Selasa, 18 April 2017

Japan Sakura Trip 2017 Day 3 - Shinjuku, Ueno Park, Asakusa, & Akihabara.

Tokyo Vibe.

Setelah tertidur di Bandara Haneda semalaman, sekitar jam 05.00 saya kebangun. Lalu saya bangunkan Bang Tomi dan kami pun berberes. Sarapan lalu bersih-bersih dan mencari Prayer Room untuk solat Subuh. Kemaren solat Isya nya didekat kursi kami tidur saja, makanya belum sempat ke Prayer Room nya. Ternyata Prayer Room di Bandara Haneda ini ada di lantai 3 (lantai keberangkatan). Letaknya diujung sebelah kanan. Saat kami tiba disana ternyata banyak sekali traveler yang memilih tidur didekat prayer room ini. Kata Bang Tomi, mestinya kemaren tidur dekat sini biar rame ma traveler lain he..he.. Tapi posisi kita kemaren juga enak kok, karena dekat tempat untuk charger HP he..he..

Prayer room dipojok bagian kanan lantai keberangkatan bandara Haneda.

Pintu otomatis prayer room, untuk bukanya mesti pencet tombol dikanan itu ya.

Bagian dalam prayer room, ada tempat wudhu nya.

Setelah solat subuh dan bersih-bersih di toilet ternyata sudah jam 07.00 aja. Jadinya sesuai rencana semalam, kami pun pergi ke counter Informasi Keikyu Line di lantai 2 (lantai kedatangan) untuk membeli Welcome Tokyo Pass. Oya saat saya berada di lantai 3 (lantai keberangkatan) pagi itu, banyak sekali counter penyewaan pocket wifi untuk dipakai selama di Jepang. Buat teman-teman yang ingin tetap eksis selama di Jepang bisa sewa pocket wifi ini di bandara Haneda. Soal harga dan info lainnya saya tidak bisa menjelaskan karena tidak menggunakan/sewa pocket wifi selama di Jepang. Saya sudah cukup puas dengan wifi-wifi gratis yang tersedia hampir di setiap stasiun kereta dan beberapa tempat wisata di Jepang. Jadi buat saya tidak terlalu perlu sewa pocket wifi he..he..

Saat kami tiba didepan counter Informasi Keikyu Line ternyata sudah ada beberapa kelompok turis yang melakukan transaksi. Tidak lama menunggu, seorang petugas wanita yang fasih berbahasa Inggris langsung mendekat dan melayani kami. Saya pun langsung bertanya tentang Welcome Tokyo Pass kepada petugas ini. Dengan sigap dia mengambil brosur tentang Welcome Tokyo Pass dan menjelaskannya kepada saya. Karena memang sebelumnya saya sudah mengumpulkan informasi tentang Welcome Tokyo Pass jadi tanpa ragu saya langsung bilang kami mau beli 2 paket Welcome Tokyo Pass untuk dewasa seharga 1900 yen/org. Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya paket Welcome Tokyo Pass yang saya beli ini terdiri dari 1 tiket kereta Keikyu Line seharga 400 yen dan 1 tiket Tokyo Subway 72 Hr seharga 1500 yen. Total transaksi kami berdua sebesar 3800 yen. Saya salut dengan pelayanan petugas Keikyu Line ini, cepat tanggap dan rapi. Kartu diberikan beserta peta subway tokyo dan dijelaskan dengan detail bagaimana cara penggunaannya. 

Yang merah adalah tiket kereta Keikyu line, sedangkan yang hijau adalah tiket Tokyo Subway 72Hr.

Ini counter informasi Keikyu Line pagi itu, disebelah kiri setelah mesin tiket adalah pintu masuk stasiun kereta Keikyu linenya.

Ada 2 jalur kereta dari bandara Haneda ini yaitu Keikyu line dan jalur Monorel. Jika kita akan melanjutkan perjalanan menggunakan jalur Toei atau Tokyo Metro maka paling gampang memang pakai jalur Keikyu Line. Tapi kalau melanjutkan perjalanan dengan jalur Japan Rail (JR) Yamanote line maka paling mudah dari Hanedanya dengan jalur Monorel. Saya tentu naik Keikyu Line karena memang sudah beli Welcome Tokyo Pass nya he..he. Jadi pertama yang akan kita gunakan dari bandara Haneda ini adalah tiket Keikyu Line seharga 400 yen. Pintu masuk stasiun kereta Keikyu Line bandara Haneda ini tidak jauh dari counter informasi Keikyu line tempat saya membeli Welcome Tokyo Pass nya. Jalan sedikit tiba deh didepan gerbang stasiun, tinggal kasi tiket Keikyu Line nya ke petugas yang ada didepan gerbang, lalu tiketnya diberi tanda oleh petugasnya dan kita dipersilahkan masuk dengan membawa tiket yang diberi tanda tadi.

Jalur keretanya ada dilantai bawah, jadi kita turun 1 lantai bisa dengan eskalator atau lift. Nah disinilah kami mulai melakukan kesalahan. Jadi saat kami turun, dan berada dijalur yang tepat sesuai arahan petugas diatas tadi, tiba-tiba datang kereta dan berhenti dijalur tersebut. Tanpa bertanya dan lihat-lihat petunjuk kami berdua langsung masuk aja dengan pede nya. Lalu kereta bergerak dan menurut saya gerak kereta ini cukup kencang. Sampai nyeletuk ke Bang Tomi, buset kereta di Jepang kencang ya Bang, ga ada apa-apanya ma Singapura he..he.. Nah pas berhenti disatu stasiun disitulah saya ngeh kalau saya salah naik kereta. Karena stasiun berikutnya ga sama dengan tujuan kami. Wah langsung deh panik melanda mana keretanya kencang banget lagi, saya yakin kami naik kereta ekspres yang arahnya berbeda dengan yang harusnya kami naik. Tanpa nunggu waktu saya langsung nanya ke Bapak-bapak berjas hitam yang duduk ga jauh dari saya. Saya langsung bilang tujuan kami mau kemana dan dimana kami mesti turun agar tidak jauh tersesat.

Walau Bapak ini tidak terlalu lancar berbahasa Inggris tapi dia paham maksud saya dan langsung membantu memberitahu nama stasiun dimana saya bisa turun dan ganti kereta. Lalu dia juga bilang stasiun keberapa dari saat saya bertanya itu agar saya gampang mengingatnya. Setelah mendapatkan info dari si Bapak, kami pun sedikit lega dan Bapak ini pun turun dari kereta, sebelum turun dia masih sempat mengingatkan nama stasiunnya kembali. Fuihh, baru aja naik kereta di Jepang uda tersesat dan salah kereta he..he.. Pesan moralnya adalah jangan asal langsung naik kereta kalau di Jepang, karena dalam 1 jalur kereta, bisa banyak jenis kereta dengan berbagai macam tujuan yang berhenti dijalur tersebut, jadi lihat layar pemberitahuannya dulu atau kalau ragu mending nanya dulu ke orang sekitar. Untung kami cepat tanggap dan langsung bertanya tadi, jadi sesampainya distasiun yang disebut Bapak tadi, kami pun keluar dari kereta ekspres itu dan mencari jalur kereta yang sesuai dengan tujuan kami yaitu stasiun Daimon.

Wah saat kami tiba dijalur kereta untuk tujuan stasiun Daimon, kami make sure lagi ke petugas yang sedang bertugas agar ga salah naik kereta. Petugasnya mengatakan iya, setelah ini kereta tujuan stasiun Daimon lewat, jadi kami langsung disuruh antri, ga lama kereta datang kami pun naik kereta tersebut. Buset deh pagi itu pas jam orang berangkat kantor, jadi didalam kereta penuh sesak dengan orang-orang berstelan jas hitam rapi jali. Untung pada wangi semua dan ga da tu yang ribut atau melakukan hal-hal yang ga pantas. Semuanya tenang, rapi dan sopan sedangkan asli itu kereta pnuh sesak sampai untuk nutup pintu aja kita sampai didorong-dorong biar muat. Dan si Abang parno HP yang ada disaku tar dicopet orang, jadi buru-buru kasi HP ke saya buat disimpan dalam tas. Tapi InsyAllah aman kok HP disaku juga, soalnya orang Jepang aja tas nya pada kebuka cuek aja walau kereta penuh sesak gitu, HP ditaruh sembarangan walau sedang ketiduran. Negara ini termasuk aman dan jarang ada pelaku kejahatan seperti copet gitu. Tapi buat kita tentu tetap waspada, apalagi dulu pas di Eropa pernah dirogoh sakunya ma copet, walau sakunya kosong he..he..

Ternyata lumayan jauh kami tersesatnya, jadi naik kereta kedua ini lumayan lama baru sampai ke stasiun Daimon. Didalam kereta saya sempat bertanya dengan Bapak-Bapak kece + cakep berjas hitam didepan saya, berapa stasiun lagi kami sampai di stasiun Daimon. Bapak itu lalu menjawab 4 stasiun lagi. Saya sedikit lega dengan jawaban Bapak itu, berarti ga berapa lama lagi kami keluar dari kereta penuh sesak ini he..he.. Saya juga sempat bilang kami mau ke Shinjuku dari Daimon ke si Bapak dan dijawab oleh si Bapak kalau saya sudah berada dijalur kereta yang benar. 

Sesampainya di stasiun Daimon si bapak memberi kode ke saya dan kami berdua pun keluar dari kereta. Pas keluar kereta langsung dihadapkan dengan pintu exit, kami berdua pun bingung karena mestinya kami cuma pindah jalur kereta tapi tidak keluar dari stasiun Daimon. Karena bingung kita pun buka peta lagi, eh si Bapak yang ngobrol dengan saya di kereta tadi malah turun dari kereta dan mengarahkan kami ke jalur kereta ke Shinjuku. Subhanallah, bapak itu menolong kami sampai segitunya, sampai dia keluar kereta dan ditinggal oleh kereta tadi karena pintu kereta sudah ditutup, terpaksa Bapaknya nunggu kereta berikutnya, tapi dia dengan tulus ikhlas membantu kami agar tidak tersesat. Kami pun sangat berterima kasih kepada Bapak tinggi, ganteng, kece berjas hitam ini.

Jadi semestinya jalur kami dari Bandara Haneda adalah naik Keikyu Line dari Haneda menuju stasiun Sengakuji, lalu transit dan berganti kereta menuju stasiun Daimon. Tapi karena kami salah naik kereta kami pun muter kemana-mana he..he.. Setelah diarahkan ke jalur kereta Toei-Oedo Line di stasiun Daimon oleh si Bapak, kami pun naik kereta yang menuju stasiun Shinjuku. Tiba di stasiun Shinjuku ketika akan keluar pintu exitnya kami mendatangi petugas yang ada disana dan menyerahkan tiket Keikyu line dari bandara Haneda dan juga tiket Tokyo Subwaynya, sesuai dengan arahan yang tadi diberikan petugas counter Informasi Keikyu Line bandara Haneda. Tiket Keikyu line diambil oleh mereka, sedangkan tiket Tokyo Subwaynya diaktivkan dengan mesin untuk dapat kami gunakan. Jadi ketika diaktivkan itu, pada tiket Tokyo Subway kita otomatis tertera tanggal dan jam berakhirnya pemakaian tiket tersebut. Pada tiket kami tertera tanggal 31 Maret 2017 jam 08.35. Lalu setelahnya tiket ini tinggal digunakan sepuasnya deh setiap keluar masuk stasiun sampai tanggal dan jam habisnya. Lumayan dengan modal 1500 yen uda bisa keliling Tokyo sepuasnya selama 72Hr/3 hari. Hemat deh kalau pake tiket Tokyo Subway Pass ini.

Niatnya pagi ini kami ke Shinjuku untuk menitipkan koper di loker koin yang banyak tersebar distasiun Shinjuku. Karena nanti pun kami akan melewati stasiun Shinjuku untuk menuju Apato Vina, tempat kami tinggal selama di Tokyo. Jadi amannya simpan koper di stasiun besar ini, lalu langsung keliling kota Tokyo. Sempat deg-degan pas sampai di Shinjuku karena menurut info dan blog-blog yang saya baca sebelumnya stasiun ini besar dan crowded banget jadi sangat mudah bikin kita nyasar. Bermodal dengan peta stasiun Shinjuku yang kita print sebelum berangkat, kami pun keluar dari jalur kereta dan berada di stasiun yang super sibuk ini. Langsung lihat-lihat keadaan dan ga jauh dari pintu keluar langsung ketemu deretan koin loker yang masih kosong. Alhamdulilah leganya pas nemu deretan loker kosong ini, jadi ga perlu muter-muter jauh nyari loker sambil bawa koper berat ini.

Loker koin di Shinjuku, yang berlampu merah berarti kosong.

Ketika uda didepan lokernya mulai deh belajar cara menggunakan lokernya. Jadi ditengah-tengah loker ini ada mesin yang berfungsi untuk proses transaksi mengunci dan membuka lokernya. Mesin loker ini menerima pembayaran cash atau pun dengan kartu Suica/Pasmo. Ternyata ga susah kok caranya dan ada menu berbahasa Inggrisnya. Mesin ini juga mengeluarkan suara memberikan perintah yang mesti kita lakukan sesuai proses tertera dilayar. Setelah paham, kami pun milih ukuran loker yang sesuai dengan koper kami. Akhirnya kami pilih 2 loker ukuran sedang seharga 500 yen. Nah lucunya pas kami masukkan koper dan menutup lokernya, tiba-tiba lokernya langsung terkunci dan mesinnya langsung bersuara memerintahkan kami memasukkan uang. Buset deh, sedkit panik saya pun langsung kasi uang kertas 1000 yen ke Bang Tomi minta ditukar dan Si Abang langsung bergegas ke toko terdekat untuk tukar uang koin 500 yen. Tapi karena lama tidak memasukkan uang, mesin otomatis membuka kunci loker tadi secara otomatis dan dianggap transaksi kami gagal/cancel.

Ini dia loker koin dan mesin transaksinya.

Si Abang kembali dengan 2 koin 500 yen. Saya pun lega dan melanjutkan proses penguncian loker kami lagi dari awal. Jadi caranya setelah koper dimasukan kedalam loker dan yakin ga da barang yang tertinggal, tinggal tekan saja pintu lokernya dengan kuat, otomatis loker langsung terkunci. Lalu lanjutkan proses pembayaran pada mesinnya, dimesin akan terlihat nomor loker yang baru saja kita kunci lalu tinggal pilih pembayaran lewat cash, masukan koin 500 yen (sesuai harga loker yang dipilih), lalu dari mesin akan keluar kertas tanda terima yang berisi no loker serta pin yang nanti kita gunakan untuk membuka lokernya. Jangan sampai hilang kertas ini, atau amannya difoto aja pakai HP atau kamera biar tersimpan datanya. Ga berapa lama datang 3 remaja putri mau pakai loker koinnya juga, ternyata pas lihat mereka bayar bisa pakai uang kertas 1000 yen, ada tempat masukan uang kertasnya, dan saya ga tau tadi. Buset jadi merasa bego banget, tadi sampai panik nyuruh si abang nukar uang kertas jadi koin dulu ke toko sebelah huaha..ha..
 
Ini dua loker seharga 500 yen yang kami gunakan untuk menyimpan koper.

Selain loker koin otomatis, juga ada loker yang menggunakan kunci manual.

Happy setelah barang bawaan masuk ke loker, bebas jalan-jalan deh.

Ini dia kertas tanda terima yang berisi no loker + no pin untuk membukanya.

Setelah beres menyimpan koper di loker koin Shinjuku. Kami lalu melanjutkan perjalanan keliling kota Tokyo. Pagi ini kami mau ke Ueno Park melihat sakura pertama kami di Jepang. Dari Shinjuku kami naik kereta Tokyo Metro-Marunouchi Line lalu transit di stasiun Akasaka-mitsuke untuk berpindah kereta jalur Ginza Line menuju stasiun Ueno. Semua jalur kereta ini termasuk dalam Tokyo Subway Pass, jadi kami tinggal pakai tiket Tokyo Subwaynya aja tanpa keluar duit lagi. Perjalanan dengan kereta selanjutnya kami lancar jaya, ga pake nyasar atau salah naik kereta. Sesampainya di stasiun Ueno, saya kebelet pipis karena dingin, untung di Jepang cari toilet gampang dan gratis, jadi ga usah khawatir.

Beres urusan toiletnya kami pun langsung jalan kaki ke Ueno Park yang tidak jauh dari stasiun Ueno ini. Pertama masuk masih belum nemu sakura yang bermekaran, bunga-bunga sakura di pepohonannya masih berupa putik. Walau masih putik, tapi tetap aja sudah ada penduduk Tokyo yang hanamian dibawah pohon sakuranya he..he.. Begitu antusiasnya mereka dengan tradisi ini. Yah sedikit kecewa karena ternyata sakura tahun ini terlambat mekarnya, tapi untung dibagian ujung taman ada beberapa pohon yang sudah mekar sakuranya, jadinya kita pun foto-foto disana. Wah senangnya foto dibawah sakura di negeri asalnya.

Sakura yang masih putik.

Walau masih putik terpal-terpal untuk hanami sudah banyak yang nungguin lho.

Menikmati suasana di Ueno Park.

Tangan disaku bukan untuk bergaya tapi karena kedinginan he..he..

Masih putik aja uda cantik difoto apalagi kalau mekar sempurna.

Akhirnya nemu pohon sakura yang sudah mulai mekar.

Ini dia sakura pertama kami di Jepang.

Finally, ada juga yang uda berbunga.

Puas melihat sakura di Ueno Park, kami lalu menuju Asakusa. Untuk kesini dari stasiun Ueno gampang, tinggal naik kereta Tokyo Metro-Ginza line menuju stasiun Asakusa. Semua dicover dengan tiket Tokyo Subway. Setibanya di stasiun Asakusa kami langsung jalan kaki menuju Sensoji Temple. Wah ternyata ramai sekali turis di Kaminarimon Gate-nya, yaitu gerbang menuju Sensoji Temple. Sepanjang jalan dari Kaminarimon Gate ini banyak toko souvenir dan makanan yang berjejer. Asli bikin laper mata n perut he..he.. Karena masih hari pertama jadi kami ga berminat belanja oleh-oleh disini. Setelah melewati deretan toko tersebut barulah kita sampai digerbang masuk Sensoji Temple. Kami tidak terlalu tertarik dengan temple, jadi foto-foto diluarnya saja. Malah lebih tertarik dengan pohon sakura yang mulai mekar ga jauh dari gerbang masuk Sensoji Temple he..he..

Kaminarimon gate.

Pertokoan sepanjang Kaminarimon gate ke Sensoji Temple.

Bagian belakang Kaminarimon Gate.

Yuk Bang..!!
Banyak yang datang dengan kimono.

Mumpung rada sepi, disuruh bergaya ma Bang Tomi he..he..

Gerbang utama masuk Sensoji Temple.

Sakura yang mulai berbunga didepan gerbang utama Sensoji Temple.
Pose dulu depan sakura.

Pas giliran Abang selalu dapat foto yang sepi, you're lucky honey.

Bagian dalam Sensoji Temple.

Ngaso dulu depan pintu Sensoji Temple.

Setelah puas menikmati Sensoji Temple, kami pun jalan lagi kearea lain yang penuh dengan pertokoan dan tempat makan. Karena sudah siang dan saya kelaperan + kedinginan, kami pun bergegas mencari restoran untuk makan siang. Dari semua tempat makan yang ada, hanya Yoshinoya yang saya tau, jadilah kami masuk ke restoran ini. Wah ternyata Yoshinoya di Jepang tu kayak warteg di Indonesia, jadi biasanya cuma resto kecil dengan meja panjang dan deretan kursi yang langsung berhadapan dengan pelayan/kokinya. Pas kami masuk ternyata semua kursinya sudah penuh, jadi kita pun disuruh menunggu. Selagi menunggu kami diberikan daftar menunya. Untung menunya ada bahasa Inggris dan pelayannya juga bisa berbahsa Inggris jadi turis friendly banget deh tempat makan ini. Setelah melihat-lihat, kami memutuskan untuk mencoba menu Beef Bowlnya dan menu Nasi Karinya.

Suasana didalam Yoshinoya.

Ga lama menunggu, akhirnya ada kursi kosong dan kami pun dipersilakan duduk. Langsung pesan menu yang kami inginkan, oya disini menunya ada sizenya lho medium dan large. Karena kelaperan kita berdua pesan yang large dong he..he.. Menunya datang plus dikasi air putih dingin dan oca panas dalam gelas. Air ini gratis dan bisa minta refil sepuasnya he..he.. Langsung deh "Bismillahirrahmanirrahim", kami pun makan. Memang Yoshinoya di Jepang ini ga sepenuhnya halal karena tersedia menu babi dalam daftar menunya. Tapi karena kemaren cuma ini restoran yang familiar dan ga kuat nyari-nyari lagi (karena badan saya sudah menggigil karena kedinginan) makanya kami pun terpaksa makan disini.

Mari makan.

Beef bowl Yoshinoya di Asakusa.

Ini dia menu yang kami pesan total keduanya 1000 yen, ini termasuk murah untuk ukuran Jepang.

Review saya atas 2 menu yang kami pesan ini adalah untuk nasi kari nya enak. Bumbunya pas dan rasanya nendang disajikannya pun dalam kondisi panas jadi cocok banget buat yang lagi kedinginan kayak saya. Kalau beef bowlnya biasa aja menurut saya, karena terasa kurang bumbu, mungkin memang begitu kesukaan orang Jepang. Tapi daging sapi dalam beef bowlnya melimpah, jadi puas makannya. Secara keseluruhan enak, murah dan mengenyangkan makan disini. Jadi bolehlah dicoba buat yang mau he..he..

Muka kenyang.

Pelayan yang sigap melayani kami.

Setelah perut hangat dan kenyang. Badan saya mulai enak lagi, jadi semangat lagi deh jalannya. Kami lalu jalan kaki menuju Sumida River yang masih berada di kawasan Asakusa. Dari sini kita bisa melihat Tokyo Skytree dan bangunan tinggi Tokyo lainnya. Kami pun foto-foto dan menikmati suasana di pinggir sungai Sumida ini. Sayang sekali pohon-pohon sakura disini pun belum pada mekar, baru berupa putik. Coba kalau sudah mekar, ga kebayang betapa cantiknya pinggir sungai ini dihiasi sakura yang bermekaran. Karena memang pinggir Sumida River ini menjadi salah satu tempat menikmati cantiknya bunga sakura. Ada ratusan pohon sakura ditanam dipinggir Sumida River ini.

Pemandangan  Tokyo Skytree di pinggir Sumida river.

Sungainya bersih dan nyaman.

Foto berdua dulu.

Gadis-gadis berkimono di Sumida River.

Bunga-bunga cantik dengan latar gadis-gadis berkimono.

Deretan pohon sakura dipinggir Sumida River, baru berputik.

Langit biru indahnya.

Mr & Mrs Tomi.

Ini kapal khusus yang merupakan restoran sekaligus cruise sepanjang Sumida River.

Puas menikmati Sumida River, kami pun lalu melanjutkan perjalanan ke Akihabara. Dari stasiun Asakusa kita naik kereta Tokyo Metro-Ginza line menuju stasiun Ueno kembali. Di stasiun Ueno kita transit dan pindah jalur kereta Hibiya Line menuju stasiun Akihabara. Semua ini dicover tiket Tokyo Subway. Sesampainya di Akihabara langsung deh jalan-jalan mengeliling area penuh pertokoan ini. Kayaknya mau cari apa aja ada disini, terutama buat penggemar anime Jepang benar-benar surganya otaku (sebutan penggemar anime Jepang). Kami pun menyempatkan diri untuk melihat AKB Cafe dan Gundam Cafe yang terkenal disana. Sempat nemu adult shop satu gedung tinggi, penasaran mau masuk tapi segan ma jilbab yang melilit. Si Abang masuk sendiri juga segan katanya huaha..ha..

Akihabara.

Semangat banget deh Bapak ini di Akihabara.

Pintu Stasiun JR ini exit terbaik kalau mau ke Akihabara.

Suasana di Akihabara.

AKB48 Cafe & Shop.

Gundam Cafe.

Bang Tomi with Mini Gundam.

Kami masuk beberapa toko tapi belum ada yang menarik buat kami. Sampai akhirnya nanya ke salah satu pegawai toko anime, dimana counter jam tangan Casio, karena memang pengen nyari jam Casio disini. Karena menurut info yang kami dapat harga jam tangan Casio disini murah. Diarahkan ke toko Yodobashi. Sebelum sampai di Yodobashi, saya sempat mampir dulu ke Uniqlo, cuci mata. Di Uniqlo Akihabara ini saya melihat jaket ultra light untuk perempuannya lagi diskon dari harga 5999 yen jadi 3999yen. sempat mikir beli ga ya, secara saya lagi salah kostum dan kedinginan. Tapi akhirnya saya ga beli karena mikir tar aja, liat-liat dulu, Uniqlo kan banyak disini.

Kami pun lalu ke Yodobashi, yang merupakan 1 gedung 8 lantai. Setiap lantainya menjual barang-barang yang berbeda. Kami langsung menuju lantai 3 tempat jam tangan dijual. Langsung muterin lantai 3 sampai ketemu bagian jam tangan Casio. Asli bikin mupeng deh lihat harga-harganya. Memang jauh lebih murah daripada di Indonesia ataupun Singapura. Apalagi buat model yang terbaru. Lumayan lama kami disini, secara mau belanja dan milih jam yang sesuai dengan selera. Makin semangat pas tau kalau belanja minimal 5000 yen sudah dapat free tax lalu kalau bayar pake kartu kredit Visa dapat potongan harga lagi. Benar-benar bikin kita tergiur buat belanja. Btw tempat ini memang ramai dikunjungi warga lokal dan turis mancanegara. Rata-rata yang datang pasti belanja deh. Pas kami disana aja uda ada berapa jam Baby-G ataupun G-shock yang dipinang oleh turis Indonesia, Philipina, Malaysia dan Amerika. Ketauan dari paspor mereka pas bayar, jadi buat dapat free tax nya mesti disertai paspor. Karena nanti struk belanja free tax kita bakal diklip dipaspor. Makanya saya tau deh darimana aja tu turis-turis yang belanja. Kami pun akhirnya meminang 2 jam tangan, satu buat saya dan satu buat Abang.

Sepatu adidas terbaru di Yodobashi.

Pas di cek ternyata Made in Indonesia, wah hebat produk buatan kita diakui di Jepang.

Mau yang mana hayoo..ngiler..he..he..

Toko Yodobashi ini ada free wifi lho, jadi selama disana saya sempat berkirim pesan dengan Vina. Jadi rencananya nanti kalau kami sudah di Shinjuku kabari Vina, biar dijemput ke stasiun Tama Center oleh suaminya. Puas belanja di Yodobashi, kami pun lalu balik lagi ke Shinjuku. Tadinya pengen mampir dulu ke Shibuya buat merasakan jalan di Shibuya Crossing, tapi karena uda capek, jadinya kita tunda dulu jalan-jalan ke Shibuya-nya. Dari Akihabara kami naik Tokyo Metro-Hibiya line menuju stasiun Ginza, lalu transit dan tukar line ke Marunouchi line menuju stasiun Shinjuku. Jalur ini pun dicover oleh tiket Tokyo Subway.

Tiba di Shinjuku, sempat disorientasi karena ramainya orang dan besarnya stasiun ini. Jadi nanya-nanya deh sampai akhirnya ketemu tempat loker koin kami tadi. Hati-hati lho banyak banget loker koin yang mirip susunan dan tata letaknya disini, jadi benar-benar mesti ingat loker koin tempat kita nyimpan barang ya he..he.. Sampai di loker koin, langsung deh ke mesinnya pilih menu buka loker, lalu nanti dilayar bakal muncul layout susunan loker plus nomernya, tinggal pilih nomor loker kita tadi, lalu masukan pin yang tadi dikasi..ceklek, pintu lokernya terbuka secara otomatis. Pintu lokernya terbuka tinggal ambil kopernya deh. Gampang kan.

Posisi loker koin kami di Shinjuku.

Setelah ambil koper kami lalu menuju Keio line karena Apato Vina berada di jalur kereta Keio Line. Untuk naik kereta Keio Line ini tidak dicover dalam tiket Tokyo Subway. Jadinya kita pun beli tiket keretanya dimesin tiket depan pintu masuk Keio line. Tiket sudah ditangan langsung deh menuju jalur kereta Ekspress biar cepat sampai. Di stasiun Shinjuku ini ada free wifi jadi saya kontak-kontakan lagi deh dengan Vina. Dari Shinjuku kami menuju stasiun Tama Center, tempat apato Vina berada. Sesampainya di stasiun Tama Center kami dijemput oleh Rijal suami Vina. Lalu kita bertiga pun menuju apato Vina.

Sesampainya di apato Vina kita disambut oleh Vina dan Bayinya Zumar. Jadi 2 bulan yang lalu Vina baru aja dikaruniai seorang bayi lucu namanya Zumar. Senangnya kami disambut kehangatan keluarga kecil ini. Langsung deh kita saling cerita ini itu. Saya pun bongkar koper dan mengeluarkan oleh-oleh serta makanan yang dibawa, untuk kita santap bersama. Malam itu kita tutup dengan makan bersama dengan rendang Padang, ikan goreng Jepang, kerupuk Macho dll. Sayang sekali kita lupa foto-foto malam itu. Saking serunya ngobrol berempat, jadi lupa foto-foto. Sedangkan Zumar terlelap tidur dipangkuan tangan Ayahnya. Penutup malam yang indah. Next saya bakal cerita gimana proses penukaran voucher JR Pass di Shinjuku, lalu cerita serunya kami berkeliling Harajuku, Meiji Jingu Shrine, Ometosando dan Shibuya. Terus ikuti perjalanan kami ya.. Dan semoga bermanfaat..!!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sering Dipandang Sebelah Mata, Ternyata Wisata Negara Balkan Seindah Itu.

  Kotor Bay - Montenegro. Alhamdulillah, beberapa hari yang lalu saya baru saja kembali dari trip beberapa negara di Eropa. Pada trip kali i...