Kamis, 11 Mei 2017

Japan Sakura Trip 2017 Day 6 - Fushimi Inari Shrine, Kiyomizu-dera, Kinkakuji (Golden Pavilion), Gion Kyoto.

Golden Pavilion.

Hari ini adalah hari pertama kami menggunakan JR Pass. Tujuan kami hari ini adalah keliling kota Kyoto. Pagi hari kami bergegas menuju stasiun Shin Yokohama untuk naik Shinkansen Hikari 503 menuju Kyoto. Kenapa kami naik dari Shin Yokohama, karena apato Vina terletak antara Tokyo dan Yokohama, dan untuk menghemat waktu perjalanan lebih baik naik dari Shin Yokohama. Untuk masalah biaya pun, lebih murah tiket kereta menuju Shin Yokohama, karena hanya perlu bayar tiket kereta Keio dari Tama Center ke Hashimoto sebesar 180 yen, perjalanan seterusnya gratis karena sudah dicover oleh JR Pass. Kalau menuju stasiun Tokyo, kita mesti ke Shinjuku yang tiket kereta Keio nya lebih mahal yaitu 340 yen, belum lagi waktu yang diperlukan untuk kesana lebih panjang. Untuk menggunakan JR Pass pada jalur kereta JR, kita cukup lewat ke pintu paling ujung yang ada petugas JR-nya, lalu memperlihatkan kartu JR Pass kita baik saat masuk stasiun maupun keluar stasiun. Biasanya petugas hanya melihat tanggal akhir pemakaian JR Pass kita saja, yang ada dibagian belakang. Detail perjalanan kami ke Kyoto bisa dilihat dari screenshot Hyperdia berikut ini.

Rute perjalanan kami ke Kyoto dari Hyperdia.

Pagi ini pertama kalinya kami berdua naik kereta super cepat Jepang, yang dikenal dengan sebutan Shinkansen ini. Penasaran sekaligus semangat ingin merasakan naik kereta berkecepatan peluru ini. Satu hal yang pasti kereta di Jepang rata-rata tepat waktu, apalagi Shinkansen, jadi kita sudah mesti sampai di Shin Yokohama sebelum shinkansen-nya datang. Apalagi stasiun Shin Yokohama ini bukan stasiun awal ataupun akhir, otomatis shinkansen nya hanya berhenti 2-3 menit saja untuk menaik-turunkan penumpang. Tentu kita ga mau ketinggalan kereta kan, soalnya buat nunggu shinkansen berikutnya bakal habis waktu 30-45menit. Alhasil untuk menghindari hal itu, kami pun berubah layaknya orang-orang Jepang yang jalan terburu-buru di stasiun transit atau malah berlari untuk mengejar kereta menuju Shin Yokohama he..he.. Seru dan menegangkan, apalagi stasiun yang kami lewati hari ini adalah stasiun baru semua. Tapi untungnya aplikasi Hyperdia itu sudah memperhitungkan lama kita transit untuk berpindah jalur kereta disetiap stasiun transit, jadi bisa diestimasi waktunya. Tapi tetap saja waktu transit yang ada di Hyperdia itu standar orang Jepang, makanya langkah kaki pun mesti ikut ritme mereka biar pas he..he.. Trus biar ga ribet nyari-nyari jalur kereta, setiap melewati pintu stasiun kami biasanya langsung bertanya ke petugas JR yang memeriksa JR Pass kami, berada dijalur no berapa kereta yang akan kami naiki. Alhamdulillah pagi itu pemakaian JR Pass kami aman jaya sentosa dan tiba di Shin Yokohama sebelum shinkansen Hikari 503 nya datang.

Shin Yokohama pagi itu.

Karena kami sudah reserved seat untuk Shinkansen Hikari 503 ini, jadinya setibanya kami di Shin Yokohama kami tinggal berdiri diantrian gerbong reserved yang tertera ditiket yaitu gerbong 15 dengan nomor kursi 3E & 3F. Kalau tidak sempat reserved seat atau kehabisan tiket reserved seatnya kita bisa antri berdiri digerbong non reserved. Semua jadwal kereta yang lewat tertera dilayar-layar besar stasiun, jadi jangan sampai salah naik kereta. Jam 7.50 Shinkansen Hikari 503 yang kami tunggu tiba di stasiun Shin Yokohama. Kami pun langsung naik dan duduk dikursi 3E & 3F. Tepat jam 7.52 Shinkansen Hikari pun melesat meninggalkan stasiun Shin Yokohama. Buset deh ontimenya dan cuma 2 menit buat kita turun ataupun naik di Shin-Yokohama ini. Walaupun shinkansen merupakan kereta super cepat, tapi kita tidak akan merasakan getaran yang berarti saat duduk didalamnya. Paling kita baru ngeh kecepatan kereta ini luar biasa saat kereta ini berselisih dengan shinkasen/kereta lainnya.

Tiket reserved seat Shinkansen kami pagi itu.

Layout tempat duduk kursi didalam shinkansen Hikari ini adalah 3-2, kami duduk di bagian kursi berdua. Jarak antar kursi nya lumayan lega dan bagian dalam gerbong mirip kabin pesawat. Bersih dan nyaman. Kursinya bisa diputar, jadi ketika arah kereta berganti, maka petugas kebersihan kereta sudah memutar kursi menghadap sesuai dengan arah kereta. Kalau misalnya ingin duduk berhadap-hadapan sepanjang perjalanan dengan teman atau keluarga tinggal putar kursinya. Untuk tas bawaan bisa disimpan dibagian penyimpanan atas kursi atau dibawah dekat kaki, bisa juga ditempat penyimpanan khusus biasanya ada diujung gerbong. Setiap kursi dilengkapi meja lipat untuk makan atau bekerja. Rata-rata disetiap kursi juga sudah dilengkapi fasilitas stop kontak listrik jadi bisa untuk charger HP, kamera ataupun laptop. Toilet berada didepan ataupun belakang setiap gerbong. Selain bersih dan nyaman, fasilitas toiletnya juga ga kalah keren. Pengumuman stasiun yang akan dilewati ada dilayar atas bagian depan setiap gerbong.

Yeay..akhirnya bisa merasakan naik shinkansen di Jepang.

Kereta api rasa pesawat alias Shinkansen.

Layar petunjuk stasiun dibagian depan gerbong.

Tempat penyimpanan tas diatas kursi penumpang.

Toilet di shinkansen 503, maaf fotonya blur he..he..

Oya untuk teman-teman yang ingin melihat gunung Fuji sepanjang perjalanan dari Tokyo ke Kyoto/Osaka atau sebaliknya. Jangan lupa duduk di kursi yang untuk 2 orang ya. Baik saat pergi maupun balik, karena kursi yang untuk 2 orang inilah yang viewnya menghadap gunung Fuji he..he.. Kalau beruntung teman-teman bisa melihat gunung Fuji yang keren abis ga lama setelah melewati Shin Yokohama. Saat kami berangkat pagi ini cuaca mendung jadi Fuji san tidak terlihat jelas karena tertutup kabut hiks..hiks.. Setelah melewati Fuji san, kami lalu membuka bekal yang sudah kami siapkan sebelumnya dan menyantapnya. Sebelum berangkat kami uda siapkan bekal makanan untuk diatas Shinkansen yaitu nasi + rendang. Jadi memang sudah direncanakan bakal makan diatas shinkansen he..he.. Tenang, kita diperbolehkan makan minum sepanjang perjalanan dalam kereta Shinkansen ini kok. Jadi tidak usah khawatir, asal menjaga kebersihan dan merapikan kembali sampah sisa makanan. Selain memperbolehkan membawa makanan dan minuman, diatas kereta juga ada pelayan shinkansen yang berjualan makanan dan minuman jadi buat teman-teman yang ingin jajan diatas Shinkansen, ga da masalah. Biasanya pelayannya bakal lewat disetiap gerbong untuk menjajakan makanan dan minuman. Selain itu juga ada petugas yang bakal memeriksa setiap kursi di gerbong reserved seat. Jadi bakal ketahuan kalau ada penyusup yang masuk dan duduk di gerbong reserved seat ini he..he.. Setelah makan, kami berdua malah molor disisa perjalanan sampai tiba di stasiun Kyoto he..he..

Gunung fuji pagi itu tertutup kabut, ini foto dari atas Shinkansen.

Westafel diatas shinkansen.

Shinkansen Hikari ini juga tidak berhenti lama di stasiun Kyoto karena bukan stasiun akhirnya, jadi setibanya di stasiun Kyoto kami pun bergegas turun bersama beberapa penumpang lainnya. Setibanya di stasiun Kyoto kami lalu bergegas ke jalur kereta JR lokal untuk naik kereta menuju stasiun Inari. Stasiun Inari ini adalah stasiun kereta terdekat menuju Fushimi Inari Shrine. Tujuan kami ke Kyoto hari ini salah satunya adalah mengunjungi Fushimi Inari Shrine, yang terkenal dengan ratusan toriinya.

Baru keluar dari Shinkansen saat tiba di stasiun Kyoto.

Foto dulu sebelum keretanya jalan lagi.

Ini dia shinkansen Hikari 503 di stasiun Kyoto.

Ketika kami tiba di stasiun Inari, hujan ternyata turun. Membuat udara semakin dingin dan membeku. Rasanya ingin cari tempat hangat dan berteduh saja. Tapi sayang sekali sudah jauh-jauh ke Kyoto kalau ga lihat ratusan torii di Fushimi Inari Shrine. Jadinya kami tetap jalan menuju Fushimi Inari Shrine, dengan modal satu payung berdua he..he.. Untung jarak antara stasiun Inari dengan kuilnya tidak jauh jadi baru saja keluar stasiun kereta dari kejauhan sudah terlihat pintu masuk Fushimi Inari Shrine. Kuil ini didominasi warna orange khas Jepang. Sebelum tiba dibagian paling hits kuil ini yaitu torii nya, kami mencoba abadikan moment dibangunan awalnya dulu. Ternyata cantik juga lho hasil fotonya walau kondisi hujan he..he...

Hujan saat baru sampai Fushimi Inari.

Air suci di kuil Fushimi Inari.

Patung rubah di Inari.

Denah Fushimi Inari.

Bagian bangunan awal Fushimi Inari.

Menuju deretan ratusan tori di Inari.

Ini dia deretan awal tori di Fushimi Inari.

Setelah puas melihat bangunan awal Fushimi Inari Shrine, kami lalu menuju tempat dimana deretan ratusan torii orange itu berada. Ternyata deretan Torii ini disusun mendaki bukit. Awalnya torii ukuran besar menyambut kita. Nanti dipertengahan torii ini akan terbagi 2 dengan ukuran yang lebih kecil. Torii adalah gerbang yang terbuat dari kayu yang biasanya terdapat pada kuil-kuil di Jepang. Ratusan Torii yang ada di Fushimi Inari Shrine merupakan sumbangan dari perusahaan/pengusaha di Jepang sebagai wujud terima kasih mereka kepada Sang Pencipta. Pada setiap torii ini terukir nama perusahaan/pengusaha penyumbangnya. Siang itu walau hujan, tapi deretan torii ini penuh sesak oleh turis. Agak sulit mendapat foto torii yang kosong tanpa gangguan turis lainnya he..he.. Tapi semakin keatas maka keramaian turis semakin berkurang. Tapi hujan makin deras, jadinya kami ga tidak bisa berlama-lama menikmati keindahan Fushimi Inari Shrine ini.

Awal masuk dideretan tori bakal rame sekali kayak gini.

Berbagai macam coretan di papan kepala rubah.

My Man.

Susah nunggu sepi disini he..he..

Ketemu salah seorang traveler dari Indonesia, jadi kita minta foto deh he..he..

Alhamdulilah ada foto berdua disini.

Lumayan dapat pas sepi he..he..

Kami lalu memutuskan untuk kembali ke stasiun Kyoto dengan kereta JR. Setibanya di stasiun Kyoto, kami menghangatkan diri sekaligus nyari jajanan untuk dimakan. Pas lewat di sebuah mini market saya melihat deretan Onigiri/nasi kepal dengan berbagai macam isian. Wah kami pun tertarik untuk mencoba jajanan khas Jepang ini. Hari ini pertama kalinya kami mencoba onigiri. Untuk kita yang muslim bisa membeli onigri dengan isian Tuna, Udang atau Seafood lainnya. Saat di Kyoto ini kami mencoba onigiri isi tuna mayones dan salmon. Harga Onigiri ini berkisar 100-120 yen tergantung isi didalamnya. Dari 2 rasa onigiri yang kami beli, ternyata onigiri tuna mayones nya enak, sejak itu kami keranjingan beli onigiri ini selama perjalanan di Jepang he..he.. 

Hujan semakin deras saat kami keluar dari Fushimi Inari.

Walau hujan, senyumin aja ya say.

Stasiun kereta Inari siang itu.

Ketemu onigiri / nasi kepal khas Jepang di stasiun Kyoto.

Setelah badan sedikit hangat dan tas sudah penuh dengan makanan, kami lalu ke pusat Informasi stasiun Kyoto untuk bertanya dimana tempat kita bisa membeli tiket bus keliling di Kyoto. Jadi dari info yang saya kumpulkan sebelumnya untuk berkeliling kota Kyoto dan mengunjungi destinasi wisatanya kita bisa menggunakan tiket Kyoto City Bus one day Pass. Tiket Pass ini seharga 500 yen perorang dan bisa digunakan untuk naik Kyoto City Bus sepuasnya dalam waktu satu hari. Ternyata tempat penjualan tiket Kyoto City Bus ini ada ditengah-tengah bagian dalam stasiun Kyoto. Saat membeli tiket one day pass bus ini kita juga diberikan peta rute bus-bus yang tergabung dalam Kyoto City Bus. Kalau mau mempelajari rute busnya bisa cek link ini. Setelah mendapatkan one day pass kyoto city bus ini, kami pun segera keluar menuju halte bus untuk ke destinasi berikutnya yaitu Kiyomizu-dera temple. Dari stasiun Kyoto kita naik bus no.100 atau 110 menuju Kiyomizu-dera. Perlu diingat naik untuk naik bus di Jepang kita naiknya di pintu bagian belakang dan turun di pintu bagian depan.

Kami turun di halte terdekat menuju kuil Kiyomizu-dera. Ada 2 halte yang bisa dijadikan tempat turun yaitu Kiyomizu-michi atau Gojozaka. Saat turun dijalan raya ini saya sudah melihat banyak toko yang menyewakan kimono khas Jepang. Harga sewa kimono ini berkisar antara 3500-5000/lebih. Harga sewa ini tergantung jenis dan bahan kimono yang akan disewa, semakin bagus kimononya tentu semakin mahal. Saya memang tidak berminat sewa kimono hari itu karena hujan dan sebenarnya saya sudah punya kimono di Padang. Dulu dirumah kami pernah tinggal siswi Jepang bernama Hiromi selama 1 tahun, sebagai cendera mata dia meninggalkan kimononya untuk kita. Jadi saya ga penasaran lagi menggunakan kimono, soalnya uda punya he..he.. Jarak dari halte jalan raya menuju Kiyomizu-dera cukup jauh melewati jalan-jalan kecil khas Jepang. Tapi perjalanan menuju Kiyomizu-dera ini sangat mengesankan karena nuansa Jepang otentiknya sangat terasa. Rumah-rumah khas Jepang dengan jalan paving block yang tidak terlalu besar. Belum lagi sepanjang jalan ini kiri kanannya penuh dengan toko souvenir maupun makanan khas Jepang. Nuansa semakin romantis karena gerimis dan semaraknya turis-turis berkimono dengan payung transparannya.

Jalanan menuju Kiyomizu-dera.
 
Toko souvenir di sepanjang jalan menuju Kiyomizu-dera.

Romantisnya hujan di Kyoto.

Come to me honey.

Ada tempat belajar bikin kerajinan tanah liat juga disini.

Turis berkimono di Kiyomizu-dera.

Selain itu toko-toko makanan disepanjang jalan menuju Kiyomizu-dera ini rata-rata menyediakan sampel makanan/tester yang bisa kita coba. Ini dilakukan untuk menarik turis agar berbelanja di toko mereka. Jadinya saya icip-icip deh dari toko yang satu ke toko yang lainnya. Paling banyak sih toko yang jual mochi berbagai macam isian. Asli mochi Jepang ini enak banget deh, saya yang biasanya ga suka mochi aja, betah ni didalam toko mochinya sambil icip-icip mochi berbagai rasa. Ada rasa green tea, coklat, red bean dll sampai ada juga mochi rasa sakura yang warna mochiny pink. Kalau haus habis icip-icip mochi, ga perlu khawatir karena setiap toko ini juga menyediakan ocha panas gratis buat kita. Wah lumayan banget buat hangatin badan pas cuaca dingin waktu itu, mana gratis lagi he..he.. Satu lagi tester makanan yang ga boleh terlewatkan adalah biskuit green tea. Saya ga tau namanya, tapi rasanya enak banget dan pas saya cek harga biskuit ini lumayan mahal dengan packing yang exclusive. 

Biskuit green tea endes di Kiyomizu-dera.

Toko mochi, bisa cobain mochi sepuasnya disini.

Berbagai macam pilihan rasa mochi.

Walau jalan kaki lumayan jauh dan nanjak, tapi semua ga terasa karena enaknya suasana jalan menuju Kiyomizu-dera ini. Setibanya didepan pintu kuil Kiyomizu-dera kami berdua sempat ragu mau masuk pa ga kedalam kuilnya. Akhirnya setelah diskusi, kami memutuskan buat masuk dan lihat bagian dalam kuil ini. Tiket masuknya 400 yen/orang. Ternyata tidak ada yang begitu istimewa, karena view cantik kuil ini terhalang kayu-kayu renovasi. Sayang sekali kita tidak dapat menikmati keindahaan kuil ini karena sedang dalam tahap renovasi. Bagian dalamnya pun gelap karena hujan dan cahaya yang masuk terbatas sebab tertutup tiang-tiang penyangga untuk renovasi kuil. Kami tidak terlalu lama menjelajahi bagian dalam kuil ini, apalagi menjelajahi tamannya. Sebenarnya taman kuil ini cantik dan luas, tapi karena hujan kami urung berkeliling.
Pintu gerbang kuil Kiyomizu-dera.

Pake payung transparan he..he..

Walau hujan tetap rame yang kesini.

Sakura yang akan mekar di Kiyomizu-dera.

Abang kedinginan he..he..

Kuil Kiyomizu-dera yang sedang dalam proses renovasi.

Kecewa, kuil cantiknya lagi di renovasi.

Tapi apapun itu, saya senang karena ada kamu yang bisa dipeluk hangat.

Taman hijau di Kiyomizu-dera.

Suasana taman Kiyomizu-dera.

Sayang sakuranya belum bermekaran disini.

Dari kuil Kiyomizu-dera kami lalu kembalik ke halte bus yang ada di jalan raya. Sepanjang jalan menuju halte kita berdiskusi destinasi berikutnya. Awalnya saya merencanakan untuk ke Philosopher's Path yang tidak jauh dari Ginkakuji Temple (Silver Pavilion). Philosopher's Path ini adalah jalan penghubung antara beberapa kuil di bagian timur Kyoto sepanjang kurang lebih 3km yang dipenuhi oleh pohon Sakura. Jalan ini memang indah sekali jika dikunjungi saat sakura bermekaran. Tapi hujan belum juga reda dan sepertinya bakal awet sampai sore. Satu hal lagi, kami tidak terlalu yakin sakura di Philosopher's Path ini sudah bermekaran. Kalau belum mekar maka viewnya tidak terlalu oke. Karena itu akhirnya kita mengubah rencana untuk mengunjungi Kinkakuji Temple saja yang sudah pasti lebih keren dari Ginkakuji Temple. Dari halte Kiyomizu-michi kami naik bus no.206 sampai halte Rakuhoku Koko-mae, di halte ini lalu naik bus no.204/205 menuju halte Kinkakuji-michi. Halte Kinkakuji-michi adalah halte terdekat menuju Kinkakuji Temple.

Kami tiba di halte Kinkakuji-michi 20 menit sebelum kuilnya ditutup. Kinkakuji Temple ini tutup jam 5 sore. Jadinya sedikit berlari kami menuju Kinkakuji Temple yang tak jauh jaraknya dari halte ini. Alhamdulillah kami masih diperbolehkan masuk dan menikmati bangunan kuil berwarna keemasan ini. Untuk masuk ke Kinkakuji Temple dikenakan biaya masuk sebesar 200 yen/orang. Keputusan kami kesini sangatlah tepat, karena bangunan yang terkenal dengan nama Golden Pavilion ini memang sangat cantik. Apalagi dihiasi dengan kolam disekelilingnya, seakan-akan Kinkakuji Temple ini terapung diatas kolam. Jika beruntung kita pun bisa melihat pantulan Kinkakuji Temple dari kolam ini. Selain itu taman disekeliling Kinkakuji Temple ini ditata sangat rapi dan indah. Membuat kita betah berlama-lama menikmatinya. Suasananya asri, sejuk dan menyenangkan. Karena kami masuk 20 menit sebelum kuilnya tutup jadinya tentu tidak bisa berlama-lama. Walau sebenarnya si Bapak Penjaga kuil berbaik hati membiarkan kami berfoto sampai puas dibeberapa spot, tapi kami ga enak juga kalau ditungguin terus ma Bapaknya he..he..
Kinkakuji temple.

Cantiknya Golden Pavilion ini.

Hujan gerimis tidak menghentikan langkah kami mengitari Kinkakuji Temple.

Kolam yang mengelilingi bangunan Kinkakuji.

Sisi terdekat dari Golden Pavilion.

Keep smile & happy.

Puas menikmati Kinkakuji Temple kami pun akhirnya keluar dari sana sekitar jam 17.30. Dan ketemu beberapa pengunjung yang kecewa karena tidak lagi dapat masuk ke area dalam Kinkakuji Temple karena sudah tutup. Malah ada beberapa turis asing yang bertanya ke kami apakah kuilnya terlihat dari pintu keluar. Kami bilang kuilnya berada ditengah-tengah taman, jadi tidak terlihat dari pintu masuk ataupun pintu keluar. Terlihat sekali kekecewaan diwajah mereka. Alhamdulillah kita masih diberi kemudahan dan waktu tadi bisa masuk kedalam. Jadi untuk teman-teman yang ingin berkunjung ke Kinkakuji Temple mesti ingat bahwa kuil ini hanya buka sampai jam 5 sore saja. Jadi usahakan datang sebelumnya agar bisa masuk, karena lokasi Kinkakuji Temple memang agak jauh dari tengah kota Kyoto jadi sediakan waktu yang cukup menuju ke kuil ini.

Dari Kinkakuji Temple kami lalu melanjutkan perjalanan ke daerah Gion. Gion adalah wilayah yang terkenal sebagai tempat berkumpulnya Geisha (wanita seni). Keunikan tempat ini tidak hanya karena kita bisa bertemu Geisha sewaktu-waktu, tapi juga layout bangunan dan suasana Jepang yang otentik.  Deretan bangunan restoran atau ochaya yang beratap rendah, ditambah dengan jalan yang paving block yang tidak terlalu lebar, lalu lampion bertuliskan kanji Jepang membuat tempat ini sangat cantik di foto dan tidak pernah sepi dikunjungi oleh wisatawan. Untuk menuju Gion dari halte Kinkakuji-michi kami naik bus no.12 atau no.59 lalu turun di halte Shijo Keihan-mae. Halte ini adalah halte terdekat menuju wilayah Gion. Jalan kaki sekitar 5-10menit akhirnya kami sampai di Gion yang terkenal itu. Karena matahari sudah terbenam, jadinya kami menikmati suasana Gion malam hari. Cantiknya wilayah ini bisa terlihat dari foto-foto kami berikut.

Gion dikala senja.

Suasana malam disini romantis dan cantik sekali.

Deretan restoran menunggu pelanggan yang datang.

Warna warni cahaya malam di Gion Kyoto.

Yang berkimono belum tentu Geisha, bisa jadi cuma turis he..he..

Tidak terasa sudah jam 19.00. Kami pun segera mengakhiri jalan-jalan kami di Gion dan langsung menuju halte bus untuk menuju stasiun Kyoto. Dari halte Gion tinggal naik bus no.86/100/110/206 menuju stasiun Kyoto. Sempat deg-degan juga didalam bus karena Shinkansen Hikari 534 yang sudah kami pesan untuk balik Tokyo jadwalnya jam 19.32. Bus tiba di stasiun Kyoto 7 menit sebelum shinkansen kami tiba. Buset deh, kami lari secepat mungkin menuju platform tempat shinkansen Hikari 534 menuju Tokyo berhenti. Alhamdulillah kami tida di platform tepat waktu sebelum shinkansennya datang. Ingat di stasiun Kyoto ini bukan stasiun awal ataupun akhir jadinya shinkansennya berhenti hanya 2-3 menit saja. Jadi kalau telat, ya pasti uda ditinggal oleh keretanya, ga deh kata lelet buat orang Jepang he..he.. Gimana seru kan jadi Japanese, kejar-kejaran ma kereta he..he..

Shinkansen Hikari 534 datang sesaat setelah kami sampai di platform stasiun Kyoto.

Tak lama shinkansen Hikari 534 yang kami tunggu pun tiba. Kami berdua langsung naik ke gerbong reserved no.14 dan duduk di kursi 12E dan 12F. Sepanjang perjalanan dari Kyoto menuju Tokyo kami pun makan dan lanjut tidur karena kecapean. Next saya akan cerita pengalaman menyenangkan kami ke desa Shirakawa-go yang masih diliputi salju. Gimana serunya kami melihat salju di Jepang yang menumpuk, terus ikuti pengalaman trip Jepang ini ya. Semoga bermanfaat dan dapat berbagi informasi dengan teman-teman semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sering Dipandang Sebelah Mata, Ternyata Wisata Negara Balkan Seindah Itu.

  Kotor Bay - Montenegro. Alhamdulillah, beberapa hari yang lalu saya baru saja kembali dari trip beberapa negara di Eropa. Pada trip kali i...