Kamis, 04 Agustus 2016

Turkey Trip Day 12 - Basilica Cistern, Grand Bazaar, Dolmabahce Palace, Taksim & Galata Tower (Istanbul)

Taksim Tunnel.

Hari ini bertepatan dengan ulang tahun mama yang ke 59 tahun. Jadi sejak dari sarapan di hotel kami berdua sudah mempersiapkan properti untuk pemotretan khusus ulang tahun mama he..he.. Walau sedang jauh dari Indoneia, kita ga boleh lupa dengan hari spesialnya ortu dong. Uda ga sabar sebenarnya buat kasi ucapan spesial ke mama dari Istanbul. Tapi berhubung jarak dari hotel ke Basilica Cistren dekat banget, jadinya kita mampir kesini dulu. Bacilica Cistern ini dulunya merupakan tempat penyimpanan air bersih penduduk kota Konstantinopel. Karena kota ini memiliki masalah dalam penyediaan air bersih jadinya Kaisar yang berkuasa saat itu membangun tempat penampungan air di bawah tanah. Namun setelah kota Konstantinopel jatuh ketangan Kesultanan Turki, Basilica Cistern dibiarkan terlantar dan terlupakan, sampai ditemukan lagi oleh penduduk lokal secara tidak sengaja karena dia dapat mengambil ikan dari lubang yang ada di lantai rumahnya.

The Basilica Cistern.

Sejarah singkat Basilica Cistern.

Dari hotel kami cukup berjalan 5 menit saja, sudah sampai didepan Bacilica Cistern. Untuk masuk ke dalamnya, kita mesti membeli tiket masuk seharga 20 TL perorang. Oya Museum Pas Turkiye atau pun museum pass lainnya tidak berlaku disini. Jadi kami pun tidak bisa masuk kesini secara gratis he..he.. Dari pintu masuk langsung bertemu tangga turun, dan peringatan untuk berhati-hati karena lantai di Bacilica Cistern ini licin. Setelah sampai dilantai bawah Bacilica Cistern kami melihat disalah satu sudut ramai dipenuhi oleh turis. Ternyata disudut tersebut tersedia fasilitas foto dengan kostum khas Turki. Pelayan dari foto kostum ini mendatangi kami dan menawari kami untuk foto dengan kostum ala raja dan ratu Turki. Cukup dengan membayar 20 TL kita sudah bisa mendapatkan 1 buah foto + bingkainya. Karena kami memang hobi foto, jadinya ikutan dong he..he.. Senangnya lagi, kita difoto berkali-kali lho dengan gaya dan latar yang berbeda, jadi nanti bisa pilih foto mana yang mau dicetak dan dibeli. Baju khas Turkinya juga banyak, jadi bisa pilih sesuai dengan yang kita suka. Mau lihat hasil fotonya, silakan cek dibawah ini he..he..

Suasana Basilica Cistern pagi itu.

Tangga turun menuju lantai bawah Basilica Cistern.

Uda kayak Raja & Ratu Turki belum, atau kayak Ali Baba & Jasmine??

Selesai sesi foto kostum, kami lalu fokus kedalam Bacilica Cistern. Pertama yang terlihat dalam pencahayaan yang remang-remang ini adalah tiang-tiang kokoh penyangga penampungan air ini. Totalnya 338 tiang yang terbuat dari marmer. Dari semua tiang ini ada yang unik yaitu tiang bermotif air mata dan tiang yang disangga oleh patung kepala Medusa. Konon katanya tiang bermotif airmata ini sebagai bentuk penghormatan kepada airmata & nyawa-nyawa budak yang hilang dalam proses pembuatan Bacilica Cistern ini. Sedangkan kepala Medusa kemungkinan besar diambil dari sisa bangunan Romawi yang sudah tidak terpakai lagi. Selama di Bacilica Cistern, kita bakal diiringi suara musik klasik dan tetesan air yang membuat suasana semakin misterius. Malah ga sedikit orang yang merasa merinding ketika mengitari bangunan bawah tanah ini hiii.. Memang sih kesan gelap, lembab dan mistisnya berasa banget.

Ratusan pilar di Basilica Cistern.

Sejarah singkat tentang kepala Medusa di Basilica Cistern.



Tiang bermotif air mata.

Cahaya temaram diringi musik klasik bikin suasana makin mistis.

Kepala Medusa terbalik di Basilica Cistern.

Ikan-ikan yang hidup di penampungan air Basilica Cistern.

Kita di Basilica Cistern.

Salah satu kepala medusa di Basilica Cistern.

Dari Bacilica Cistern kami lalu menyebrang menuju Hagia Sophia. Rencananya saya mau mengambil foto berlatar Hagia Sophia sambil memegang secarik kertas yang bertuliskan "Selamat Ulang Tahun Mama". Yup kita memang sudah merencanakan ini, sebagai ucapan ultah spesial buat mama. Mudah-mudahan mama suka. Selesai berfoto di depan Hagia Sophia kita lalu jalan kaki ke Hippodrome, yaitu peninggalan arena pacuan kuda di zaman Romawi. Saat ini Hippodrome sudah berubah fungsi menjadi taman, hanya ada beberapa Obelisk yang tersisa sebagai bukti sejarah kejayaan bangsa Romawi dulu. Dari sini kita terus jalan kaki menuju Grand Bazaar.

Ucapan khusus untuk mama tercinta.

Hagia Sophia pagi itu sepi karena memang sedang ditutup untuk umum.

Kertas ucapannya berlatar belakang Blue Mosque.

Cape bro, ngaso dulu yuk.

Suasana didekat Hippodrome.

Peninggalan Hippodrome.

Obelisk di Hippodrome.

Siapa yang tidak tahu Grand Bazaar sebagai salah satu pasar terbesar dan tertua di dunia. Katanya ada 3 ribuan toko yang berada dalam pasar ini. Lorong-lorong didalam pasar ini terlihat hampir sama, hal ini menyebabkan kita mudah sekali tersesat didalamnya. Rencananya saya ingin berbelanja oleh-oleh di Grand Bazaar. Tapi semua itu buyar setelah kami masuk ke salah satu toko lampu. Awalnya pelayan toko "lelaki kemayu" ini menyambutkan kami dengan ramah saat masuk ke tokonya. Tapi sifatnya jadi menyebalkan setelah kita deal harga dan saya mulai memilih lampu yang ingin saya beli. Dia terus-terusan mendesak saya supaya cepat menentukan pilihan. Hal ini membuat kami berdua sangat tidak nyaman. Lalu ketika lampu telah kita pilih, saya minta lampunya untuk di tes dulu sebelum dipacking. Tapi dia tidak mau dan langsung packing lampunya. Otomatis saya langsung marah dan merasa tidak dihargai sebagai pelanggan. Saat itu juga saya langsung beranjak dan tidak jadi membeli lampunya. Toh kemaren saya juga uda nemu toko lampu keren dengan harga yang cocok di Spice Bazaar. 

Salah satu pintu masuk Grand Bazaar.
Suasana didalam Grand Bazaar.

Oya setelah saya bandingkan dari segi harga barang di Grand Bazaar ini lebih mahal dari pada di Spice Bazaar. Tapi kualitas barangnya malah lebih bagus di Spice Bazaar, cuma mungkin jenis barang yang dijual di Spice Bazaar tidak sebanyak yang ada di Grand Bazaar. Saya pribadi kalau ditanya lebih senang belanja dimana, yang pasti lebih senang belanja di Spice Bazaar. Penjual disana jauh lebih ramah dan yang penting tidak berlaku curang. Tidak seperti di Grand Bazaar yang sudah terkenal penjualnya suka berlaku curang, dan sangat komersil (turistik). Intinya kalau belanja di Grand Bazaar memang mesti tega nawar. Trus kalau ketemu penjual yang dari awal sudah berasa tidak ramah, lebih baik ga usah belanja ditokonya. Masih banyak toko lain, daripada dongkol kayak saya he..he..

Lampu-lampu khas Turki di Grand Bazaar, hati-hati penipuan disini.
Jangan lupa menawar kalau belanja di Grand Bazaar.

Karena kejadian diatas, alhasil saya tidak belanja apa-apa di Grand Bazaar, hanya nukar uang Euro aja ke Lira di money changer yang ada disana. Soalnya rate money changer didalam Grand Bazaar memang terkenal bagus. Ga lama di Grand Bazaar, kami lalu ke stasiun tram. Rencananya kami akan naik tram ke daerah Kabatas. Setelah sampai di stasiun tram Kabatas kami lalu jalan kaki ke Dolmabahce Palace, yaitu istana kedua yang dibangun diera Kesultanan Turki menggantikan Tokapi Palace yang sudah tua. Sebelum sampai di Dolmabahce Palace kita melewati stadion sepak bola Besiktas yang terkenal itu. Si Abang langsung minta difoto dengan latar belakang stadion terbesar di Istanbul ini. Setelah sampai di Dolmabahce Palace kita tidak masuk ke dalam, karena memang tidak punya banyak waktu. Jadinya cuma foto-foto dibagian luarnya saja.

Tram menuju Kabatas.

Besiktas Stadium.

Dolmabahce Palace.

Gerbang masuk Dolmabahce Palace.

Abang suruh istrinya lari trus difoto, gini deh jadinya he..he..

Tower didepan Dolmabahce Palace.

Dari Dolmabahce Palace, kami lalu kembali stasiun Kabatas. Kali ini bukan ke stasiun tramnya, tapi ke stasiun metro bawah tanah yang ada didepan stasiun tramnya. Disini kita naik teleferik khusus menuju Taksim Square. Sebenarnya kita bisa aja jalan kaki dari Kabatas ke Taksim Square, jaraknya juga ga terlalu jauh, tapi jalannya nanjak bro.. Daripada kecapean nanjak lebih baik naik teleferik ini, ga nyampe 5 menit sudah sampai he..he.. Taksim Square ini merupakan lapangan luas yang berada dijantung kota Istanbul. Ditengahnya terdapat Monumen Republik Turki. Jika teman-teman pernah melihat demonstrasi besar-besaran di Istanbul melalui televisi, itu biasanya dilakukan di Taksim Square ini.

Teleferik dari Kabatas ke Taksim Square.

Taksim Square.

Monumen Republik Turki.

Ga jauh dari Taksim Square ini ada satu jalan yang terkenal banget di Istanbul, yaitu Istiklal Street. Jalan ini bisa dibilang sebagai tempat nongkrongnya anak gaul Istanbul. Sepanjang jalan ini terdapat banyak pertokoan dan restoran terkenal. Seperti Orchard di Singapura atau Champs Elysees di Paris. Saking Happeningnya jalan ini kalau kita datang pas weekend atau malam minggu bakal ramai sekali orang berlalu lalang disini. Jalan ini memang sudah dispesialisasikan untuk pejalan kaki. Tapi ada satu kendaraan yang masih boleh melintas ditengah-tengah Istiklak Street ini dan menjadi ciri khas jalan ini yaitu Nostalgia Tram. Tram tua berwarna merah ini adalah satu-satunya kendaraan yang bisa kita tumpangi ketika lelah berjalan di Istiklal Street. Selain pertokoan dan bangunan bergaya eropa, disepanjang jalan kita juga bakal menemui para artis jalanan yang sedang menunjukkan aksinya. Paling senang kalau uda ketemu pengamen suara bagus, pake alat musik lengkap, plus tampangnya ga kalah kece he..he.. Bikin suasana hati jadi riang aja menyusuri jalan sepanjang 3 km ini he..he..

Istiklal Street yang ramai.

Deretan pertokoan di Istiklal Street.

Pengamen-pengamen good looking di Istiklal Street.

Nostalgia tram yang terkenal itu.

Berasa jadi anak gaul Istanbul jalan-jalan disini.

Enjoy banget jalan-jalan disepanjang jalan yang happening ini.

Lorong-lorong di Istiklal Street.

Terus aja jalan kaki melewati Istiklal Street ke arah Galata Tower. Nanti diujung kita bakal ketemu Galata Tower yang terkenal itu. Kalau ga kuat jalan, bisa naik nostalgia tram sampai ujung jalan Istiklal. Galata Tower ini adalah menara batu yang dibangun sejak abad pertengahan. Awalnya berfungsi sebagai menara pengawas pertahanan kota namun setelah Kesultanan Turki berkuasa, menara ini beralih fungsi untuk melihat sumber kebakaran yang terjadi di kota. Menara ini memiliki tinggi 66 meter dan diameter 16 meter, karena tinggi dan besarnya itulah menara ini menjadi salah satu landmark kota Istanbul. Kami tidak terlalu tertarik untuk masuk kedalam menara ini, jadinya cukup menikmatinya saja dari luar.

Jalan terus menuju Galata Tower.

Galata Tower.

Wefie yuk disini.

Foto-foto diluar aja.

Tower paling tua umurnya di Istanbul.

Bersamamu tersenyum.

Jangan malu minta tolong difotokan oleh orang lain ya guys.

Dari Galata Tower ini kita terus jalan kaki menuju Galata Bridge yang memang sudah dekat jaraknya. Dari sini kami terus jalan kaki ke hotel. Jarak jalan kaki yang kami tempuh sore itu memang cukup jauh. Dari Taksim Square sampai ke Hotel di Sultanahmet, tapi ini serunya kalau traveling mandiri, kita bisa aja istirahat dan duduk kapan kita merasa capek. Jadinya kita lebih menikmati kota dan tempat-tempat yang kita lalui. Imbasnya pas nyampe hotel dan buka sepatu, saya dapat kenang-kenangan kaki yang melepuh. Baru kali ini jalan sampai kakinya melepuh, pas di keliling Eropa tahun lalu ga sampai melepuh gini. Tanda-tanda sepatunya minta diganti nih he..he.. Next saya bakal cerita tentang pengalaman kami menyusuri museum-museum lain yang ga kalah kece di Istanbul dan pengalaman membeli lampu khas Turki di Spice Bazaar. Ikuti terus ya, dan semoga bermanfaat..

View laut Marmara dari Galata Bridge.

Kali ini kami lewat bagian bawah Galata Bridge yang dipenuhi restoran.

Kesibukan Bapak-Bapak pemancing ikan di sepanjang jembatan Galata.

Berfoto dibagian bawah Galata Bridge.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sering Dipandang Sebelah Mata, Ternyata Wisata Negara Balkan Seindah Itu.

  Kotor Bay - Montenegro. Alhamdulillah, beberapa hari yang lalu saya baru saja kembali dari trip beberapa negara di Eropa. Pada trip kali i...