Senin, 08 Agustus 2016

Turkey Trip Day 14 & Day 15 (Istanbul-Doha-Singapore-Batam) Long Way to Back.

Ataturk International Airport Istanbul.

Day 14 (26 May 2016)

Hari ini kami akan melakukan perjalanan kembali ke tanah air. Pesawat Qatar Airways yang akan mengantarkan kami transit di Doha berangkat jam 13.20 dari Ataturk International Airport Istanbul. Pagi ini setelah sarapan kami bersiap check out dari hotel. Dari hotel kami jalan kaki menuju stasiun tram terdekat (Gulhane Stasiun). Sebelum naik tram saya masih menyempatkan diri membeli beberapa souvenir khas Turki untuk dibawa pulang, sekalian menghabiskan uang Turkish Lira yang bersisa. Lalu kami pun naik tram menuju stasiun Zeytinburnu, dari stasiun Zeytinburnu ini kami lalu pindah jalur ke jalur metro menuju stasiun Ataturk Havalimani (Airport). Perjalanan dari Gulhane sampai ke Ataturk Airport memakan waktu kurang lebih 1 jam.

Stasiun Tram Gulhane, untuk ke bandara pilih arah ke Bagcilar.

Kami tiba di airport sekitar jam 11.00, saat turun dari metro kita langsung disambut oleh polisi bersama dengan anjing mereka. Setiap tas maupun koper yang kita bawa akan diperiksa oleh polisi dan anjing pelacak ini. Lepas dari pemeriksaan tersebut kami pun lalu naik lift menuju lantai 2 tempat keberangkatan berada. Kita pun langsung check in dan melewati bagian imigrasi. Selesai melewati imigrasi kita pun bersantai sambil menunggu pesawat di terminal keberangkatan. Suasana Ataturk Airport siang ini sungguh ramai. Sangat terasa bahwa bandara ini termasuk salah satu bandara tersibuk di Eropa. Untuk fasilitas bandaranya sendiri menurut saya biasa saja. Apalagi bagi kita yang tidak naik Turkish Airlines. Tapi pelayanan tentu berbeda jika memakai pesawat milik Turki ini.

Polisi dan anjing pelacak yang menyambut kami di stasiun metro bandara Ataturk.

Baru selesai check in.

Mencari gate keberangkatan di bandara terbesar di Turki ini.

Kotak telpon umum di bandara Ataturk ini, kayak yang ada di UK.

Akhirnya setelah menunggu cukup lama dan pindah gate sampai 2 kali, kami pun akhirnya dipersilakan untuk naik keatas pesawat. Ternyata pesawat Qatar Airways yang akan kami tumpangi parkir cukup jauh dari gate, jadinya kita naik bus dulu. Sesampainya diatas pesawat kita pun langsung mencari kursi sesuai boarding pass kita. Oya untuk tempat duduk ini sudah saya pilih sebelumnya melalui sistem web check-in. Jadi posisinya memang sesuai dengan keinginan kita. Begitu juga dengan penerbangan berikutnya dari Doha ke Singapura. Kita sempat mengabadikan pesawat dan suasana dalam pesawat dari Istanbul ke Doha ini, sebelum berangkat.

Suasana penumpang yang sedang menunggu pesawat di gate keberangkatan.
Suasana bandara Ataturk siang itu.


Pesawat kami yang parkir cukup jauh dari gate.
Bersiap untuk naik ke pesawat ini.

Selama penerbangan 4 jam dari Istanbul ke Doha ini, tidak banyak yang kita lakukan selain makan, tidur, nonton film ataupun main game. Seperti biasa Bang Tomi, tidur dengan nyaman. Saya malah ga bisa tidur, jadinya asyik nonton film lalu lanjut main game. Oya dalam perjalanan ini saya kecanduan jus mangga, jadi bolak balik minta jus mangga sama pramugarinya. Enak banget soalnya. Tipe pesawat kami ini Airbus A330 tipe lama dengan seat Economy Class 2-4-2. Kita diberikan 1 kali makan berat selama perjalanan ini, kita berdua sama-sama memilih menu chicken with rice buat makan siang diatas pesawat saat itu. 

Suasana didalam peswat sesaat setelah duduk.

Penerbangan dari Istanbul ke Doha ini penumpangnya sedikit.

Pramugari yang melayani kami.

Tontonan Bang Tomi diatas pesawat.

Jam 17.35 kami sampai di Doha. Buru-buru kami langsung turun menuju counter Doha City Tour. Karena sudah tau letaknya sebelumnya, jadi sekarang kami hampir setengah berlari menuju counter tersebut. Soalnya takut-takut kalau kuota untuk Doha City Tour malam ini sudah penuh. Saat tiba di counter Doha City Tour sore itu tidak ada antrian sama sekali. Kami langsung mendaftarkan diri untuk ikut Doha City Tour jam 19.00 nanti. Alhamdulillah masih ada tempat untuk kami berdua, jadi bisa ikut merasakan Night Doha City Tour.

Setelah proses mendaftar Doha City Tour selesai, kita pun akhirnya ke toilet untuk bersih-bersih, lalu lanjut ke Mushola untuk sholat. Jam 19.00 kami bersama peserta Doha City Tour lainnya berkumpul dan menuju imigrasi bersama-sama dengan tour leader kami. Wah ternyata kalau malam hari imigrasi bandara Doha ini ramai. Pantesan kami disuruh berkumpul jam 19.00 sedangkan tour baru dimulai jam 20.00 ternyata memang butuh waktu 1 jam untuk melewati antrian imigrasi malam hari di Doha. Sangat berbeda dengan waktu kami ikut Doha City Tour siang hari. Jam 20.00 lebih, kami baru memulai perjalanan Night Doha City Tour ini. Peserta tour kali ini bervariasi dan berasal dari berbagai negara.

Suasana Doha Airport malam itu.

Kami bersama peserta Doha City Tour lainnya sedang menunggu bus yang akan membawa kami berkeliling Doha.

Tour guide Doha City Tour malam ini berbeda dengan tour guide yang membawa kami keliling Doha saat berangkat ke Istanbul. Tour guide Night Doha City Tour kali ini tidak sekomunikatif tour guide kami sebelumnya. Menurut saya Doha sangat cantik di malam hari. Karena lampu-lampu yang dipasang dikota ini sangat banyak dan memiliki bentuk yang unik. Hari kami tiba di Doha saat itu adalah hari Kamis, yang mana ternyata sama seperti malam minggu kalau di Indonesia. Soalnya hari libur di Qatar dimulai hari Jumat. Malam itulah saya melihat jalanan Doha yang ramai oleh mobil berseliweran. Beda jauh dengan keadaan siang saat pertama saya ikut Doha City Tour.

Tour Guide Doha City Tour kami malam itu.

Destinasi Doha City Tour pertama yang kami kunjungi adalah pantai yang menghadap ke The New City of Doha. Pemandangan disini mengingatkan saya akan view kota Hongkong yang berbatas laut dan diseberangnya merupakan bangunan-bangunan pencakar langit. Kami tidak diberikan waktu yang lama disini, karena kita memulai tour sudah terlambat. Lalu kita melanjutkan ke destinasi kedua yaitu Katara Cultural Village. Tapi ternyata jalan menuju kesana sangat macet. Jadi destinasi kedua ini tidak jadi kami kunjungi. Saya kurang menikmati perjalanan Doha City Tour kali ini karena selama perjalanan saya merasa sangat mual dan rasanya ingin muntah. Sepertinya saya kelelahan dan masuk angin. Untung cepat minum obat dan makan snack yang saya bawa, jadi pusing serta mualnya mereda. Saya bersyukur destinasi kedua ga jadi disinggahi karena macet, soalnya kondisi saya saat itu sedang mual-mualnya.

The New City of Doha di malam hari.

Mirip seperti view di Hongkong, kayak Dejavu.

Tugu kerang mutiara ditepi pantai Doha.

Kami lalu menuju destinasi ketiga yaitu The Pearl Qatar. Disini terasa biasa saja, karena suasananya sama saja dengan saat kami mengikuti Doha City Tour siang hari sebelumnya. Kami juga tidak diberi waktu yang cukup lama disini. Hanya sempat berfoto beberapa kali. Oya waktu tiba disini, kita ketemu dengan beberapa anak laki-laki yang memakai jubah khas arab. Kami berdua lalu minta ijin untuk mengambil foto Bang Tomi bersama mereka. Syukurlah mereka bersedia, malah setelah foto mereka bertanya dengan bahasa inggris yang fasih apakah foto ini akan diupload ke instagram? Ha..ha..anak-anak jaman sekarang ga di Arab ga di Indonesia mainannya instagram.

Suasana di The Pearl Qatar malam hari.

Bang Tomi bersama dengan anak-anak Qatar.

Pertokoan mewah di The Pearl Qatar.

Mesti naik bus lagi menuju destinasi berikutanya.
Bangunan-bangunan pencakar langit di The Pearl Qatar.

Terakhir kami menuju destinasi keempat yaitu Souq Waqif. Ternyata keadaan pasar terbesar di Doha malam itu jauh berbeda dengan saat kami mengikuti Doha City Tour siang hari sebelumnya. Pasar ini sangat ramai oleh pengunjung. Mulai dari pertokoan, cafe dan restoran yang ada di pasar ini ramai dikunjungi oleh pelanggan. Semua orang tampak bergembira di pasar Souq Waqif ini malam itu. Disanalah saya baru menyadari betapa ramainya kota Doha ini. Selain bangsa asli mereka, kota ini juga dipenuhi oleh bangsa lain yang berkerja disana. Dipasar ini kita bisa melihat semua orang melebur jadi satu, Arab, Asean, Bule, African dll semua ras ada. Kami menikmati waktu dipasar ini sambil duduk-duduk dan foto-foto.

Suasana di Souq Waqif malam hari.


Saat malam menjelang weekend pasar ini ramai pengunjung.

Ada penjual balon juga disini.

Ramainya orang dipasar ini.

Jadi tau rasanya bermalam Jumat di Doha Qatar.

Enjoy our time at Souq Waqif.

Rata-rata yang datang pake jubah Arab he..he..

Suasana cafe dan restoran yang ramai.

Tak terasa sudah 30 menit waktu berlalu di Souq Waqif ini, dan kita sudah mesti kembali lagi ke bandara Doha. Jam 23.00 kami tiba di bandara Doha dan kembali masuk ke bandara ini untuk menunggu penerbangan kami berikutnya jam 02.25 dini hari. Saat tiba di bandara Doha ini, kita pun leyeh-leyeh sambil makan pop mie. Air panasnya kita minta dari cafe-cafe yang ada dibandara he..he.. Karena ngantuk, saya pun pergi ke quite room khusus wanita untuk tidur. Didalam quite room ini memang tersedia kursi tidur untuk kita tiduran. Dan bagusnya tempatnya tertutup dan terpisah antara laki-laki dan perempuan. Jadi didalam sini para wanita bisa bebas tiduran tanpa perasaan risih. Malah kebanyakan wanita-wanita Arab yang sedang tiduran disini melepas jilbabnya biar lebih nyaman tidurnya. Mudah-mudahan nanti quite room seperti ini juga ada di bandara kita ya.

Saat baru kembali ke bandara Doha setelah mengikuti Doha City Tour.

Day 15 (27 May 2016)

Jam 02.00 dini hari saya keluar dari quite room karena penasaran, kenapa kami belum juga dipanggil untuk naik keatas pesawat. Ternyata pesawat kami delay. Karena ga tau delay nya sampai kapan saya pun lanjut tidur dibahu Bang Tomi. Sekitar jam 03.00 Bang Tomi membangunkan saya dan bilang kalau pesawat kami masih delay sampai jam 05.25 dan kita diberi complimentary berupa makan malam gratis di salah satu lounge bandara Doha ini. 

Lounge tempat kami mendapat makan malam gratis dari Qatar Airways.

Asli saya kecewa berat dengan hal ini, ga nyangka aja penerbangan sekelas Qatar Airways masih bisa delay sampai 3 jam dibandara mereka sendiri. Sambil sempoyongan saya jalan menuju lounge bersama Bang Tomi. Ternyata letak lounge nya jauh dari gate keberangkatan kami, trus kita mesti jalan kaki kesana..huaa..badan ma kaki rasanya uda kayak apa malam itu..cape banget. Mungkin karena sudah terlalu lelah dan kecapaian serta ngantuk berat jadinya saya bawaannya ga mood aja. Belum lagi mengingat kami mesti mengejar ferry dari Singapura ke Batam hari ini. Delay ini mengakibatkan kami baru sampai di Singapura pada pukul 18.00, nah ini bisa jadi masalah kalau kami sampai ga dapat last ferry menuju Batam karena keterlambatan ini.

Sampai di lounge kami mesti antri lagi bersama dengan penumpang pesawat lainnya. Menu yang kami dapat malam itu, berupa nasi, kentang goreng dan kari daging lalu minumnya bisa pilih unlimited kopi, teh maupun cola. Karena sudah ga mood jadinya kita pun makan ga semangat. Selagi makan saya dan Bang Tomi berdiskusi mengenai keadaaan kami akibat delay 3 jam ini. Bagaimana kalau kami ga dapat last ferry menuju Batam, otomatis kami mesti menginap di Singapura. Akhirnya selesai makan kami pun mendatangi counter costumer service Qatar Airways. Ternyata bukan hanya penerbangan kami yang mengalami delay, tapi ada penerbangan yang lain juga. Jadi malam itu CS Qatar cukup ramai dikunjungi oleh penumpang yang complain.

Suasana tempat pengambilan makanan di lounge, tidak terdapat pilihan makanan yang tersedia.

Suasana tempat makan di dalam lounge bandara Doha.

Penumpang yang senasib dengan kami.

Salah satu petugas CS yang bertugas saat itu adalah orang Indonesia, kami tau saat dia berbahasa Indonesia dengan penumpang sebelum kami. Oleh karena itu, kami pun memilih berbicara dengan petugas ini karena dia orang Indonesia dengan harapan dia bisa membantu saudara setanah airnya ini.  Kami lalu menjelaskan masalah kami ke petugas ini bahwa delay 3 jam ini bisa mengakibatkan kami tidak mendapatkan ferry ke Batam hari itu juga, dan bertanya apakah mungkin kami mendapat complimentary berupa penginapan gratis di Singapura karena delay 3 jam ini? Ternyata hal ini tidak bisa, dikarenakan tujuan akhir penerbangan kami adalah Singapura, beda jika tujuan akhirnya adalah Batam atau Jakarta. Begitu penjelasan dari petugas ini. Tapi dia memberi solusi jika benar kami nantinya tidak dapat mengejar last ferry menuju Batam hari ini juga, kami bisa mengirimkan email ke Qatar Airways untuk membayar ganti rugi sewa hotel yang kami keluarkan karena mesti menginap di Singapura. Mendengar hal itu, saya sedikit kecewa. Harapan saya, kami bisa diberikan voucher hotel di Singapura oleh Qatar Airways.

Karena masih kurang puas, saya bertanya lagi ke petugas Qatar Airways yang stand by didepan gate keberangkatan kami mengenai hal ini. Awalnya petugas ini tampak ingin membantu, karena dia tampak merasa bersalah atas delay 3 jam ini. Tapi setelah dia bertanya ke manager nya ternyata memang Qatar Airways tidak menyediakan voucher hotel tersebut. Akhirnya mau ga mau, nanti sesampainya di Changi Airport kami mesti buru-buru berlari menuju imigrasi lalu segera naik MRT ke Harbourfront untuk mengejar last ferry menuju Batam. Jangan sampai ketinggalan ferry dan nginap di Singapura.

Jam 05.00 akhirnya kami dipersilakan untuk naik pesawat. Lagi-lagi kami naik bus menuju pesawat yang parkirnya cukup jauh dari gate keberangkatan kami. Saat diatas pesawat kita baru tau kalau kita ganti aircraft (pesawat) karena pesawat yang mestinya mengantarkan kita ke Singapura tadi pagi mengalami masalah. Informasi ini kami dapatkan langsung dari pilot yang sekaligus meminta maaf atas keterlabatan ini. Keterbukaan informasi ini patut diacungi jempol, jadi kita pun tau alasan dari keterlambatan penerbangan kita dan merasa lebih aman dan nyaman karena mereka mengutamakan keselamatan penumpang. Ga sama sengan delay penerbangan dalam negeri yang sering karena alasan teknis, ga jelas teknisnya apa!?

Jam 05.25 kami pun take off dari bandara Doha menuju Changi Airport Singapura. Pesawat kami berangkat ke Singapura sama barunya dengan pesawat kami saat berangkat dari Singapura ke Doha yaitu airbus A350 dreamliner. Penerbangan selama kurang lebih 7 jam ini kebanyakan kita isi dengan tidur he..he.. Maklum tidurnya keganggu karena delay pesawat ini, apalagi Bang Tomi bisa dibilang belum tidur sama sekali karena jagain istrinya yang kecapean bobo dibahunya. Alhamdulillah pesawat kami ini ga penuh jadi kursi untuk 3 orang ini cuma diisi ma kami berdua. Jadi saya bisa tidur lempeng diketiga kursi ini. Makasih ya suamiku tercinta, selalu menyediakan bahu or pahanya sebagai tempat ternyaman tidur istrinya sepanjang perjalanan.

Melihat kondisi diluar pesawat melalui cctv bagian ekor pesawat.

No kursi saya saat terbang dari Doha ke Singapura.

Saya tidur cukup lama diatas pesawat, dan kalau pun terbangun masih bisa tidur lagi jadi sampai di Singapura cukup fresh. Tidur juga membuat saya tidak begitu memikirkan penerbangan yang kadang mengalami turbulance. Jam 18.10 kami tiba di Singapura. Tiba di Changi, kami buru-buru langsung menuju imigrasi dan mengambil bagasi. Lalu segera ke stasiun MRT untuk menuju pelabuhan Harbourfront. Last ferry ke Batam ada sampai jam 21.50 jadinya kita mesti buru-buru agar tidak ketinggalan ferry ke Batam. Alhamdulillah sampai di Harbourfront jam 20.00, dan masih bisa check in untuk keberangkatan ferry jam 21.50.



Akhirnya jam 22.10 WIB kami tiba di Batam. Rasanya lega sekali ketika menginjakan kaki di bumi pertiwi. Selesai juga perjalanan kami mengelilingi Turki dan berkenalan dengan kota Doha. Semoga ada rejeki lagi buat traveling ke tempat-tempat indah lainnya, jadi bisa berbagi informasi dan cerita lagi dengan teman-teman semua. Makasih buat yang ikuti trip kami ke Turki ini, semoga bermanfaat. Tunggu perjalanan kami berikutnya ya..

Jumat, 05 Agustus 2016

Turkey Trip Day 13 - Hagia Irene, Archaeological Museum, Spice Bazaar & Blue Mosque (Istanbul)

Bersamamu meraih kasih sayang Allah & RasulNya.

Hari ini bisa dikatakan hari terakhir kami di Istanbul, karena besok siang kami sudah bertolak ke Doha. Karena tempat-tempat utama di Istanbul sudah kami jelajahi, jadinya hari ini kami agak santai jalan-jalannya. Sehabis sarapan, kami jalan-jalan ke bagian belakang Hagia Sophia, niatnya mau menuju Hagia Irene. Ternyata kami baru tau kalau Hagia Irene tersebut terletak didalam taman luar Tokapi Palace. Dan baru tau juga kalau pintu masuk utama menuju Tokapi Palace ini ternyata terletak disamping Hagia Sophia he..he.. Maklum saat kami ke Tokapi Palace kemaren kami masuk melalui pintu samping dari Gulhane Park. Saat sampai dipintu masuk utama Tokapi Palace ini sudah terdapat antrian turis, kebanyakan merupakan rombongan tour. Disini viewnya keren lho, jadi sempatin foto-foto deh.

Gerbang Tokapi Palace disamping Hagia Sophia.

Hagia Sophia dari sisi samping..cakep deh.

Salah satu bangunan peninggalan Tokapi Palace didepan gerbang.

Setelah masuk gerbang awal, kita langsung ketemu taman luas bagian luar Tokapi Palace, nah Hagia Irene ini ada disamping kiri dari pintu masuk utama. Hagia Irene ini sama seperti Hagia Sophia, merupakan bangunan bekas gereja yang sekarang dialihfungsikan menjadi museum. Tiket masuk Hagia Irene ini 20 TL perorang. Tapi kami gratis karena punya Museum Pass Turkiye. Saat kami masuk, sedang banyak pekerja dekor yang bolak balik menyusun kursi didalam museum ini. Saat saya tanya, ternyata besok bakal diadakan konser musik klasik di gereja ini. Makanya pada sibuk menata kursi dan dekornya. Wah ga kebayang betapa kerennya konser itu, karena diadakan dibangunan tua kaya sejarah seperti ini. Tapi karena akan diadakan konser ini, jadinya kita ga bisa explore museum ini lebih jauh. Karena banyak sudut ruangan yang tidak boleh kita masuki, termasuk lantai atasnya. Jadinya kita ga berlama-lama disini.

Masuk Hagia Irene.

Sedang ada persiapan untuk konser di bangunan tua ini.

Bagian dalam Hagia Irene.

Tangga menuju lantai atas, sayang kami tidak diperbolehkan naik saat itu.

Hagia Irene versi kecil dari Hagia Sophia.

Dari sini kami lalu menikmati taman bagian luar Tokapi Palace ini, sambil duduk-duduk dibangku taman yang ada. Oya sebelum masuk gerbang Bab As Salam Tokapi Palace (yang seperti istana Disney itu) ternyata ada foto kostum pakaian khas Turki juga disana. Letak persisnya disebelah kiri sebelum counter pembelian tiket masuk Tokapi Palace. Saya iseng nanya, ternyata biaya satu cetakan fotonya sama dengan yang di Basilica Cistren yaitu 20 TL. Jadi buat teman-teman yang ga sempat ke Basilica Cistern, bisa foto pakai kostum khas Turki disini (Tokapi Palace). Setelah asyik bercengkrama bareng Bang Tomi sambil lihat kelakuan turis-turis di taman luar Tokapi Palace ini, kami lalu lanjut ke Archaeological Museum.

Archaeological Museum letaknya tidak jauh dari Tokapi Palace. Tinggal turun  mengikuti jalan menuju Gulhane Park, nanti disebelah kiri sebelum sampai di Gulhane Park, kita bakal menemukan bangunan Archaeological Museum ini. Tiket masuk museum ini 20 TL perorang. Karena sudah punya Museum Pass Turkiye kami bisa masuk gratis, wah ini kartu Pass benar-benar menguntungkan. Tadinya saya ga punya ekspektasi banyak tentang isi museum ini. Tapi ternyata koleksi di museum ini keren-keren dan oke punya. Mulai dari koleksi mumi, peti matinya, archa-archa zaman pra-sejarah, ukiran dari bebatuan, keramik dll. Koleksinya banyak dan dibagi dalam beberapa ruangan. Saya sangat merekomendasikan teman-teman buat masuk ke museum ini kalau sedang di Istanbul. Ga bakal rugi kok, soalnya koleksi-koleksinya sangat menarik untuk dilihat dan dipelajari, apalagi buat orang-orang yang menyukai sejarah.

Peninggalan mumi di Archaeological Museum.

Koleksi museum ini sangat menarik menurut saya.

Koleksi museum ini pun terawat sangat baik.

Koleksi Arca di Archaeological Museum.

Abangku dan tingkah konyolnya.

Archaeological Museum.

Koleksi peninggalan keramik.

Cukup lama kami berkeliling museum ini. Soalnya kita berdua sama-sama suka lihat koleksi-koleksinya. Koleksi mumi dan peti matinya kayak yang ada di Mesir. Ada lagi yang bikin takjub ketika melihat ukiran dari bebatuan pada zaman romawi kuno. Benar-benar indah ukirannya, seperti hidup. Kita bisa melihat bagaimana detail dan rumitnya ukiran-ukiran tersebut. Sampai-sampai mimik wajah setiap patung diukiran itu pun berbeda, sesuai dengan kisah yang ingin disampaikan oleh pengukirnya. Kebanyakan ukiran-ukiran itu dibuat pada peti mati, terutama untuk keluarga raja atau bangsawan.

Peti mati batu mirip seperti yang ada di Mesir.

Koleksi museum yang kaya sejarah.

Mencoba memahami ukiran batu ini.

Takjub.

Lihat betapa kerennya ukiran dibebatuan ini.

Kepala Medusa sebelum naik ke lantai 2.

Koleksi peti mati peninggalan zaman Romawi.

Anak-anak sekolah yang bersiap mau masuk ke Archaeological Museum.

Setelah puas berkeliling Archaeological Museum, kami lalu jalan kaki menuju Spice Bazaar. Ini saatnya belanja oleh-oleh yang belum sempat dibeli kemaren. Yang pasti beli lampu hias khas Turki di toko yang 2 hari sebelumnya pernah saya datangi. Ketemu lagi dengan si wanita penjual lampu yang ramah itu. Dia kembali tersenyum dan tertawa ketika saya datang, wah sangat menyenangkan seperti ketemu teman lama. Lalu kami pun diajak ke lantai 2 toko untuk melihat koleksi lampu yang lebih banyak dan memilih lampu yang kami suka. Wah jauh sekali beda pelayanan penjual di Spice Bazaar ini dengan yang di Grand Bazaar kemaren. Dia dengan sabar dan telaten menunjukkan lampu-lampu dengan corak terbaiknya ke saya. Saya senang sekali, apalagi ruangan atas itu dipenuhi lampu khas Turki yang bercorak ragam, gemes lihatnya pengen borong he..he.. Tapi saya mesti nahan diri karena ga mungkin beli banyak-banyak, karena takut over weight bagasinya. 

Penjual simit, roti khas Turki di balik gerbang Tokapi Palace.

Otw Spice Bazaar.

Suasana menuju Spice Bazaar.

Spice Bazaar.

Spice Bazaar berhadapan dengan New Mosque yang cantik.

Akhirnya setelah melihat-lihat terpilihlah 2 lampu unyu dengan corak keren untuk saya bawa pulang. Udah kebayang mau ditaruh dimana lampu ini dirumah he..he.. Si Abang senyum-senyum aja melihat saya kegirangan setelah dapat lampunya. Oya lampu khas Turki yang saya beli ini berbentuk lampu meja, jadi cocok sebagai hiasan. Ukurannya tidak terlalu besar, tapi tidak terlalu kecil juga. Harganya setelah tawar menawar 25 TL itu termasuk lampu pijar didalamnya. Oya toko tempat saya membeli ini memang merupakan produsen lampu khas Turki, jadi kualitas lampu dan tembaganya lebih bagus dibandingkan toko lain. Selain itu harganya pun jauh lebih murah. Di toko lain lampu seperti yang saya beli ini bisa dkasi harga awal 40-50 TL satunya (terutama di Grand Bazaar).

Suasana di Spice Bazaar.
Koleksi lampu khas Turki di toko lampu tempat saya membeli.

Lucu-lucu semua sampai bingung milihnya.

Saya lupa nanya nama tokonya, tapi cari saja toko penjual lampu yang pegawainya wanita bermata sipit yang ternyata orang Jepang itu. Jadi ciri-ciri tokonya adalah pegawai penjual lampunya merupakan wanita asal Jepang (bermata sipit). Jadi saat memilih lampu dengan wanita ramah ini, saya pun bertanya asalnya dari mana. Ternyata dia berasal dari Jepang, dia menikah dengan lelaki Turki dan sudah memiliki anak. Lalu saya bertanya apakah dia muslim, ternyata dia juga sudah menjadi muslim mengikuti agama suaminya. Dia juga bercerita bagaimana dia yang tadinya tidak beragama, akhirnya bisa percaya akan Tuhan setelah belajar agama Islam. Subhanallah Barakallah, semoga bahagia selalu menyertai orang baik ini.

Senangnya berada di toko ini.

Si Mbak Jepang yang sangat ramah melayani kami, itu 2 lampu yang saya beli uda di packing.

Setelah puas belanja di Spice Bazaar, kami pun memutuskan untuk balik ke hotel. Oya sebelum kami sampai di Spice Bazaar tadi, ada satu mobil box yang membagi-bagikan bibit tanaman gratis ke orang-orang. Saya pun ga mau ketinggalan ikutan rebutan buat dapatkan bibit tanaman gratis itu. Dan Abang Tomi senang sekali lho, pas saya dapat bibit tanaman ini. Soalnya Bang Tomi memang hobi berkebun. Bibit tanaman ini dipegang terus sama Bang Tomi sampai kami ke hotel. Tapi akhirnya kami kasi ke resepsionis hotel, soalnya ga mungkin juga bawa tanaman itu ke Indonesia. Ribet urusannya tar.

Saya sibuk rebutan buat dapetin bibit gratisnya, si abang malah foto-foto he..he..

Senangnya ketika dapat bibit gratisnya, foto dekat orang yang lagi diwawancara tv lagi he..he..
Bibitnya dipegang terus ma si Abang sampai di hotel.

Pas pulang menuju hotel, saya sempatin buat jajan eskrim khas Turki. Soalnya penasaran gimana rasa eskrim ini didaerah asalnya. Karena uang Turkish Lira kami sudah sangat menipis, saya pun bertanya ke penjual eskrimnya apakah dia menerima koin euro. Ternyata bisa, jadi beli eskrim khas Turki ini seharga 2 Euro (bayarnya pake koin). Sempat dimainin juga sama Bapak penjual eskrimnya. Beberapa kali saya ga bisa ambil eskrimnya, tertipu dengan trik Bapaknya he..he.. Waktu itu beli rasa coklat saja. Sebenarnya bisa dicampur dengan rasa lainnya, cuma saya lagi pengen eskrim coklat. Kalau ditanya rasanya, ternyata ga seenak yang saya bayangkan. Malah kurang manis dan kurang terasa coklatnya menurut saya. Ga tau deh rasa lainnya gimana. Tapi hebatnya eskrim ini ga gampang meleleh lho jadi tahan lama. Sampai dihotel pun ga habis-habis saya makan, akhirnya saya minta tolong Bang Tomi buat habiskan he..he..

Dimainkan ma Bapak Penjual eskrimnya.

Yummy.

Sampai kamar hotel, eskrimnya masih belum habis juga.

Sampai di hotel kami solat dan beristirahat. Sore menjelang Magrib, kami keluar lagi sekarang tujuannya ke Blue Mosque. Belum puas melihat indahnya Mesjib Biru ini, soalnya saat hari pertama kami kesini, mesjid ini sangat ramai dipenuhi turis jadi terasa kurang nyaman. Sebelum sampai di Blue Mosque, kita sempatin buat foto-foto lagi diarea taman Sultanahmet yang cantik ini.

Siapa juga yang nolak berfoto dengan latar cantik gini.

Mau ke Blue Mosque yang ada dibelakang kami.

Love.

Saat tiba dipelataran Blue Mosque sore itu terlihat sepi. Beda jauh dengan saat pertama kami datang ke Blue Mosque siang hari yang ramai sekali. Ternyata memang lewat dari jam 6 sore turis tidak boleh lagi masuk kecuali yang beragama Islam. Alhamdulillah kita muslim, jadi bisa masuk dan menikmati keindahan Blue Mosque ini baik diluar maupun didalam. Niatnya si Abang mau solat Magrib disini (saya lagi haid jadi ga ikutan solat), tapi cuaca ga mendukung karena hujan gerimis turun, sedangkan kami lupa bawa payung. Jadinya kita buru-buru balik ke hotel sebelum azan Magrib berkumandang. 

Sultanahmet Camii.
Langit-langit bagian luar Blue Mosque yang dibangun tinggi dan artistik.

Enak deh lewat jam 6 pelataran Blue Mosque ini mulai sepi.

Foto buat persiapan lebaran ini he..he..
 
Bagian dalam Blue Mosque yang ga kalah cantik.

Sepi kan kalau datang diatas jam 6 sore.

Langit-langit yang serba biru.
  
Rencana untuk foto-foto dengan view malam hari di sekitaran Sultanahmet juga gagal karena hujan. Tapi sebelum benar-benar balik ke hotel kami sempat mengabadikan moment di air mancur Sultanhamet yang berwarna-warni oleh lampu. Next saya bakal cerita tentang perjalanan kami balik ke Indonesia dan pengalaman kami mengikuti Night Doha City Tour gratis ketika transit di airport Doha. Terus ikuti ya, dan semoga bisa terus berbagi informasi.

Hagia Sophia menjelang malam.

Sebelum benar-benar balik ke hotel, foto-foto dulu deh.

Mendung dan gerimis mulai turun.

Karena besok uda balik, kita puas-puasin foto disini dulu.

Air mancur Sultanahmet yang berwarna-warni dimalam hari.

Istanbul memang kota cantik dan kaya sejarah.

Hotel kami selama di Istanbul.

Ini dia si Resepsionis Hotel yang melayani kami, asalnya dari Uzbekistan lho.

Persiapan Serta Tips & Trik Mengunjungi Negara-Negara Balkan.

Tirana Pyramid - Albania. Buat teman-teman yang belum tau, Balkan adalah nama historis dan geografis yang digunakan untuk menggambarkan nega...