Jumat, 05 Agustus 2016

Turkey Trip Day 13 - Hagia Irene, Archaeological Museum, Spice Bazaar & Blue Mosque (Istanbul)

Bersamamu meraih kasih sayang Allah & RasulNya.

Hari ini bisa dikatakan hari terakhir kami di Istanbul, karena besok siang kami sudah bertolak ke Doha. Karena tempat-tempat utama di Istanbul sudah kami jelajahi, jadinya hari ini kami agak santai jalan-jalannya. Sehabis sarapan, kami jalan-jalan ke bagian belakang Hagia Sophia, niatnya mau menuju Hagia Irene. Ternyata kami baru tau kalau Hagia Irene tersebut terletak didalam taman luar Tokapi Palace. Dan baru tau juga kalau pintu masuk utama menuju Tokapi Palace ini ternyata terletak disamping Hagia Sophia he..he.. Maklum saat kami ke Tokapi Palace kemaren kami masuk melalui pintu samping dari Gulhane Park. Saat sampai dipintu masuk utama Tokapi Palace ini sudah terdapat antrian turis, kebanyakan merupakan rombongan tour. Disini viewnya keren lho, jadi sempatin foto-foto deh.

Gerbang Tokapi Palace disamping Hagia Sophia.

Hagia Sophia dari sisi samping..cakep deh.

Salah satu bangunan peninggalan Tokapi Palace didepan gerbang.

Setelah masuk gerbang awal, kita langsung ketemu taman luas bagian luar Tokapi Palace, nah Hagia Irene ini ada disamping kiri dari pintu masuk utama. Hagia Irene ini sama seperti Hagia Sophia, merupakan bangunan bekas gereja yang sekarang dialihfungsikan menjadi museum. Tiket masuk Hagia Irene ini 20 TL perorang. Tapi kami gratis karena punya Museum Pass Turkiye. Saat kami masuk, sedang banyak pekerja dekor yang bolak balik menyusun kursi didalam museum ini. Saat saya tanya, ternyata besok bakal diadakan konser musik klasik di gereja ini. Makanya pada sibuk menata kursi dan dekornya. Wah ga kebayang betapa kerennya konser itu, karena diadakan dibangunan tua kaya sejarah seperti ini. Tapi karena akan diadakan konser ini, jadinya kita ga bisa explore museum ini lebih jauh. Karena banyak sudut ruangan yang tidak boleh kita masuki, termasuk lantai atasnya. Jadinya kita ga berlama-lama disini.

Masuk Hagia Irene.

Sedang ada persiapan untuk konser di bangunan tua ini.

Bagian dalam Hagia Irene.

Tangga menuju lantai atas, sayang kami tidak diperbolehkan naik saat itu.

Hagia Irene versi kecil dari Hagia Sophia.

Dari sini kami lalu menikmati taman bagian luar Tokapi Palace ini, sambil duduk-duduk dibangku taman yang ada. Oya sebelum masuk gerbang Bab As Salam Tokapi Palace (yang seperti istana Disney itu) ternyata ada foto kostum pakaian khas Turki juga disana. Letak persisnya disebelah kiri sebelum counter pembelian tiket masuk Tokapi Palace. Saya iseng nanya, ternyata biaya satu cetakan fotonya sama dengan yang di Basilica Cistren yaitu 20 TL. Jadi buat teman-teman yang ga sempat ke Basilica Cistern, bisa foto pakai kostum khas Turki disini (Tokapi Palace). Setelah asyik bercengkrama bareng Bang Tomi sambil lihat kelakuan turis-turis di taman luar Tokapi Palace ini, kami lalu lanjut ke Archaeological Museum.

Archaeological Museum letaknya tidak jauh dari Tokapi Palace. Tinggal turun  mengikuti jalan menuju Gulhane Park, nanti disebelah kiri sebelum sampai di Gulhane Park, kita bakal menemukan bangunan Archaeological Museum ini. Tiket masuk museum ini 20 TL perorang. Karena sudah punya Museum Pass Turkiye kami bisa masuk gratis, wah ini kartu Pass benar-benar menguntungkan. Tadinya saya ga punya ekspektasi banyak tentang isi museum ini. Tapi ternyata koleksi di museum ini keren-keren dan oke punya. Mulai dari koleksi mumi, peti matinya, archa-archa zaman pra-sejarah, ukiran dari bebatuan, keramik dll. Koleksinya banyak dan dibagi dalam beberapa ruangan. Saya sangat merekomendasikan teman-teman buat masuk ke museum ini kalau sedang di Istanbul. Ga bakal rugi kok, soalnya koleksi-koleksinya sangat menarik untuk dilihat dan dipelajari, apalagi buat orang-orang yang menyukai sejarah.

Peninggalan mumi di Archaeological Museum.

Koleksi museum ini sangat menarik menurut saya.

Koleksi museum ini pun terawat sangat baik.

Koleksi Arca di Archaeological Museum.

Abangku dan tingkah konyolnya.

Archaeological Museum.

Koleksi peninggalan keramik.

Cukup lama kami berkeliling museum ini. Soalnya kita berdua sama-sama suka lihat koleksi-koleksinya. Koleksi mumi dan peti matinya kayak yang ada di Mesir. Ada lagi yang bikin takjub ketika melihat ukiran dari bebatuan pada zaman romawi kuno. Benar-benar indah ukirannya, seperti hidup. Kita bisa melihat bagaimana detail dan rumitnya ukiran-ukiran tersebut. Sampai-sampai mimik wajah setiap patung diukiran itu pun berbeda, sesuai dengan kisah yang ingin disampaikan oleh pengukirnya. Kebanyakan ukiran-ukiran itu dibuat pada peti mati, terutama untuk keluarga raja atau bangsawan.

Peti mati batu mirip seperti yang ada di Mesir.

Koleksi museum yang kaya sejarah.

Mencoba memahami ukiran batu ini.

Takjub.

Lihat betapa kerennya ukiran dibebatuan ini.

Kepala Medusa sebelum naik ke lantai 2.

Koleksi peti mati peninggalan zaman Romawi.

Anak-anak sekolah yang bersiap mau masuk ke Archaeological Museum.

Setelah puas berkeliling Archaeological Museum, kami lalu jalan kaki menuju Spice Bazaar. Ini saatnya belanja oleh-oleh yang belum sempat dibeli kemaren. Yang pasti beli lampu hias khas Turki di toko yang 2 hari sebelumnya pernah saya datangi. Ketemu lagi dengan si wanita penjual lampu yang ramah itu. Dia kembali tersenyum dan tertawa ketika saya datang, wah sangat menyenangkan seperti ketemu teman lama. Lalu kami pun diajak ke lantai 2 toko untuk melihat koleksi lampu yang lebih banyak dan memilih lampu yang kami suka. Wah jauh sekali beda pelayanan penjual di Spice Bazaar ini dengan yang di Grand Bazaar kemaren. Dia dengan sabar dan telaten menunjukkan lampu-lampu dengan corak terbaiknya ke saya. Saya senang sekali, apalagi ruangan atas itu dipenuhi lampu khas Turki yang bercorak ragam, gemes lihatnya pengen borong he..he.. Tapi saya mesti nahan diri karena ga mungkin beli banyak-banyak, karena takut over weight bagasinya. 

Penjual simit, roti khas Turki di balik gerbang Tokapi Palace.

Otw Spice Bazaar.

Suasana menuju Spice Bazaar.

Spice Bazaar.

Spice Bazaar berhadapan dengan New Mosque yang cantik.

Akhirnya setelah melihat-lihat terpilihlah 2 lampu unyu dengan corak keren untuk saya bawa pulang. Udah kebayang mau ditaruh dimana lampu ini dirumah he..he.. Si Abang senyum-senyum aja melihat saya kegirangan setelah dapat lampunya. Oya lampu khas Turki yang saya beli ini berbentuk lampu meja, jadi cocok sebagai hiasan. Ukurannya tidak terlalu besar, tapi tidak terlalu kecil juga. Harganya setelah tawar menawar 25 TL itu termasuk lampu pijar didalamnya. Oya toko tempat saya membeli ini memang merupakan produsen lampu khas Turki, jadi kualitas lampu dan tembaganya lebih bagus dibandingkan toko lain. Selain itu harganya pun jauh lebih murah. Di toko lain lampu seperti yang saya beli ini bisa dkasi harga awal 40-50 TL satunya (terutama di Grand Bazaar).

Suasana di Spice Bazaar.
Koleksi lampu khas Turki di toko lampu tempat saya membeli.

Lucu-lucu semua sampai bingung milihnya.

Saya lupa nanya nama tokonya, tapi cari saja toko penjual lampu yang pegawainya wanita bermata sipit yang ternyata orang Jepang itu. Jadi ciri-ciri tokonya adalah pegawai penjual lampunya merupakan wanita asal Jepang (bermata sipit). Jadi saat memilih lampu dengan wanita ramah ini, saya pun bertanya asalnya dari mana. Ternyata dia berasal dari Jepang, dia menikah dengan lelaki Turki dan sudah memiliki anak. Lalu saya bertanya apakah dia muslim, ternyata dia juga sudah menjadi muslim mengikuti agama suaminya. Dia juga bercerita bagaimana dia yang tadinya tidak beragama, akhirnya bisa percaya akan Tuhan setelah belajar agama Islam. Subhanallah Barakallah, semoga bahagia selalu menyertai orang baik ini.

Senangnya berada di toko ini.

Si Mbak Jepang yang sangat ramah melayani kami, itu 2 lampu yang saya beli uda di packing.

Setelah puas belanja di Spice Bazaar, kami pun memutuskan untuk balik ke hotel. Oya sebelum kami sampai di Spice Bazaar tadi, ada satu mobil box yang membagi-bagikan bibit tanaman gratis ke orang-orang. Saya pun ga mau ketinggalan ikutan rebutan buat dapatkan bibit tanaman gratis itu. Dan Abang Tomi senang sekali lho, pas saya dapat bibit tanaman ini. Soalnya Bang Tomi memang hobi berkebun. Bibit tanaman ini dipegang terus sama Bang Tomi sampai kami ke hotel. Tapi akhirnya kami kasi ke resepsionis hotel, soalnya ga mungkin juga bawa tanaman itu ke Indonesia. Ribet urusannya tar.

Saya sibuk rebutan buat dapetin bibit gratisnya, si abang malah foto-foto he..he..

Senangnya ketika dapat bibit gratisnya, foto dekat orang yang lagi diwawancara tv lagi he..he..
Bibitnya dipegang terus ma si Abang sampai di hotel.

Pas pulang menuju hotel, saya sempatin buat jajan eskrim khas Turki. Soalnya penasaran gimana rasa eskrim ini didaerah asalnya. Karena uang Turkish Lira kami sudah sangat menipis, saya pun bertanya ke penjual eskrimnya apakah dia menerima koin euro. Ternyata bisa, jadi beli eskrim khas Turki ini seharga 2 Euro (bayarnya pake koin). Sempat dimainin juga sama Bapak penjual eskrimnya. Beberapa kali saya ga bisa ambil eskrimnya, tertipu dengan trik Bapaknya he..he.. Waktu itu beli rasa coklat saja. Sebenarnya bisa dicampur dengan rasa lainnya, cuma saya lagi pengen eskrim coklat. Kalau ditanya rasanya, ternyata ga seenak yang saya bayangkan. Malah kurang manis dan kurang terasa coklatnya menurut saya. Ga tau deh rasa lainnya gimana. Tapi hebatnya eskrim ini ga gampang meleleh lho jadi tahan lama. Sampai dihotel pun ga habis-habis saya makan, akhirnya saya minta tolong Bang Tomi buat habiskan he..he..

Dimainkan ma Bapak Penjual eskrimnya.

Yummy.

Sampai kamar hotel, eskrimnya masih belum habis juga.

Sampai di hotel kami solat dan beristirahat. Sore menjelang Magrib, kami keluar lagi sekarang tujuannya ke Blue Mosque. Belum puas melihat indahnya Mesjib Biru ini, soalnya saat hari pertama kami kesini, mesjid ini sangat ramai dipenuhi turis jadi terasa kurang nyaman. Sebelum sampai di Blue Mosque, kita sempatin buat foto-foto lagi diarea taman Sultanahmet yang cantik ini.

Siapa juga yang nolak berfoto dengan latar cantik gini.

Mau ke Blue Mosque yang ada dibelakang kami.

Love.

Saat tiba dipelataran Blue Mosque sore itu terlihat sepi. Beda jauh dengan saat pertama kami datang ke Blue Mosque siang hari yang ramai sekali. Ternyata memang lewat dari jam 6 sore turis tidak boleh lagi masuk kecuali yang beragama Islam. Alhamdulillah kita muslim, jadi bisa masuk dan menikmati keindahan Blue Mosque ini baik diluar maupun didalam. Niatnya si Abang mau solat Magrib disini (saya lagi haid jadi ga ikutan solat), tapi cuaca ga mendukung karena hujan gerimis turun, sedangkan kami lupa bawa payung. Jadinya kita buru-buru balik ke hotel sebelum azan Magrib berkumandang. 

Sultanahmet Camii.
Langit-langit bagian luar Blue Mosque yang dibangun tinggi dan artistik.

Enak deh lewat jam 6 pelataran Blue Mosque ini mulai sepi.

Foto buat persiapan lebaran ini he..he..
 
Bagian dalam Blue Mosque yang ga kalah cantik.

Sepi kan kalau datang diatas jam 6 sore.

Langit-langit yang serba biru.
  
Rencana untuk foto-foto dengan view malam hari di sekitaran Sultanahmet juga gagal karena hujan. Tapi sebelum benar-benar balik ke hotel kami sempat mengabadikan moment di air mancur Sultanhamet yang berwarna-warni oleh lampu. Next saya bakal cerita tentang perjalanan kami balik ke Indonesia dan pengalaman kami mengikuti Night Doha City Tour gratis ketika transit di airport Doha. Terus ikuti ya, dan semoga bisa terus berbagi informasi.

Hagia Sophia menjelang malam.

Sebelum benar-benar balik ke hotel, foto-foto dulu deh.

Mendung dan gerimis mulai turun.

Karena besok uda balik, kita puas-puasin foto disini dulu.

Air mancur Sultanahmet yang berwarna-warni dimalam hari.

Istanbul memang kota cantik dan kaya sejarah.

Hotel kami selama di Istanbul.

Ini dia si Resepsionis Hotel yang melayani kami, asalnya dari Uzbekistan lho.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Persiapan Serta Tips & Trik Mengunjungi Negara-Negara Balkan.

Tirana Pyramid - Albania. Buat teman-teman yang belum tau, Balkan adalah nama historis dan geografis yang digunakan untuk menggambarkan nega...