Rabu, 21 Maret 2018

Taiwan Trip 2018 Day 6 - Tour ke Shifen Old Street, Jiufen Old Street, dan diakhiri dengan jalan-jalan di Ximen.

Shifen Old Street.

Hari ini adalah hari terakhir kami di Taiwan. Kami akan kembali ke Singapura dengan pesawat Scoot Airlines, nanti malam. Untuk memanfaatkan hari terakhir ini, kami sudah memesan tour secara online sebelum berangkat ke Taiwan. Tour yang kami pesan ini, menuju kawasan wisata Shifen Old Street dan Jiufen Old Street. Alasan kami memesan tour ini karena waktu yang terbatas maka dengan ikut tour bisa melihat banyak tempat sekaligus. Kami memesan tour nya disini.

Sepanjang jalan rel kereta api aahhaaii..

Sesuai jadwal, kami sudah harus berada di meeting point stasiun Ximen 15 menit sebelum bus berangkat yaitu jam 08.45. Tournya sendiri dimulai jam 09.00 pagi. Jam 08.00 kami sudah check out dari hotel dan menitipkan koper di lugage room hotel lalu bergegas naik MRT jalur merah menuju stasiun Ximen. Karena stasiun Ximen hanya berjarak 1 stasiun dari stasiun Taipei Main Station (TMS) jadinya jam 08.15 kami sudah sampai di Ximen. Setibanya di stasiun MRT Ximen tinggal cari pintu exit 4, lalu berjalan lurus sampai ketemu GaKuDen Bakery disinilah meeting point tour nya. Saat kami datang sudah ramai peserta tour lain yang sedang menunggu disana.

Tak menunggu lama, bus tour nya datang. Tour ini menggunakan minibus ukuran elf gitu. Ada 2 rute bus satu tour ke Yehliu dan satunya lagi ke Shifen, jadi nanti Pak Supir nya yang mencek apakah kita berada diantrian bus tour yang benar. Sebelum naik bus, pak supir akan mencocokan data pesanan kita dengan list daftar yang dia pegang. Setelah cocok dan di chek list, kita dipersilakan masuk ke dalam bus. Tempat duduk dalam minibus nya 2-1, kita bebas memilih kursi diatas bus-nya.

Minibus tour yang membawa kita ke Shifen dan Jiufen.

Menunggu peserta tour lainnya.

Suasana di dalam bus.

Off we go.

Setelah semua penumpang masuk, tour pun segera dimulai dan bus kami berangkat meninggalkan area Ximen. Oya sistem tour ini memang online, jadi peserta yang datang adalah yang sudah pesan secara online, jadi tidak bisa datang langsung dan bayar ke supirnya karena tidak akan dilayani. Peserta tournya terbatas, jadi sangat disarankan untuk memesan jauh-jauh hari. 

Rute pertama kami pagi ini adalah menuju Shifen Old Street yang berada di kawasan Pingxi District. Perjalanan dari Ximen ke Shifen kurang lebih 1,5 jam. Ternyata Shifen ini berada diarea pegunungan hijau mirip kawasan lembah anai di Padang Panjang. Sesampainya di Shifen kami diberi waktu kurang lebih 1 jam untuk meng-eksplore area ini. Tournya sendiri memang memberikan waktu bebas untuk kita eksplore sendiri kawasan wisata yang dikunjungi. Bukan tipe tour yang pergi berombongan dan ikuti tour leadernya kemana pergi gitu he..he..

View setiba di Shifen.

Hijau Royo-Royo.

Jalan menuju Shifen Old Street.

Mirip Sumbar.

Tempat wisata yang dikunjungi oleh banyak turis disini adalah Shifen old street. Kawasan ini berada di jalur kereta api dekat stasiu kereta api Shifen. Atraksi turis yang menarik disini adalah menerbangakan lampion yang bertuliskan harapan serta doa. Di sepanjang Shifen Old Street ini memang terdapat berbagai toko yang menjual perlengkapan lampion untuk para turis. Harganya untuk lampion yang 1 warna 150 TWD sedangkan untuk yang warna-warni 200 TWD. 

Suasana di Shifen pagi itu.

Menulis harapan di lampion.

Jalur rel kereta bisa jadi pusat destinasi para turis.

Kalau kereta datang kita langsung kabur ya Bang he..he..

Pink Latern.

Meriah.

Lampion pun diterbangkan..up..up..

Saking banyaknya toko yang menawarkan lampion sempat bingung juga milihnya. Akhirnya kami memilih toko lampion yang menurut kami ramah pelayanannya. Harga semua toko lampion disini sama saja. Kami membeli lampion satu warna saja, berwarna orange, kalau ga salah artinya cinta yang abadi he..he.. Jadi setiap warna yang dipilih ada artinya, sebelum menentukan kita diberi petunjuk arti warna ini. Setelah memilih warna lampion orange, petugas pun dengan cekatan menaruh lampion pada gangang penjepit khusus, sehingga kita bisa menulis harapan pada lampion tersebut. Untuk menulisnya kita dikasi kuas dan tinta yang sudah tersedia disamping gangang penjepit lampion. Kami pun mulai menulis harapan serta doa secara bergantian kepada Allah & RasulNya..walau ini tradisi setempat tapi kita tetap berdoa sesuai kepercayaan masing-masing dong he..he..

Pilih beli lampion di toko ini.

Nulis harapan di lampion orange pilihan kita.

Ini bukan Pak Tino Sidin walau topi nya sama ha..ha..

Pak Tomi serius banget nulisnya.

Ternyata cuma nulis ginian ha..ha..

Keempat sisi lampionnya dikasi tulisan dan gambar biar meriah yes.

Doa dan harapan.

Ini tulisan si Abang, lebih rapi ya.

Seru juga lho menulis harapan di lampion ini. Biar meriah dan ga membosankan tambahkan ornamen atau gambar-gambar pada setiap kata-kata yang ditulis. Setelah beres, bakal ada petugas yang membantu kita untuk mengambil foto dan video serta menyalakan lampionnya. Pokoknya seru banget deh. Dan pelayanan ramah serta menyenangkan. Kami puas dan lampion kami pun terbang tinggi ke udara.

I'm with U.

Pengarah gaya nya siapa ini ha..ha..

Foto-foto dulu sebelum lampionnya diterbangkan.

Sarangeyo..

Bismillah..

Api lampionnya mulai dinyalakan.

Siap-siap untuk menerbangkan lampion.

1..2..3..fly my latern..up..up..

Setelah asyik melakukan tradisi penerbangkan lampion, kami lalu mengitari area Shifen Old Street. Saat asyik melihat-lihat suasana disini, tiba-tiba terdengar sirene kereta api. Wah ternyata kereta api masih aktif lewat dijalur rel kereta api ini. Jadi mesti hati-hati dan siap-siap juga kalau kereta api lewat. Yang kasihan sih lihat para turis yang bersiap menerbangkan lampionnya, jadi tertunda atau terhalang karena kereta api lewat. Oya kawasan Shifen ini setiap tahunnya mengadakan latern festival (festival lampion), biasanya setelah imlek. Sayang, kita datang tidak saat festival itu diadakan.

Kereta api lewat.

Jalan di rel kereta api.

Suasana yang menyenangkan.

Hati-hati kereta lewat.

Kasihan yang mau menerbangkan lampion jadi rusak karena kereta lewat.

Happy face.

Terbang.

Stasiun kereta api Shifen yang masih aktif.

Puas menikmati area sepanjang Shifen old street kami lalu jalan menuju jembatan gantung yang ada tak jauh dari stasiun kereta api Shifen. Pemandangan alam di kereta gantung ini sungguh indah dan hijau. Kita pun asyik mengambil foto dan mengabadikan moment disini.

Area menuju jembatan gantung Shifen.

My hubby.

Yeay..

Jump..trus jembatannya goyang-goyang..

Stay cool.

Suka pemandangannya.

Love..love..

Tak terasa waktu 1 jam kami di Shifen sudah habis. Kami pun kembali ke tempat bus tour kami tadi dan menunggu bus kami datang. Selang 5 menit bus tour kami datang dan semua peserta tour pun naik. Perjalanan dilanjutkan ke destinasi kedua yaitu  ke Jiufen Old Street. Perjalanan dari Shifen ke Jiufen memakan waktu 1 jam dengan bus.

Sesampainya di Jiufen supir bus kami memberitahu tempat-tempat wisata menarik yang bisa dikunjungi disini. Tapi sayang pake bahasa China, jadi kita tidak mengerti. Hanya beberapa kalimat berbahasa Inggris yang diucapkannya seperti kita diberi waktu 3 jam untuk eksplore mandiri di Jiufen ini dan mengenai meeting point kami nanti. Setelah itu semua peserta tour dilepas bebas untuk eksplore sendiri.

Desa di lereng pegunungan.

Cantiknya.

Tiba di parkiran mobil dan bus Jiufen.

Ayo ngebolang.

Walau dingin, tetap semangat.

View dari area parkir Jiufen.

Jiufen ini terkenal karena ada serial tv Jepang yang mengambil lokasi syuting disini "Spirit Away". Serial tv ini juga tayang di negara-negara Asia lainnya termasuk Indonesia sehingga kawasan satu ini terkenal di banyak negara. Saya sih suka karena memang kawasan ini indah dan unik. Apalagi melihat review dan foto-foto orang yang traveling ke sini. Kawasan yang terkenal itu berada di Jiufen Old Street. Memang kawasan ini kental dengan nuansa Tiongkoknya apalagi menjelang imlek. 

Jiufen penuh dengan lampion.

Jiufen Old Street.

Naik turun tangga disini.

Kita menjelajahi Jiufen.

Love in the air.

Lampion merah.

Dari tempat parkir bus, kami jalan kaki sekitar 5 menit untuk sampai di Jiufen Old Street. Ternyata kawasan Jiufen Old Street ini tidak terlalu luas, sehingga dalam waktu setengah jam kita sudah selesai mengelilinginya. Saat asyik menikmati suasana disini, kami berkenalan dengan seorang wanita peserta tour yang sama dengan kami. Awal perkenalan terjadi karena kami minta difotokan berdua oleh dia. Setelah berkenalan, saya lalu mengajak dia untuk ikut ke museum bekas penambangan emas di daerah Jiufen ini. Karena waktu 3 jam yang masih panjang. Dia setuju dan bersemangat karena dapat teman jalan.

Lokasi syuting spirit away.

Oriental banget.

Ini adalah bangunan restoran.

Foto-foto disini dulu.

Us.

Semakin keatas semakin cantik.

Difotoin ibu-ibu traveler asal Philipina.

Habis itu ibu nya jadi teman jalan kita disini.

Selain Jiufen Old Street, disini terdapat bekas peninggalan tambang emas zaman penjajahan Jepang, yang saat ini diubah menjadi museum "Gold Museum". Ada satu hal yang menarik dari gold museum ini, yaitu kita bisa berfoto dengan balok emas terbesar dan terberat di dunia. Museum ini sedikit jauh dari Jiufen Old Street, kita mesti naik bus umum sekitar 15 menit. Saya lupa nomor bus-nya. Tapi yang pasti tinggal ditunggu di halte depan Jiufen Old Street. Tarif busnya 15 TWD dan kami bertiga menggunakan easy card untuk membayar bus.

Karena tidak tau dimana lokasi turunnya, kami pun bertanya ke anak sekolah yang kebetulan ada di bus. Untung dia bisa berbahasa Inggris dan membantu kami menunjukkan tempat turun ke museum agar tidak salah. Sesampainya di museum kami pun buru-buru membeli tiket masuk seharga 80 TWD/orang dan segera masuk untuk mengeksplore area museum ini. 

Bus umum yang membawa kami ke gold museum.

Pintu masuk area gold museum.

Peta kawasan gold museum.

Yuk cuss kita masuk.

Gerbang masuknya.

Tiket masuk gold museum.

Ternyata cukup luas juga area museum ini, karena meliputi area bekas tambang dan perumahan mandor "Jepang"nya segala. Jadi kita bisa melihat kehidupan masa penjajahan Jepang di Taiwan. Sepertinya sama saja kejamnya dengan penjajahan Jepang di Indonesia. Kita juga bisa melihat sisa-sisa peninggalan peralatan tambangnya juga. Yang paling utama tentu berfoto dengan balok emas terbesar dan terberat di dunia yang ada di dalam bangunan utama gold museum. Yeay..kesampaian memegang balok emas terbesar dan terberat di dunia.

Masih ada peninggalan kereta tambanganya disini.

View di kawasan gold museum.

Di dalam gedung museumnya.

Alat-alat yang digunakan oleh para penambang emas.

Belalang emas.

Masih bisa jalan lho ini.

Seru ya bang naik kereta ini he..he..

Diorama.

Gold..gold..

Emas terbesar dan teberat di dunia.

Kesampaian pegang balok emas ini he.he..

Yang punya emas segini tajir melintir he..he..
Puas melihat koleksi di museum-nya kami juga melihat-lihat pemandangan alam yang indah disini. Karena kawasan pegunungan jadi rumah-rumah dibangun bertingkat-tingkat mengikuti kontur tanah pegunungan. Alam yang asri dan udara yang bersih bikin kita betah berada disini. Tapi kami tentu tidak bisa lama-lama setelah puas menjelajahi area ini, kami pun kembali menunggu bus umum untuk kembali ke meeting point tour yaitu parkir bus di dekat Jiufen Old Street. Untung kami tepat waktu sehingga, tidak telat dari jadwal tour.

Patung protes terhadap penjajah.

Gold museum Taiwan.

Pemandangan yang asri.

Perumahan penduduk bertingkat-tingkat.

Taiwan utara.


Saat kami naik keatas bus tour ternyata bus hampir penuh, hanya menunggu 2 orang peserta tour lagi. Tak lama setelah kami naik, 2 orang peserta tour terakhir juga naik sehingga bus pun segera berangkat kembali ke Ximen. Perjalanan dari Jiufen ke Ximen memakan waktu kurang lebih 2 jam. Kami ketiduran sepanjang perjalanan kembali ke Taipei ini

Sekitar jam 4 sore kami tiba di Ximen. Karena belum sempat eksplore Ximen, sore itu kami pun jalan-jalan menikmati suasana di Ximen. Alhamdulillah disini ketemu gerai ayam goreng XXL Hotstar, langsung aja kami antri untuk beli. Ternyata memang enak dan renyah ayam goreng XXL Hotstar ini, kualitasnya lebih baik dari ayam goreng XXL lainnya yang kami beli selama di Taiwan. Oya satu hal yang berbeda ayam goreng XXL di Taiwan ini terdapat tulang lho di bagian bawahnya, sedangkan kalau di Indonesia tanpa tulang sama sekali.

Antrian di Hotstar.

Chimin di Ximen he..he..

Ximen.

Kayak di Jepang dan Korea.

Tempat nonkrongnya anak muda Taipei.

Kesampean makan ini.

Suamiku bahagia he..he..

Ayam goreng XXL paling endes.

Puas jalan-jalan sore di Ximen yang happening, kami lalu kembali ke TMS dengan MRT. Sebelum mengambil koper yang dititip di hotel, kita makan dulu di Yoshinoya. Setelah kenyang, baru kami mengambil koper, dan segera cuss ke bandara dengan express train dari Taipei Main Station. Ternyata express train ke bandara ini keren banget, cuma 30 menit sudah sampai di Taoyuan Airport. Waktu kami datang di Taoyuan, kami salah naik kereta, malah naik yang kereta biasa bukan express train untuk ke TMS, makanya lama dijalan he..he..
 
Makan dulu sebelum ke bandara.

Makanan Jepang lagi.

Stasiun khusus kereta bandara.

Nunggu express train.

Bagian dalam express train.

Suasana di dalam kereta.

Sebelum tiba di Bandara Taoyuan.

Wajah capek.

Sesampainya di bandara Taoyuan, kami segera menuju counter check in Scoot Airlines, ternyata sudah ada antrian walau counternya belum buka. Kami pun ikut antri. Proses check in disini tidak otomatis seperti di Singapura, jadi masih manual. Untungnya check in diawal kita berdua dapat tempat duduk bagian depan pesawat dan dekat jendela pula. Mudah-mudahan pesawatnya ga penuh jadi bisa tiduran, itu harapan kami he..he..

Antrian check in Scoots Airlines di Taoyuan Airport.

Setelah check in, kami pun langsung masuk ke area imigrasi dan masuk ke area transit. Sebelum menuju ruang tunggu naik pesawat, kami melihat ada petunjuk menuju shower room. Bang Tomi langsung bilang pengen mandi karena gerah. Akhirnya kita berdua pun mandi di shower room dan sholat di area ruang tunggu dekat shower room ini. Shower room yang kami temui ini berbeda dengan shower room saat kami datang, disini tidak disediakan alat mandi dan handuk. Jadi pakai peralatan mandi kita sendiri. Cuma tetap tersedia gratis. Baru setelah itu kita masuk ke gate tempat ruang tunggu pesawat kami.

Lorong pintu-pintu shower room di Taoyuan.

Petunjuk shower room.

Ruang santai dekat shower room.

Seger habis mandi.

Petunjuk arah ke shower room.

Menuju gate.

Gate ruang tunggu sebelum naik pesawat.

Pesawat yang membawa kami kembali ke Singapura.

Sekitar jam 10 malam pesawat kaki terbang lepas landas dari Taoyuan Airport. Disamping kami duduk seorang Bapak, untungnya pesawar kami tidak penuh, jadi setelah terbang si Bapak pindah ke kursi tengah yang kosong agar leluasa tidur. Kami pun bahagia karena bisa tidur leluasa juga. Seperti biasa saya langsung tidur lempeng di paha Bang Tomi. Alhamdulillah penerbangan kami kembali ke Singapura aman dan tenang, sekitar jam 3 pagi waktu Singapura kami mendarat di Changi Airport. Karena tiba dini hari, jadinya kami puas-puasin nikmati fasilitas yang ada di Changi Airport. Paginya setelah hari mulai terang, kami pun kembali ke Batam dengan ferry dari Singapura. Semoga bermanfaat ya dan dapat menjadi inspirasi buat teman-teman yang mau traveling ke Taiwan..😉😄

Day 6 UK Trip 2023 - Edinburgh.

  Dean Village. Tanpa kita sadar uda masuk hari ke-6 perjalanan kami pada UK Trip kali ini, dan masuk hari kedua di Edinburgh. Hari ini kita...