Jumat, 21 April 2017

Japan Sakura Trip 2017 Day 4 - Shinjuku, Harajuku, Meiji Jingu Shrine, Ometosando dan Shibuya.

Shibuya.

Setelah tidur nyenyak di apato Vina, paginya kami pun bangun dengan semangat. Awalnya hari ini kami dan Vina sekeluarga berencana untuk hanami-an disalah satu taman sakura di Tokyo. Tapi karena masih banyak pohon sakura yang belum mekar dan Rijal juga mesti ke kampus, jadinya rencana ini batal. Percuma juga hanami-an kalau sakuranya belum banyak yang mekar kan he..he.. Apato Vina ini nuansa Jepangnya berasa banget, karena masih ada pintu geser kayu khas Jepang dan lantainya pun beralaskan tatami khas Jepang. Belum lagi view dari jendela rumahnya bagus banget. Jadinya pagi itu kita berdua malah asyik menikmati suasana di rumah Vina. Selesai beres-beres dan makan baru jam 11.00 kami keluar dari apato Vina.
 
Pintu kayu geser khas Jepang di Apato Vina.

Lantai tatami di kamar tempat kami menginap di Apato Vina.

Ruang tengah Apato Vina.

View dari jendela Apato Vina.

Dapur dan ruang makan.

Pagi ini kita coba jalan kaki dari apato Vina ke stasiun Tama Center. Ditemani Rijal sebagai penunjuk jalan kami pun jalan bertiga. Udara sejuk dan lingkungan yang asri yang kami temui sepanjang perjalanan membuat kita semangat jalan kaki pagi itu. Sesampainya di stasiun Tama Center kami pun langsung membeli tiket kereta Keio line di mesin tiket. Rencananya mau langsung ke Shinjuku untuk urus penukaran voucher JR Pass kami dengan kartu JR Passnya.

Sesampainya di stasiun Shinjuku, kami pun bertanya ke salah satu petugas JR, dimana kami bisa menukarkan voucher JR Pass kami. Kami lalu diberi peta dan diarahkan untuk keluar melalui pintu South Exit lalu menyebrang jalan, karena kantor penukaran voucher JR Pass ini ada diseberang jalan. Setelah keluar dari South Exit, kami masih belum menemukan kantor yang dimaksud. Jadinya bertanya lagi ke petugas gedung dan langsung diarahkan ke kantor yang dimaksud. Ternyata kantor penukaran voucher JR Pass ini tidak langsung terlihat setelah keluar dari pintu South Exit, tapi kita masih harus jalan agak kebelakan gedung, baru nemu kantornya. Untuk penukaran voucher JR Pass ini hanya bisa dilakukan distasiun-stasiun besar yang ada di Jepang, daftar tempat penukarannya diberikan saat kita beli voucher JR Pass ini di Indonesia.

Kantor JR tempat kami menukarkan voucher JR Pass.

Sesampainya dikantor JR ini kami langsung antri untuk penukaran voucher JR Pass. Ternyata sudah lumayan banyak wisatawan yang antri untuk penukaran voucher ini. Dokumen yang perlu disiapkan untuk menukarkan voucher ini adalah paspor. Jadi siapkan voucher JR Pass nya beserta paspor. Selagi antri kita bakal diminta untuk mengisi formulir penukaran voucher JR Pass. Jadi nanti saat giliran kita tiba didepan counter bisa langsung diporses penukaran vouchernya. Hal ini tentu bisa menghemat waktu antrian dan proses penukaran voucher ini. Oya satu lagi pengumuman yang tertera disana adalah kita hanya dapat memesan reserved seat dihari pertama pemakaian JR Pass. Jadi mereka tidak melayani pemesanan seat diluar itu, mengingat banyaknya antrian wisatawan yang menukar voucher JR Pass.

Saat giliran kami tiba, petugas langsung melayani kami dengan sigap. Kami pun menyerahkan voucher JR Pass yang kami dapat dari JTB Jakarta beserta paspor dan formulir yang tadi sudah diisi sebelumnya. Dalam formulir ini sudah diisi informasi kapan kita mau menggunakan JR Pass kita. Kami mulai menggunakan JR Pass pada tanggal 31 Maret 2017 dan pemakaian terakhir JR Pass kami pada tanggal 6 April 2017. Karena kami membeli JR Pass yang masa pakainya 7 hari. Untuk teman-teman yang ingin lebih lama ada juga JR Pass untuk 14 hari dan seterusnya, tapi tentu harganya lebih mahal he..he.. Setelah penyerahan data dan konfirmasi ulang dari petugasnya, kartu JR Pass kami pun dicetak. Dibagian belakang JR Pass tertera, nama, kebangsaan, no paspor, tanggal pertama pemakaian dan tanggal terakhir pemakaian.

Cara pemakaian JR Pass berbahasa Indonesia yang diperlihatkan petugas kepada kami.


Shinkansen dan kereta spesial lainnya di Jepang, biasanya terbagi atas gerbong reserved seat dan gerbong non reserved. Gerbong reserved hanya untuk yang sudah memesan kursi sebelumnya dan dipastikan duduk nyaman sepanjang perjalanan. Untuk yang tidak menggunakan JR Pass reserved seat ini dikenakan biaya tambahan sedangkan buat yang menggunakan JR Pass tiket reserved seat bisa didapatkan cuma-cuma alias gratis. Kalau gerbong non reserved berlaku untuk siapa saja yang sudah membeli tiket kereta, gerbong ini bisa jadi penuh tempat duduknya karena berlaku sistem "siapa cepat dia dapat". Jadi ada kemungkinan kita tidak dapat tempat duduk digerbong ini dan terpaksa berdiri sepanjang perjalanan. Jadi paling amannya memang gunakan fasilitas reserved seat gratis dengan JR Pass.


Setelah JR Pass dicetak, petugasnya lalu bertanya apakah kami ingin memesan seat untuk pemakaian pertama JR Pass kami. Tentu saja kita bilang iya dan saya sudah mempersiapkan data kereta yang akan saya reserved seatnya selama seminggu perjalanan dengan JR Pass itu. Langsung saja saya minta tiket reserved seat untuk Shinkansen Hikari dari Shin Yokohama ke Kyoto untuk tanggal 31 Maret pagi. Oya menurut info yang saya dapatkan sebelumnya, kalau naik shinkansen dari Tokyo atau Yokohama ke Kyoto/Osaka kalau beruntung kita bakal bisa melihat gunung Fuji lho. Jadi saya pun langsung minta dipesankan kursi yang bisa lihat Gunung Fuji. Bapaknya tersenyum tanda paham dan langsung memproses permintaan kami. Sekalian saya juga pesan reserved seat untuk baliknya dari Kyoto ke Shin Yokohama untuk tanggal yang sama dengan shinkansen Hikari malam.

Setelah tiket reserved seat untuk tgl 31 Maret didapat, saya coba lagi minta dibuatkan tiket reserved seat untuk hari berikutnya ke Toyama. Saat itu senyum dari si Bapak hilang, tapi dia tetap mau melayani kami dan memberikan tiket reserved seat shinkansen dari Omiya ke Toyama pulang pergi he..he.. Lalu dia memberitahu dimana kami bisa melakukan reserved seat untuk pemakaian JR Pass kami berikutnya. Ternyata letak kantor JR untuk pemesanan reserved seat ini tidak jaduh dari pintu South Exit Shinjuku Stasiun tempat kami keluar tadi. Jadinya setelah mengucapkan terima kasih dengan si Bapak, kami pun segera keluar dari kantor penukaran voucher JR Pass ini. Oya kalau butuh peta, minta aja dikantor penukaran JR Pass ini ya, soalnya peta disini lengkap dan diberikan dengan cuma-cuma.

Beberapa tiket reserved seat shinkansen kami saat di Jepang kemaren.


Dari kantor penukaran voucher JR Pass, kami lalu ke kantor JR disamping kiri pintu South Exit stasiun Shinjuku untuk mendapatkan tiket reserved seat kereta kami berikutnya sampai tanggal 6 April 2017. Antrian saat kami datang kesana masih pendek, jadi kami tidak menunggu lama. Tapi sayang sekali petugas yang melayani kami kali ini pria jutek. Jadilah kita ga bisa milih tempat duduk kayak tadi sebelumnya. Tapi dia tetap kasi view lihat Fujisan pas kita naik shinkansen ke Kyoto dan Osaka katanya. Baiklah, setelah kita dapat tiket reserved seat hampir disemua shinkansen yang bakal kita naiki, baru deh kita cabut dari kantor itu.

Suasana kantor tempat pemesanan reserved seat JR di Shinjuku.

Walau jutek tapi dia tetap sigap dan melayani kami dengan infromasi yang jelas lho, jadi jangan ragukan profesionalitas orang Jepang. Untuk mendapatkan tiket reserved seat ini bisa dilakukan hampir disebagian besar stasiun JR. Jadi tidak masalah kalau mengurusnya nanti saat keberangkatan atau saat JR Pass nya digunakan. Tapi ada resiko gerbong reserved seatnya sudah penuh, jadi kita tidak bisa pesan kursi. Kalau gerbong reserved seat nya penuh, kita tetap dapat naik shinkansennya kok di gerbong non reserved. Tapi paling aman memang sudah memesan seat sebelumnya, idealnya 1-2 hari sebelum berangkat agar tidak kehabisan tiket reserved seatnya.

Beres urusan JR pass dan tiket reserved seatnya, kami pun melanjutkan perjalanan ke Harajuku. Dengan menggunakan tiket Tokyo Subway kita bisa berhenti di stasiun Yoyogi atau Meiji Jingumae untuk ke Harajuku. Kami memilih stasiun Meiji Jingumae, caranya dari stasiun Shinjuku naik kereta Tokyo Metro-Marunouchi line ke stasiun Shinjuku Sanchome transit dan pindah kereta ke Fukutoshin Line menuju stasiun Meiji Jingumae. Sesampainya di stasiun Meiji Jingumae, kami langsung menuju Takeshita Dori, yaitu satu gang yang penuh dengan toko-toko unik dan seru. Selain itu Harajuku terkenal juga sebagai tempat nongkrongnya para cosplay di Tokyo. Tapi saat ini mungkin para cosplay sudah males nongkrong di Harajuku secara kawasan ini penuh banget dengan turis kalau ga percaya silakan lihat foto-foto kami berikut ini he..he..

Wefie diantara ratusan orang di Takeshita Dori.

Ramai banget kan he..he..

Walau ramai tapi ga sampai dorong-dorong kok, tetap tertib & aman.


Tapi wajar Takeshita Dori ini penuh sesak oleh pengunjung, karena memang sepanjang jalan ini terdapat toko-toko yang menjual barang-barang keren. Rasanya kita mau masuk ke toko-toko sepanjang jalan ini satu persatu. Kami pun tidak kuasa untuk tidak berbelanja disini. Kebanyakan sih beli oleh-oleh karena ada toko souvenir dan Daiso 4 lantai disini he..he.. Selain Takeshita dori bangunan stasiun JR Harajuku pun ga kalah keren dan banyak dijadikan spot foto oleh turis. Karena arsitektur bangunan ini bentuknya menyerupai bangunan di Eropa.

Menuju stasiun JR Harajuku.

Ini stasiun JR Harajuku, jangan sampai gagal fokus sama bule disamping he..he..

Salah satu toko di Harajuku.

Puas mengitari Takeshita Dori, kami pun lanjut ke Meiji Jingu Shrine, yaitu sebuah kuil yang berada di tengah hutan kota kawasan Harajuku ini. Pintu masuk menuju kuil Meiji ini berada disamping stasiun Harajuku. Jadi sangat mudah ditemukan. Ga terasa hari sudah sore jadi kami pun bergegas melewati hutan kota ini dan menuju kuil Meiji. Tapi ada beberapa spot yang tidak boleh diabaikan, yaitu pintu gerbang masuk hutan dan tong-tong bertuliskan Jepang ini.

Pintu gerbang hutan mini di tengah kota Tokyo.

Jalan-jalan sore yang menyegarkan.

Lumayang sepi kalau sore.

Tong-tong sebelum tiba di kuil Meiji.

Gayanya he..he..


Saat kami tiba didepan pintu kuil, ternyata kuilnya sudah tutup. Ada sepasang turis bule yang ditolak masuk oleh Bapak penjaga kuilnya. Tapi lucunya ada Bapak dibelakang pasangan bule tadi bisa masuk. Lalu Bapak ini berteriak ke anggota rombongannya yang jalan ga jauh dari kami untuk cepatan masuk dengan bahasa Indonesia. Wah melihat mereka bisa masuk, kami pun segera berlari ke pintu kuil agar bisa ikutan masuk. Alhamdulillah ada rezeki kami buat masuk ke kuilnya walau sudah tutup he..he.. Jadinya kita pun bisa melihat-lihat kuil kecil nan asri ini. Saya ga tau apakah masuk kuil ini bayar atau tidak, yang pasti kami masuknya gratis he..he..

Yeay..bisa masuk walau uda jam tutup kuilnya.

Bagian dalam kuil Meiji Jingu.

Happy face he..he..

Gerbang keluar kuil Meiji.

Pose dulu disini he..he..

Hutan ditengah kota super duper nyaman.

Setelah menikmati ketenangan di Meiji Jingu Shrine, kami lalu melanjutkan perjalanan kami ke kawasan pertokoan elit di Tokyo yaitu Ometosando. Jarak dari Meiji Jingu ke Ometosando bisa ditempuh dengan berjalan kaki, kalau capek bisa naik Tokyo Metro-Chidoya Line dari stasiun Meiji Jingumae ke stasiun Ometosando yang hanya berjarak 1 stasiun subway. Sepanjang jalan ini kiri kanannya dipenuh toko-toko brand terkenal. Saya kesini karena mau ke satu toko yang menarik yaitu toko Flying Tiger. Flying Tiger ini adalah brand asal Denmark yang menjual pernak pernik unik dan lucu dengan warna-warna mencolok. Brand ini lagi ngetrend di dunia, dan belum masuk di Indonesia. Untuk ke toko Flying Tiger di Ometosando tinggal cari Apple Store besar di Ometosando, lalu masuk ke jalan kecil samping Apple Store ini, tidak jauh dari situ terlihat toko Flying Tiger nya.

Ometosando.

Suasana di Ometosando.

Mencari toko Flying Tiger.


Sampai di toko Flying Tiger saya langsung semangat, awalnya memang ada yang mau saya cari n beli di toko ini. Tapi sayang barang yang saya cari itu malah ga ada. Jadinya ga jadi belanja disini dan hanya cuci mata saja. Tapi memang lucu-lucu dan unik barang-barang yang dijual di Flying Tiger ini. Harganya juga ga terlalu mahal kebanyakan sekitar 50-100an rupiah. Mudah-mudahan nanti Flying Tiger buka di Indonesia ya, jadi ga perlu jauh-jauh ke luar negeri buat ke tokonya he..he..

Ini dia toko Flying Tiger di Ometosando.

Pernak-pernik lucu di Flying Tiger.


Puas keliling toko Flying Tiger dan Ometosando, kami pun melanjutkan perjalanan ke Shibuya. Dari stasiun Ometosando kami naik kereta Tokyo Metro-Ginza Line ke stasiun Shibuya. Ini pun jaraknya cuma 1 stasiun. Tapi dari pada lelah jalan kaki, mending manfaatkan tiket Tokyo Subway nya kan he..he.. Sesampainya di Shibuya, seperti turis kebanyakan kita pun berfoto dulu dengan patung anjing Hachiko. Malam itu lumayan rame turis yang mau foto dengan patung Hachiko jadi kita gantian.

Mainstream banget deh foto ala turis dimari.

Sakura + Hachiko + Me.

Hachiko dibawah pohon sakura.

Setelah dapat foto keren di patung Hachiko, lanjut ke Shibuya Crossing, yaitu penyebrangan paling rame sedunia. Beneran seru nyebrang disini bersama ribuan orang lainnya. Malam itu kami bolak balik nyebrang di Shibuya Crossing. Tak lupa pasang action cam buat mengabadikan bolak balik nyebrang di Shibuya Crossing he..he..

Bolak-balik nyebrang di Shibuya Crossing.

Suasana sebelum menyebrang.

Mulai menyebrang.

Begini keadaan saat kami menyebrang di Shibuya malam itu.

Yuk sayang.

Action camera picture.


Shibuya.

Uda capek n puas bolak balik nyebrang di Shibuya Crossing, kami lalu ke toko Uniqlo yang ada di Shibuya. Yup, saya kepengen beli ultra light jaket yang kemaren saya lihat di Uniqlo Akihabara. Pas nyampe disana malah ga ada ultra light jaket untuk wanita yang diskon. Sedikit kecewa saya pun tidak membeli apa-apa disana. Kami lalu balik ke Shinjuku. Dari stasiun Shibuya naik kereta Tokyo Metro-Fukutoshin Line ke stasiun Shinjuku Sanchome, transit dan pindah ke jalur Marunouchi Line atau Shinjuku Line menuju stasiun Shinjuku.

Awalnya kami mau ke Tokyo Metro Government Building Observatory yang tidak jauh dari stasiun Shinjuku. Tapi karena uda kemalaman kami pun membatalkan rencana itu. Yang ada malah lagi-lagi mampir ke Uniqlo Shinjuku karena saya masih pensaran sama jaket diskon yang saya lihat kemaren. Dan kondisinya sama seperti di Shibuya, tidak ada jaket Ultra Light Women yang diskon di Uniqlo Shinjuku. Bang Tomi sampai berpikir saya salah lihat harga jaket itu saat di Uniqlo Akihabara kemaren. Dan tampak ga percaya kalau saya bilang memang ada yang diskon kok di Uniqlo Akihabara kemaren. Biar saya ga kecewa-kecewa amat si abang malah ubek-ubek keranjang diskon dan nemu baju karakter disney diskon disana. Harganya lumayan murah lho cuma 100an, tapi saya ga tertarik. Jadinya pulang dengan tangan hampa deh. Saya sampai mikir apa memang saya salah lihat kemaren.

Mau tau kelanjutan saya mencari jaket Ultra Light diskonnya!!?? Baca postingan berikutnya, karena jawabannya ada disana he..he.. Next saya akan cerita pengalaman kami menikmati sakura yang mekar sempurna dan bagaimana indahnya pulau buatan Odaiba. Terus ikuti perjalanan kami ya dan semoga bermanfaat..!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Day 6 UK Trip 2023 - Edinburgh.

  Dean Village. Tanpa kita sadar uda masuk hari ke-6 perjalanan kami pada UK Trip kali ini, dan masuk hari kedua di Edinburgh. Hari ini kita...