Kamis, 28 Desember 2017

Mengunjungi Berlin Seperti Membuka Buku Sejarah Perang Dunia Kedua (Euro Trip 2017 Day 8).

Reichstag Building.

Salah satu kota yang paling berkesan buat saya saat keliling Eropa kemaren adalah kota Berlin. Banyak sekali pengalaman dan keseruan yang kami alami selama di Berlin. Bagi orang-orang yang suka sejarah terutama sejarah perang dunia kedua, pasti sangat tertarik berkunjung kesini. Datang ke Berlin mengingatkan kita kembali akan masa kelam perang dunia kedua yang mengakibatkan kota ini terbelah menjadi 2, Berlin Barat dan Berlin Timur. Dimana dibangun tembok Berlin sebagai pemisahnya.

Pagi ini saya sangat bersemangat untuk bangun dan mulai petualangan kami di Berlin. Agenda hari ini lumayan padat dan yang pasti pagi ini kami sudah memiliki surat undangan dari Visitor's Service The German Bundestag (parlemen pemerintahan Jerman) untuk masuk gedung parlemen mereka yang disebut Reichstag. Masuk ke gedung Reichstag ini gratis. Dan bebas untuk semua kalangan asal sudah melakukan registrasi online sebelumnya.

Caranya kita mesti mendaftar/registrasi via online di alamat ini. Disini ada 3 pilihan tipe berkunjung yang bisa kita pilih, yang pertama  Lectures held in the visitor's gallery overlooking the plenary chamber followed by a visit to the dome, yang kedua Guided tours followed by a visit to the dome dan yang ketiga Visit to the dome. Untuk yang pertama dan yang kedua membutuhkan waktu yang cukup panjang saat berkunjung. Karena kami tidak punya waktu banyak, jadinya kita pilih yang paling banyak diambil oleh para turis yaitu pilihan ketiga Visit to the dome. Detail registrasi online nya bisa dilihat pada screenshot dibawah ini :

Halaman pilihan untuk kunjungan ke gedung Reichstag.

Setelah kita memilih pilihan yang ketiga akan muncul isian Number of visitors*, isi berapa orang rombongan kita yang akan masuk. Kami karena bertiga jadi saya isi 3.

Halaman berikutnya kita diminta mengisikan Captcha yang sesuai.

Lalu masuk ke halaman dimana kita bisa memilih tanggal dan jam untuk berkunjung ke Reichstag. Disini kita dapat memilih sampai 3 opsi waktu berkunjung.

 Berikutnya kita diminta untuk mengisi data pribadi.

Isi data pribadi sesuai paspor dan ikuti proses berikutnya sampa selesai. Lalu nanti kita akan mendapatkan email konfirmasi bahwa dari The Visitor's Service German Bundestag seperti berikut :

Email konfirmasi, dimana disini kita diminta untuk mengisi data list kelompok yang kita bawa.
Setelah itu nanti kita akan mendapatkan email dan didalamnya terdapat surat undangan untuk masuk ke dalam gedung Reichstag dan mengeksplor area rooftop dan dome-nya yang terkenal itu. Surat ini mesti di print dan dibawa beserta paspor saat akan masuk gedung Reichstag.

Email yang berisi surat undangan.

Contoh undangan berkunjung ke gedung Reichstag.

Sebelum datang ke Berlin saya sudah mengantongi 2 surat undangan masuk Reichstag. Satu surat undagan masuk jam 9 pagi atas nama saya dan satu lagi surat undangan masuk jam 10 pagi atas nama Papa. Sengaja dipersiapka  2 surat undangan dengan waktu yang berbeda agar kita bisa memilih pada hari H. Karena jam 9 terlalu kepagian jadinya pagi itu kami masuk dengan surat undangan untuk jam 10 pagi.

Sebelum keluar hotel, saya sudah mengambil beberapa peta kota Berlin beserta sistem metronya yang tersedia gratis di lobby hotel. Awalnya kami berencana untuk menggunakan metro jalur U bahn dari stasiun Berlin Hbf ke stasiun Bundestag. Tapi setelah bertanya ke bagian informasi yang ada di stasiun Berlin Hbf, ternyata gedung Reichstag ini jaraknya cukup dekat dari Berlin Hbf dan gedungnya pun kelihatan dari tempat kami berdiri saat itu. Jadinya kami disarankan jalan kaki saja. Karena cuma berjarak 5-10 menit berjalan kaki santai.

Kita pun semangat jalan kaki menuju gedung besar yang ditunjuk petugas informasi tersebut. Setibanya didepan gedung kami menyempatkan diri untuk foto-foto dulu sebelum antri di pintu masuk. Ada 2 pintu masuk gedung ini dan dua-duanya terdapat antrian pengunjung yang ingin masuk. Kami antri disalah satu pintu, ternyata ketika tiba didepan petugas kami diberi tahu kalau pintu ini khusus untuk pengunjung yang memilih pilihan pertama dan kedua saat registrasi online, sedangkan kami yang memilih pilihan ketiga "Visit to the dome" antriannya ada di pintu satu lagi.

Reichstag Building.

Sebelum antri di pintu masuknya.

Mama take a picture here.

Baiklah, kami pun pindah dan ikut antri di pintu yang satu lagi. Antrian pintu ini memang lebih panjang dari pada antrian pintu sebelumnya, tapi untung bergerak cepat dan tidak lama. Didepan pintu sudah ada petugas yang akan mengecek surat undangan yang kita bawa dan menyesuaikan waktu berkunjung kita. Karena kami datang tepat waktu jadi langsung dipersilakan masuk. Berikutnya kita kembali dihadapkan dengan petugas yang akan mengecek nama kita sesuai surat undangan serta paspor dan data di list yang mereka punya.

Selanjutnya kita diminta melewati metal detector dan semua barang bawaan diperiksa di mesin scan seperti yang ada dibandara. Setelah itu baru kita dipersilakan masuk ke pintu utama gedung Reichstag. Karena yang kita pilih cuma "Visit to the dome", maka setelah masuk melewati pintu utama kita akan diarahkan menuju lift yang akan mengantarkan kita langsung menuju the dome.

Keluar dari lift, langsung bertemu dengan para petugas yang telah mempersiapkan perangkat audio guide yang bisa kita gunakan secara gratis selama berkeliling area dome. Ada beberapa pilihan bahasa untuk perangkat audio nya. Tapi belum ada pilihan bahasa Indonesia hiks..hiks..jadi kita pun memilih perangkat audio guide berbahasa Inggris. Setelah itu kita dapat masuk dan menjelajahi area dome ini sepuasnya.

Audio guide di Dome Reichstag.

Saat masuk saja, kita sudah dibuat takjub akan arsitektur yang ditawarkan oleh dome ini. Sebagian besar elemennya terbuat dari kaca. Dome yang terletak di atas atap atau di rooftop gedung Reichstag memang sangat artistik. Ditengah-tengahnya terdapat sebuah pilar besar dipenuhi cermin. Dan dibagian tepinya terdapat jalan melingkar naik serta turun untuk para pengunjung yang ingin berkeliling dan menikmati view kota Berlin 360 derajat dari atas Dome ini.

The Dome.

Bagian dalam the dome.

Papa lagi baca sejarah gedung ini.

Jalan melingkar disekeliling dalam the dome.

Pilar besar ditengah-tengah the dome penuh dengan cermin.

Memang salah satu keutamaan mengunjungi the dome yang ada di gedung Reichstag ini adalah untuk melihat view serta tempat-tempat bersejarah kota Berlin dari atas dome ini. Ketika kita mulai bergerak ke jalan melingkar untuk naik sampai ke puncak dome, maka saat itulah audio guide akan mulai berbunyi dan menjelaskan sejarah singkat gedung Reichstag. Lalu berlanjut dengan menjelaskan setiap view yang kita lewati saat melingkari dome ini, termasuk tempat wisata, gedung bersejarah maupun kedutaan yang terlihat dari jendela dome semua dijelaskan dengan apik dan menarik. Salah satunya kita dapat melihat gerbang Brandenburger Tor yang terkenal itu dari sini.

Lihat gadis dibelakang saya serius mendengar audio guidenya he..he..

View kota Berlin dari The Dome.

Brandenburger Tor terlihat dari sini.

Kawasan Alexanderplatz juga kelihatan dari sini.

Papa lagi asyik.

Tempat ini juga sering dijadikan tempat syuting film Hollywood.

Saya dan Papa sungguh sangat antusias setiap mendengar penjelasan dari audio guide ini. Kami sampai saling membahas atau berkomentar setiap ada hal-hal yang menarik didapat. Sedangkan Mama kurang tertarik akan hal ini dan lebih memilih tetap dibawah untuk foto-foto selagi menunggu kami berdua kembali turun.

Like father like daughter.

Setelah turun, kami lalu keluar dan menuju bagian rooftop gedung Reichstag yang terbuka. Pemandangan disini bagus, tapi angin bertiup cukup kencang dan dinginnya bukan kepalang. Sampai rasanya beku jemari ini. Jadinya kami tidak berlama-lama disini. Oya tips dari saya sebaiknya berkeliling kota Berlin memang diawali dengan mengunjungi area dome gedung Reichstag ini, karena dari sini kita dapat melihat kota Berlin beserta tempat-tempat wisatanya sehingga kita dapat menyusun rute keliling kota Berlin dengan maksimal.

Rooftop gedung Reichstag.

Mama menahan dingin he..he..

Jempol dari Papa.

Puas menikmati area dome dan rooftop gedung Reichstag kami pun turun dan melanjutkan perjalanan menuju Brandenburger Tor. Karena dari atas dome tadi terlihat gerbang Brandenburger Tor ini jaraknya cukup dekat, kami pun cukup berjalan kaki menyusuri sebuah taman untuk sampai di depan gerbang Brandenburger Tor yang jadi trademark kota Berlin ini.

Daun-daun pohonnya uda hilang karena dingin yang membeku.

Salah satu sudut gedung Reichstag.

Mama bergaya.

Salam dari Berlin Jerman.

Ketika melewati taman, kami melihat ada seorang penjual roti pretzel yang sedang berdiri dengan sepedanya. Penjual roti ini memakai kostum khas pula. Mama pun tergoda untuk membeli roti pretzel khas Eropa itu. Rasanya lumayan enak dan tidak terlalu keras, jadi lumayan buat isi perut diudara dingin ini. 

Mama lagi beli roti Pretzel.

Yummy.

Pretzel dengan latar belakang Brandenburger Tor dikejauhan.

Setibanya di Brandenburger Tor terlihat banyak turis yang berlalu lalang. Untungnya saat kami datang masih pagi, jadi belum terlalu ramai suasananya. Gerbang Brandenburger Tor ini memang besar dan khas bentuknya, diatasnya terdapat patung seseorang yang mengendarai kereta kuda. Kami pun mengabadikan moment disini.

Brandenburger Tor.

Mulai ramai ketika beranjak siang.

Patung berkereta kuda diatasnya.

Holding hands.

Keren deh mama papa disini.

Puas menikmati Brandenburger Tor, kami lalu mampir ke sebuah toko souvenir yang ada disebelah kanan Brandenburger Tor. Awalnya masuk kesana untuk mencari informasi tentang bus Hop on Hop, karena mama mau naik bus itu. Tapi setelah tau kalau busnya cuma beroperasi sampai jam 6 sore, kami urung membeli tiketnya karena merasa ga sebanding dengan harga tiket bus tersebut, soalnya waktu sudah berjalan hampir jam 12 siang. Jadinya kami malah membeli beberapa souvenir untuk panjangan rumah disini he..he..

Asesoris di salah satu toko souvenir di Berlin.

Mobil Mr. Bean.

Dari sini kami lalu melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki selama 5 menit, menuju holocaust memorial atau memorial to the murdered jews of Europe. Yang merupakan monumen yang dibangun untuk mengenang para korban yahudi yang dibunuh saat kepemimpinan Hitler. Monumen ini berupa tembok-tembok yang dibangun dengan berbagai ketinggian dan disusun pada sebuah lahan yang luas. Dari jauh tampak seperti deretan batu nisan, tapi tidak usah khawatir karena ini bukan pekuburan ataupun batu nisan.

Holocaust Memorial.

Mama awalnya mengira ini semua kuburan ha..ha..

Tempat ini juga disebut memorial to the murdered jews of Europe.

Sengaja jalan di lorong memorial ini supaya tidak diterpa angin dingin Berlin.

Rada serem juga ya kayak labirin.

Ngaso dulu ah..

Duo bocah asyik bermain disini.

Mengheningkan cipta.

Dari sini kami lalu kembali ke Brandenburger Tor untuk naik metro menuju stasiun Berlin Hbf. Setibanya di stasiun Brandenburger Tor kami bingung karena tidak ada counter penjualan tiket dan tidak ada palang pintu untuk scan tiket. Ketika kereta datang bentuknya cukup unik dan antik. Awalnya saya mengira untuk jalur ini memang gratis dan tidak perlu tiket  untuk naik keretanya. Karena saya pikir khusus kereta wisata gitu. Kami pun langsung naik kereta jalur U55 ini tanpa tiket menuju stasiun Berlin Hbf.

Kereta kuda di kawasan Brandenburger Tor.

Kereta di jalur U55 yang berwarna kuning.

Dalam keretanya antik.

Kereta tiba di Berlin Hbf.

Setibanya di stasiun Berlin Hbf saya sempatkan untuk balik ke hotel dulu, karena mau mengganti jaket dengan yang lebih tebal. Soalnya jaket yang saya pakai sebelumnya tidak bisa melawan dinginnya Berlin saat itu. Untungnya posisi hotel sangat dekat dari stasiun jadi ga perlu capek jalan kaki. Mama juga balik ke hotel untuk menaruh beras yang dibeli di supermarket yang ada di stasiun Berlin Hbf. Papa juga balik ke hotel buat pipis he..he..

Lagi nungguin mama beli beras.

Stasiun Berlin Hbf.

Setelah urusan balik ke hotel beres, kami lalu melanjutkan perjalanan menuju Checkpoint Charlie. Stasiun metro terdekat menuju Checkpoint Charlie menurut info yang saya dapat adalah stasiun Kochstrabe. Dari stasiun Berlin Hbf kita naik kereta jalur S7 menuju stasiun Friedrichstrabe lalu transit dan berganti jalur kereta U6 menuju stasiun Kochstrabe. Lagi-lagi ketika naik kereta di jalur S7 ini kami tidak menemukan counter penjualan tiket atau pun palang pintu untuk scan tiket kereta. 

Tapi ada mesin penjual tiket kereta disana. Saya pun mendekat dan berniat untuk membeli tiket kereta. Saat itu saya melihat harga tiket naik kereta di Jerman ini lumayan mahal yaitu 2.8€ untuk durasi 140menit perjalanan. Sedangkan one day ticket-nya seharga 7€. Karena sudah jam 2 siang saya rasa rugi juga kalau beli one day ticket. Saya lalu bilang ke Mama Papa gimana kalau kita coba naik tanpa beli tiket? Ide gila ini muncul mengingat tidak ada palang pintu disetiap stasiun di Berlin, dan dulu saya juga pernah mencoba hal ini waktu jalan-jalan di Itali 2 tahun lalu he..he..

Mama Papa pun setuju mencoba hal ini. Disinilah hal yang sangat menegangkan buat kami baru dimulai. Awalnya tidak terjadi apa pun sampai kami berganti jalur kereta di stasiun Friedrichstrabe. Ketika kami sudah pindah ke jalur U6 menuju stasiun Kochstrabe, Mama melihat pengumuman denda sebesar 200€ bagi yang tidak memiliki tiket tertempel di jendela kereta yang kami naiki. Posisi kami saat itu sedang duduk didekat pintu kereta.

Tiba-tiba dari ujung lorong kami melihat 2 orang petugas berjalan mendekat ke arah kami. Petugas itu berbadan besar dan lengkap dengan seragam dan senjata. Kebayangkan gimana besar-besarnya badan orang Jerman. Lalu dia meminta orang-orang yang berdiri didekatnya untuk memperlihatkan tiket. Jeng..jeng..ga disangka ternyata ada pemeriksaan tiket dikereta yang kami naiki saat itu. Asli kami semua pucat pasi apalagi membayangkan mesti membayar denda 200€ x 3 = 600€ atau setara dengan 9,6juta.

Tiba-tiba terdengar suara pengumuman kereta tiba di stasiun Stadtmitte dan kereta pun mulai melambat lalu berhenti. Seketika itu pula saya memberi aba-aba ke Mama Papa untuk segera turun dari kereta. Kami pun bergegas turun kereta dan segera naik tangga keluar dari stasiun Stadtmitte tanpa menoleh sedikit ke arah petugas yang tadi memeriksa tiket. Semua ini terjadi begitu cepat. Ketika tiba di luar lalu saya melihat kereta yang kami naiki sudah pergi, saya lalu mengajak mama naik kereta berikutnya saja, karena kami masih 1 stasiun lagi ke Checkpoint Charlie. Tapi ternyata petugas pengecek tiket tadi juga ikutan turun di stasiun Stadtmitte ini dan berdiri disana, alhasil kami langsung cuss menjauh dari stasiun ini ha..ha..

Nyaris saja kami kena tangkap tadi. Jadi pesan moral yang didapat lebih baik jalannya dengan cara aman aja deh, ikuti peraturan yang berlaku. Dari pada spot jantung kayak kami tadi. Rasanya baru lega setelah tau ternyata Checkpoint Charlie jaraknya cukup dekat dari stasiun Stadtmitte ini. Kami pun segera kesana dan mengatur nafas serta jantung yang tadi deg-degan ha..ha..

Papa dan sosok JFK.

Menjelang sampai Checkpoint Charlie.

Menjelang sampai di Checkpoint Charlie, terdapat foto-foto sejarah tembok Berlin.

Checkpoint Charlie adalah nama yang diberikan oleh sekutu barat untuk titik penyeberangan antara Berlin Barat dan Berlin Timur. Disini dulu sering juga dilakukan pertukaran tawanan perang antara sekutu barat dan timur. Semenjak tembok Berlin runtuh kawasan ini menjadi objek wisata yang banyak dikunjungi oleh para turis. Apalagi pos penyeberangannya masih dijaga utuh seperti dulu dan ada pula orang-orang berseragam tentara berdiri disana.

Checkpoint Charlie.

Seru deh foto disini.

Papa ambil fotonya dari seberang jalan he..he..

Ga kebayang dulu area ini dijaga ketat.

Tentara yang difoto ini tentara blok barat, dibaliknya foto tentara blok timur.

Untuk berfoto dengan tentara berseragam ini dikenakan tarif 3€ perorang he..he.. Hebatnya lagi mereka menyapa kami dengan bahasa Indonesia seperti "Hormat Grak" dan "Siap Grak" lucu deh. Selain itu terdapat juga potongan tembok Berlin dan ada museum mini disini. Kita juga bisa melihat sejarah tembok Berlin dari papan-papan yang berisi foto serta cerita di balik foto tersebut. Banyak juga toko-toko souvenir di kawasan ini. Harga souvenir disini rata-rata sama dan mahal he..he.. Mama membeli beberapa postcard untuk koleksi disalah satu toko yang ada disini.

Tentara abal-abal + pos penjaganya di Checkpoint Charlie.

Boleh juga idenya.

Ini komandannya yang menyapa kami dengan Bahasa Indonesia, lihat dipinggangnya he..he..

Pecahan tembok berlin yang ada di kawasan Checkpoint Charlie.

Tembok bersejarah..

Kisah-kisah pilu seputar tembok Berlin.

Foto-foto lama ketika tembok Berlin memisahkan kota ini.

Toko souvenir.

Membaca sejarah.

Salah satu foto yang menarik.

Setelah puas menikmati kawasan Checkpoint Charlie, kami lalu kembali ke stasiun Stadtmitte, disini kami memutuskan untuk membeli tiket seharga 2.8€ untuk 140 menit karena takut jika ada pemeriksaan tiket diatas kereta kembali. Kapoklah ceritanya ha..ha.. Beli tiketnya di mesin penjualan tiket yang ada disana. Dari sini kami berencana untuk ke East Side Gallery yaitu sisa tembok Berlin yang masih berdiri namun sudah dihias oleh para seniman dengan grafiti.

Menunggu kereta di stasiun Stadtmitte.

Untuk menuju East Side Gallery kita mesti turun di stasiun Warschauer Strabe. Dari stasiun Stadtmitte kita mesti transit di stasiun Alexanderplatz untuk sampai di stasiun Warschauer Strabe. Sehingga kami pun naik metro jalur U2 menuju stasiun Alexanderplatz. Disini kami keluar dulu dari stasiun untuk foto-foto di area Alexanderplatz. Alexanderplatz ini merupakan kawasan seperti alun-alun dimana disekitarnya terdapat pertokoan dan ada jam dunia juga disini.

Alexanderplatz, sayang foto ini blur.

Mama Papa di Alexanderplatz.

Dibelakang saya ada TV Tower dan jam dunia.

Mulai gelap sedangkan baru jam 5 sore.

Kami tidak lama-lama disini karena hari sudah mulai gelap dan melanjutkan perjalanan naik kereta  jalur S7 menuju stasiun Warschauer Strabe. Walau waktu baru menunjukkan pukul 5 sore tapi langit sudah mulai gelap dikarenakan waktu siang yang pendek memasuki winter time. Setibanya di stasiun Warschauer Strabe sudah seperti malam saja. Karena capek, mama memutuskan untuk tidak ikut ke East Side Gallery dan memilih duduk menunggu kami di stasiun Warschauer Strabe.

Oleh karena itu cuma saya dan papa yang berjalan kaki menuju East Side Gallery. Ternyata jarak dari stasiun Warschauer Strabe ke East Side Gallery cukup jauh sekitar 15-20 menit berjalan kaki. Saya dan papa berjalan berdua dan saling menguatkan disaat kaki mulai lelah dan udara dingin menusuk tulang. Moment ini benar-benar ga kan terlupakan.

Sesampainya di East Side Gallery ternyata suasana masih ramai dan banyak orang berlalu lalang disepanjang trotoar sisa tembok Berlin ini. Tidak terbayang bagaimana dulu tembok tinggi ini dibangun dan memisahkan banyak keluarga dan orang-orang tersayang. Walau kini tembok ini jauh dari kata seram karena sudah dipenuhi dengan grafiti yang keren-keren, tapi tetap saja sejarah dibalik dibangunnya tembok ini sungguh sangat kelam.

Kami langsung mengambil beberapa foto sebagai kenang-kenangan disini. Karena sudah malam dan mengingat mama menunggu di stasiun Warschauer Strabe sendirian, jadinya kami tidak menyusuri East Side Gallery secara keseluruhan. Cukup bagian terdekat yang kami jangkau dari stasiun saja. Karena sesungguhnya East Side Gallery ini cukup panjang dan butuh waktu untuk menyusurinya.

East Side Gallery.

Tembok Berlin yang asli disini.

Penuh dengan grafiti keren-keren.

Ada beberapa bagian yang bolong juga.

Back to the stastion pa.

East Side Gallery.

Setelah melihat East Side Gallery kami pun kembali ke stasiun Warschauer Strabe dan bertemu mama. Dari sini kami putuskan untuk menyudahi pertualangan di Berlin dan kembali ke hotel untuk beristirahat. Dari stasiun Warschauer Strabe tinggal naik kereta jalur S7 menuju stasiun Berlin Hbf. Lalu tinggal jalan kaki sedikit menuju hotel Meininger.

Sesampainya di hotel kita ga langsung naik tapi sempatin mengambil foto di lobby dan ruangan lain yang ada dilantai bawah hotel sebagai kenang-kenangan. Karena malam ini adalah malam terakhir kami di Berlin. Besok pagi kami akan bertolak menuju kota berikutnya yaitu kota Praha. So terus ikuti perjalanan Euro Trip 2017 kami ini ya. Semoga bisa memberikan informasi yang bermanfaat, khususnya untuk teman-teman yang sedang mempersiapkan perjalanan keliling Eropa. Good luck..😊

Inilah jarak dari stasiun Berlin Hbf ke hotel Meininger tempat kami menginap.

Mama didepan pintu hotel.

Lobby hotel.

Resepsionis hotel.

Ada meja biliar juga di ruang bawah hotel ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sering Dipandang Sebelah Mata, Ternyata Wisata Negara Balkan Seindah Itu.

  Kotor Bay - Montenegro. Alhamdulillah, beberapa hari yang lalu saya baru saja kembali dari trip beberapa negara di Eropa. Pada trip kali i...