarapan untuk besok pagi.

Saat kami masuk kamar, kita merasa seperti di bangunan kost-kostan saat kuliah dulu. Layout-nya mirip banget dengan kost-kostan ha..ha..pantas murah. Kamarnya luas dan kamar mandinya pun lega, cuma kurang begitu bersih. Tapi karena uda malam dan males cari hotel lagi, kami pun beradaptasi dengan guesthouse ini. Walau sederhana, tapi guesthouse ini menyediakan fasilitas free wifi, ac dan air panas lho, jadi lumayan lah bisa mandi air hangat buat ngilangin pegel-pegel dibadan. Tak lama sampai di guesthouse ini, hujan deras mengguyur kota Baturaja, saking derasnya bikin kita males cari makan keluar. Jadinya saya masak nasi dan bikin pop mie aja untuk makan malam kami. Untung bawa beras dan rice cooker traveling andalan saya. Jadi menu makan malamnya nasi + rendang + pop mie + chitato ha..ha..
 
Symfoni Guesthouse.

Bagian dalam Symfoni Guesthouse di Baturaja.

Kamarnya.

Ada TV dan AC.

Kamar Mandi yang kurang bersih.

Kamar cukup luas.

Hari Kedua, Etape 2 (Baturaja - Bangko, 543 km, 12 jam).

Pagi sekitar jam 6 kami sudah bangun dan bersiap-siap. Tenggorokan saya dari semalam terasa sakit dan semakin sakit pagi ini, sampai suara saya hilang. Sepertinya saya kena radang tenggorokan, memang beberapa hari sebelumnya Bang Tomi sakit tenggorokan juga sehingga lagi batuk sekarang, sepertinya pindah penyakitnya ke saya hiks..hiks.. 

Jam 06.30 kami sudah sarapan di restoran hotel. Menu yang ditawarkan nasi uduk, untuk minuman seperti kopi/teh disediakan unlimited dan bisa kita ambil sendiri. Karena sakit, saya pun minum obat setelah sarapan, agar sakitnya reda. Untung kami bawa stok obat dan obat Bang Tomi juga masih banyak yang tersisa jadi bisa saya minum. Oya karena hotel ini menyediakan dispenser galon air minum, jadi kita pun bisa mengisi botol minum yang kosong sebagai persediaan di jalan nanti. Lumayan daripada mesti mampir di alfamart dulu he..he..

Restoran Symfoni Guesthouse.

Minuman yang bisa kita nikmati saat sarapan.

Bagian Bar.

Sarapan sebelum menjajal lintas Sumatera.

Jam 7 lewat kami pun memulai perjalan etape 2 ini. Bismillah, nah jalur etape 2 ini adalah jalur rawan dan berbahaya untuk lintas tengah Sumatera. Dari Baturaja kami menuju Tanjung Enim, perjalanan pagi ini diwarnai dengan motor-motor para pengabdi negara alias PNS berseragam. Jalan cukup mulus namun sudah mulai berkelok-kelok. Di jalur ini masih banyak desa dan keramaian yang kita lewati.

Kami terus melanjutkan perjalanan dari Tanjung Enim ke Muara Enim, jalan di jalur ini lumayan banyak yang rusak. Lobang-lobang besar bikin kaget dan membuat kita mesti ekstra hati-hati. Di jalur ini banyak penjual duku. Duku yang dijual sudah dalam karung-karung jadi ga bisa lihat apakah kualitasnya bagus atau tidak. Tapi kata Mama Mertua duku disana pasti bagus dan manis-manis, Mama Mertua malah menyayangkan kami ga beli duku itu. Aduh maaf ya Ma. Maklum dulu sewaktu kecil Bang Tomi sekeluarga sempat tinggal di Muara Dua tak jauh dari kota Baturaja, jadi ga heran kalau Mama Mertua hafal daerah ini.

Di Muara Enim kami sempat tersesat karena mengikuti gps di google, malah diarahkan ke wilayah batu bara bukit asam. Karena merasa tersesat kita pun bertanya ke para pekerja yang kebetulan ada di pingggir jalan. Untung Bang Tomi masih bisa bahasa Palembang sikit-sikit, jadi dia nanya jalan dengan bahasa Palembang. Para pekerja itu langsung menjawab dengan senyum dan memberi petunjuk jalan yang benar. Dari Muara Enim kami lanjut ke Lahat. Jalan semakin berkelok-kelok dan masih ditemukan jalan dengan lobang-lobang yang cukup besar. Jalur ini sudah termasuk jalur rawan tindak kejahatan, jadi kita diharapkan waspada dan berhati-hati. Desa-desa pun sedikit karena jalur ini lebih didominasi perkebunan sawit. Untung kami melewati jalur ini disiang hari dan cuaca pun cerah ceria.

Jalur di wilayah Sumatera Selatan.

Perkebunan Kelapa Sawit.

Lepas dari jalur ini kami pun tiba di Lahat siang hari sekitar jam 12an. Karena belum masuk waktu solat Zuhur, perjalanan terus kami lanjutkan ke Lubuk Linggau. Kami pun memasuki jalur setan. Kenapa dibilang jalur setan karena di jalur ini banyak terjadi tindak kejahatan seperti bajing loncat, rampok, pelemparan/pemecahan kaca mobil dll. Baru masuk kota Lahat saja kami sudah sempat diteriaki oleh pengendara motor yang bertelanjang dada dan berdiri diatas motor seolah-olah mau menghantam mobil kami, karena kami mengambil jalur jalannya saat mendahului sebuah truk. Buset sempat kaget dan langsung bilang ke Bang Tomi untuk ngalah aja kalau disini karena disini orangnya terkenal nekad.

Jalur Lahat - Lubuk Linggau ini berkelok-kelok tajam. Kalau perutnya ga kuat, biasanya bisa mual dan muntah. Lalu sepanjang perjalanan lebih didominasi hutan dan kebun sawit di kiri kanan, jadi memang menyeramkan kalau dilewati di malam hari. Saat mudik lebaran biasanya orang-orang mensiasati melewati jalur ini dengan konvoi beberapa mobil, biar lebih aman. Oya ada beberapa cerita yang kami dengar, kalau lewat jalur setan ini, seandainya ada yang menabrak mobil kita dari belakang saat di jalan yang kiri kanannya hutan, ga usah berhenti. Terus saja jalan, karena kalau berhenti bisa-bisa kita dirampok, karena salah satu cara rampok di sana adalah dengan menabrak mobil kita. Saat kita berhenti men-cek mobil, sudah dikepung oleh kawanan rampok yang bersembunyi di hutan-hutan sana. Serem juga ya.

Melewati jalur ini beberapa kali kami konvoi dengan sesama mobil pribadi yang juga melewati jalur ini. Oya sepanjang jalur ini malah jalannya jauh lebih mulus dari sebelumnya. Dulu katanya jalan disini banyak yang rusak, tapi Alhamdulillah saat kami lewati jalannya mulus. Oya ada kejadian yang bikin kaget disini, karena kami hampir saja tabrakan beruntun, karena truk didepan tiba-tiba berhenti. Untung ga sampai nabrak mobil depan dan bamper belakang mobil pun aman. Sempat berhenti dan turun karena kejadiannya ga di tepi hutan. Malah sempat say hello juga dengan supir Pajero di depan kami yang juga turun men-cek keadaan mobilnya. Memang butuh skil dan kehati-hatian yang ekstra melewati jalur setan ini.

Kami tiba di Lubuk Linggau sekitar jam 3 siang. Kami pun mampir di pom bensin untuk sholat Zuhur dan Ashar. Isi tangki bahan bakar full dan istirahat sambil makan siang di mobil. Setelahnya kami melanjutkan perjalanan ke Sarolangun. Jalur ini adalah jalur yang paling saya suka, karena jalanannya lurus dan naik turun. Lebih senangnya lagi ada perasaan lega karena sudah melewati jalur setan dengan selamat. Sepanjang jalan ini saya malah asyik karaokean dengan Bang Tomi dan menikmati perjalanan ini dengan riang gembira. Bang Tomi malah menawarkan saya untuk bawa mobilnya, sempat kepengen sih tapi ga jadi, karna saya belum pede buat mendahului truk-truk besar itu ha..ha..


Jam 6 sore kami tiba di Sarolangun sempat mampir ke atm dulu untuk ambil cash, rencana awalnya kami mau menginap di kota Sarolangun ini. Tapi karena masih terang dan Bang Tomi belum capek katanya, jadinya perjalanan pun kami teruskan sampai ke kota Bangko. Sempat diguyur hujan petir juga menjelang sampai di Bangko tapi Alhamdulillah perjalanan aman dan sampai di Bangko malam sekitar jam 19.30. Sebelum sampai Bangko saya sudah men-cek hotel via intenet dan memutuskan untuk nginap di hotel Family Inn Bangko. Berbekal dengan bantuan gps kami menuju hotel Family inn ini. Kami sempat melewati pasar sebelum tiba di hotel, jadinya mampir dulu di pasar untuk beli martabak mesir dan nasi goreng.

Sesampainya di hotel kami pun check in, oya harga di traveloka lebih murah jadi kita pesan hotel ini melalui traveloka. Tarifnya 300ribu per malam untuk kamar superior. Walau sudah beli makanan saya tergoda dengan mie rebus yang dijual di tenda depan hotel, jadinya beli mie rebus juga. Selanjutnya kami pun makan malam di kamar hotel. Review saya tentang hotel ini lumayan bagus, jauh lebih bagus dari hotel sebelumnya di Baturaja. Kamarnya bersih dan terkesan baru begitu juga kamar mandinya. Memang kamarnya setara hotel bintang 3. Fasilitas kamar lengkap dengan wifi, tv kabel, ac, telpon dll. Pegawainya pun berseragam dan profesional. Selain hotel, family inn ini juga ada restoran Padang di depannya, dan restoran ini juga digunakan sebagai tempat sarapan kita besok pagi.

Family Inn hotel di Bangko.

Plang nama hotel.

Kamar hotel.

Kamar mandi.

Kasurnya nyaman.

Fasilitas lengkap.

Suasana di dalam hotel Family Inn.

Lorong menuju kamar.
  Hari Ketiga Etape 3 (Bangko - Padang, 397 km, 9 jam).

Pagi ini kami agak telat bangun, baru bangun jam 06.30, mungkin karena saking enaknya tidur di hotel Family inn Bangko ini. Langsung bersiap-siap dan sarapan di restoran Family inn. Menu sarapan yang disediakan lumayan bervariasi ada nasi uduk, pecel, risoles, roti, buah dll. Kami pun makan dan menikmati sarapan yang lumayan enak ini.

Menu sarapan di hotel Family Inn.

Oya hotel family inn ini menyediakan guling, makanya jadi makin enak tidurnya he..he..

Sekitar jam 8 pagi kami baru berangkat meninggalkan hotel Family inn Bangko menuju kota Muaro Bungo. Cuaca cerah sepanjang perjalanan. Jalanan lurus dengan suasana terasa gersang dan panas selama melintasi jalur ini. Saya beberapa kali pindah ke belakang karena kepanasan dan sakit tenggorokan yang saya alami sejak kemaren sudah berakumulasi menjadi batuk yang tak kunjung henti. Co driver mulai drop sedangkan si driver mulai sembuh dan semangat nyetirnya. Malah selalu iseng klakson kalo ketemu Bus Akap NPM atau ANS. Katanya nostalgia dulu zaman kuliah selalu pake bus itu mudik. Dan bus-bus Akap ini juga menjadi acuan buat Bang Tomi kalau kami berada dijalur yang benar dari awal perjalanan lintas Sumatera ini.


Jalur lintas tengah Sumatera.

Langit biru sepanjang perjalanan.

Jalanan pun sudah banyak yang mulus.

Menjelang masuk wilayah Sumatera Barat.

Dari Muaro Bungo kami terus menuju Gunung Medan. Karena ga fit, saya tiduran saja di bangku belakang sementara Bang Tomi terus menyetir mobil. Tapi sebelum tidur, saya sempat berpesan ke si Abang, kalau sampai di perbatasan Jambi dan Sumatera Barat tolong dibangunkan karena mau lihat tandanya. Dan si Abang menepati janjinya, dia pun membangunkan saya ketika kami akan tiba di perbatasan tersebut. Dari kejauhan tampak hiasan rangkiang di kiri kanan jalan, tanda kita meninggalkan provinsi Jambi dan masuk provinsi Sumatera Barat. Wah senangnya ketika sampai di wilayah kampung halaman. Satu hal yang sangat berbeda adalah langsung tidak ditemukan Alfamart ataupun Indomaret ketika memasuki wilayah Sumatera Barat ha..ha..yang ada adalah Minangmart dan mart-mart dengan nama lainnya. Memang kebijakan pemerintah Sumbar melarang 2 minimarket besar itu masuk ke Sumatera Barat dengan harapan tidak mematikan perekonomian rakyat kecil dan mendorong usaha lokal.

Perbatasan Provinsi Jambi dan Sumatera Barat.

Ada Rangkiang tanda masuk ke wilayah Sumbar.

Rencananya kami mau makan siang di rumah makan Umega Gunung Medan yang terkenal itu. Karena kangen masa-masa dulu naik bus Akap ke Jakarta/Bandung seperti ANS, NPM dll, selalu singgah dan makan di rumah makan ini. Tapi entah kenapa sesampainya di wilayah Gunung Medan kami malah tidak menemukan rumah makan yang kami cari. Dan tanpa kami sadari, kami sudah terus meninggalkan wilayah Gunung Medan menuju Kiliranjao. Tiba di Kiliranjao sempat berhenti di mesjid untuk solat Zuhur dan beristirahat sebentar.

Senangnya sampai di Sumbar.

Karena males makan siang di tempat yang ga yakin enak, kita pun terus melanjutkan perjalanan sampai ke Solok. Tiba di Solok saya kepengen makan Sup Abang di wilayah Cupak, yang jadi langganan keluarga kami kalau pulang kampung ke Solok. Tapi ternyata Sup Abangnya sudah tutup, karena kami tiba di sana sudah menjelang sore hiks..hiks. Akhirnya untuk mengganjal perut kita makan cemilan serta kue yang kami bawa sebagai bekal dijalan. Di Solok saya sempat telpon Papa dan memberi kabar kalau kami sudah tiba di Solok. Sekalian minta Papa siapin obat karena batuk saya sudah makin parah dan badan terasa panas.

Hamparan sawah di Solok.

Dari Solok sampai Padang, saya cuma tidur di kursi belakang. Karena kepala terasa berat dan badan makin drop, saya pun minum obat. Bangun-bangun ternyata kami sudah masuk wilayah Padang dan sudah melewati daerah Indarung juga. Wah sepertinya saya keenakan tidur karena minum obat sebelumnya, jadi ga sadar sudah tiba di Padang. Rasanya senang sekali, langsung berasa lagi perut laparnya dan minta si Abang untuk mampir dulu ke bofet Mi-Mien untuk beli Minas alias Mie + Nasi Goreng Petai paling endes sekota Padang. Alhamdulillah tiba di rumah di Padang dan langsung disambut oleh para tetangga dan Papa Mama. Senangnya akhirnya kami menyelesaikan misi kami mengantarkan mobil si dedek dengan selamat dari Jakarta sampai ke Padang.

Bofet Mi-Mien.

Informasi tambahan : 

Rumah Makan yang sering disinggahi Bus Antar Kota & Provinsi :
  • RM. Pagi Sore (Kalianda)
  • RM. Begadang I,II,III,IV,V
  • RM. Gadang Jaya
  • RM. Jam Gadang (Lampung)
  • RM. Minang Saiyo (Kotabumi)
  • RM. Siang Malam (Batu Raja)
  • RM. Fajar (Lahat)
  • RM. Rembulan Abadi (Lahat)
  • RM. Roda Jaya(Lubuk Linggau)
  • RM. Pagi Sore (Lubuk Linggau)
  • RM. Wong Kito (Sarolangun)
  • RM. Alam Raya (Sungai Rumbai)
  • RM. Umega (Gn. Medan)
  • RM. Family Raya (Kiliranjao).
Provinsi & Kota/Daerah yang dilewati Jalur ini :
  • Provinsi Lampung (Bakauheni, Kalianda,Tarahan, Panjang, Tj. Karang, Teluk Betung, Rajabasa, Branti, Metro, Bandar Jaya, Terbanggi Besar, Kotabumi, Bukit Kemuning).
  • Provinsi Sumatera Selatan (Martapura, Batu Raja, Tanjung Enim, Muara Enim, Lahat, Lubuk Linggau).
  • Provinsi Jambi (Sarolangun, Bangko, Muara Bungo).
  • Provinsi Sumatera Barat (Sungai Rumbai, Gn.Medan, Sungai Dareh, Kiliranjao, Muara Sijunjung, Muara Kalaban, Solok, Padang).

Day 6 UK Trip 2023 - Edinburgh.

  Dean Village. Tanpa kita sadar uda masuk hari ke-6 perjalanan kami pada UK Trip kali ini, dan masuk hari kedua di Edinburgh. Hari ini kita...